Italia Investigasi Tewasnya Puluhan Gadis Remaja Imigran Gelap di Tengah Laut

EpochTimesId – Sedikitnya 26 gadis remaja Nigeria ditemukan tewas di tengah laut. Pihak berwenang Italia kini menyatakan sedang menyelidiki insiden kemanusiaan tersebut.

Dilansir dari BBC, ada kekhawatiran bahwa wanita tersebut terbunuh setelah disiksa saat mereka mencoba menyeberangi Laut Tengah. Lima imigran ilegal kini ditahan dan diselidiki terkait insiden tersebut di kota Salerno, Italia.

Sebanyak 23 wanita kedapatan tewas di atas kapal karet. Dalam kapal tersebut juga terdapat 64 orang lainnya.

Diantara korban, ada perempuan berusia sekitar 14 dan 18 tahun. Para pejabat kepolisian Italia menduga mereka berasal dari Niger atau Nigeria, seperti diberitakan oleh CNN.

Selama beberapa gelombang upaya penyelamatan, total ada 400 orang dibawa ke kapal perang Spanyol Cantabria sebelum berangkat ke Salerno. Di antara mereka ada 90 wanita dan 52 anak di bawah umur.

Genk penyelundup manusia Afrika dikabarkan mematok harga sekitar $US 6.000 bagi imigran gelap untuk bisa masuk ke Italia. Sekitar $US 4.000 dari jumlah itu adalah biaya perjalanan dari Saharan ke Libya, lembaga bantuan kemanusiaan Italia, L’Abbraccio mengatakan kepada BBC.

Dua orang yang diyakini sebagai kapten kapal yang dipekerjakan oleh sindikat penyelundup manusia, Al Mabrouc Wisam Harar, dari Libya dan Mohamed Ali Al Bouzid dari Mesir, sudah berhasil ditangkap oleh otoritas Eropa, menurut The Guardian.

Otoritas Salerno, Salvatore Malfi, mengatakan bahwa para wanita tersebut bepergian bersama imigran lainnya saat kapal-kapal tersebut tenggelam. “Sayangnya, para wanita mengalami hal terburuk,” katanya.

“Jalur perdagangan seks berbeda, dengan dinamika yang berbeda yang digunakan. Membagikan perempuan ke kapal terlalu berisiko bagi para pedagang, karena mereka berisiko kehilangan semua barang mereka,” imbuhnya.

Sekitar 90 persen imigran wanita yang datang dari Afrika menuju Eropa, pasti mengalami kekerasan dan pelecehan seksual selama perjalanan.

“Sangat jarang menemukan wanita yang tidak disalahgunakan. Kecuali dalam kasus yang luar biasa, mungkin saat mereka bepergian dengan suami mereka. Bahkan wanita yang bepergian sendiri dengan anak mereka juga lumrah disiksa,” ujar Marco Rotunno, seorang juru bicara Italia untuk badan pengungsi PBB, mengatakan kepada Guardian. (waa)