Kemarahan Rakyat Mendidih di Jalanan Iran Menuntut Keruntuhan Rezim Mullah

Epochtimes.id- Jumlah korban tewas di kalangan pemrotes Iran terus meningkat saat demonstrasi besar-besaran melawan rezim Iran dan kepemimpinan mullah di seluruh negeri Iran memasuki hari ke enam pada Selasa (2/1/2018).

Seperti ditulis saudigazette, protes dalam skala luas ini menunjukkan bahwa rakyat Iran di semua lapisan kehidupan, termasuk kalangan konservatif dan moderat, di samping otoritas agama, mulai menunjukkan kemarahan mereka. Fakta mengindikasikan kemungkinan jatuhnya rezim tersebut.

Media Arab Saudi menulis tentang rezim Iran yang menuduh otoritas Arab Saudi yang mendalangi demonstrasi skala besar tidak ada hubungannya dengan kenyataan.

Rezim mullah tidak akan bisa melarikan diri dari kemarahan publik ini dan mereka harus membayar mahal untuk itu.  Terutama karena fakta tentang isu-isu yang beredar akan terus berlanjut bahkan jika demonstrasi tersebut terhenti, dan yang paling menonjol di antara isu-isu ini adalah adanya ratusan ribu tahanan, intervensi militer di negara-negara Arab, merebaknya korupsi di seluruh eselon negara, dan berjibunnya keluhan rakyat dari berbagai agama, sekte dan ras.

Anehnya, organisasi hak asasi manusia internasional dan regional terdiam menyaksikan kejadian yang sedang berlangsung seperti pembunuhan dan penahanan yang terjadi di Iran, dan semua ini mengindikasikan standar ganda organisasi-organisasi internasional ini.

Bahkan tanggapan Uni Eropa tidak mengenai pada sasaran sehubungan dengan insiden Iran.

Uni Eropa menyatakan posisinya pada demonstrasi di Iran, dengan mengatakan bahwa adalah hak orang-orang Iran untuk menyampaikan pendapat mereka. Namun tanggapan ini tidak cukup saat mempertimbangkan kekejaman dilakukan oleh rezim yang berlumuran darah.

Rezim Iran mencoba menggambarkan demonstrasi tersebut sebagai ungkapan ketidakpuasan masyarakat terhadap situasi ekonomi di negara tersebut namun usaha ini sangat menyesatkan.

Di sisi lain, demonstrasi ini bertentangan dengan ketidakadilan yang terjadi dan penindasan di tengah masyarakat Iran. Ini juga menunjukkan penolakan mereka terhadap keterlibatan rezim Iran dalam pembunuhan dan terorisme di Suriah, Irak, Lebanon dan Yaman dan tindakan demikian tak bermoral.

Tuduhan rezim Iran bahwa Kerajaan Arab Saudi mendalangi revolusi anti-rezim serta demonstrasi sama sekali tidak berdasar. Bahkan sebuah kesalahan, karena Saudi menyatakan negaranya pada dasarnya tidak mencampuri urusan orang lain.

Saudi justru menilai protes skala besar pada saat ini mencerminkan keluhan internal yang telah terakumulasikan sejak revolusi dari tahun 1979.

Apalagi, jumlah orang Iran, termasuk kelas berpendidikan dan pebisnis, yang telah keluar dari Iran selama dua dekade terakhir jumlahnya sangat besar. Dengan kejadian terbaru, migrasi baru diperkirakan terjadi, karena khawatir akan terjadinya rezim yang akan datang.

Orang-orang Iran merasa bahwa masa depan mereka ambigu, dan pesan utama demonstrasi adalah keinginan orang-orang Iran untuk mengirim sebuah sinyal kepada masyarakat dunia bahwa mereka harus campur tangan untuk keselamatan mereka.

Posisi negara-negara Arab dan Islam mengenai tindak tanduk rezim Iran ini sudah cukup dikenal luas. Pasalnya, sebagian besar negara-negara ini telah menderita akibat kesewenangan rezim ofensif ini, dan karenanya harus ada gerakan Arab-Islam melalui institusi-institusi utama mereka untuk dapat menghalangi Iran.

Jika terjadi keruntuhan rezim, bahaya potensial terletak pada kemungkinan menjatuhkan meriam rezim tersebut ke tangan ahli waris turunannya, atau kelompok teroris.

Oleh karena itu, adalah tanggung jawab dunia untuk berurusan dengan rezim Iran di tingkat akar rumput. Tidak dapat dikesampingkan bahwa Iran kemungkinan akan menggunakan skenario alternatif untuk melampiaskan tekanan internal dengan mengekspor kembali krisis tersebut. (asr)

Sumber : Saudi Gazette