Seorang pasien di Hong Kong ditinggalkan di meja operasi dengan luka terbuka selama tiga jam setelah dokter bedah memutuskan untuk pergi di tengah operasi transplantasi hati.
Dr Kelvin Ng Kwok-chai, pegawai paruh waktu di Rumah Sakit Queen Mary, bertanggung jawab untuk mengawasi operasi transplantasi hati tersebut.
Tetapi dia pergi tak lama setelah perut pasien terbuka karena dia mengatakan harus menghadiri janji lain di rumah sakit lain.
Insiden tersebut terjadi Oktober lalu, namun terungkap 5 Januari kemarin dalam sebuah laporan investigasi dari Rumah Sakit Queen Mary.
Manajemen rumah sakit mengatakan bahwa perilaku dokter bedah tersebut ‘tidak dapat diterima’.
Pasien, yang namanya dan jenis kelaminnya tetap dirahasiakan, dikirim ke sebuah ruang operasi di Rumah Sakit Queen Mary untuk operasi transplantasi hati pada pukul 12.11, 13 Oktober, melaporkan Apple Daily.
Organ itu diambil dari donor yang telah meninggal dari Rumah Sakit Prince of Wales.
Ketika tim medis menunggu organ tersebut dikirim dan setelah perut pasien dibuka, Dr Ng tiba-tiba memberitahu tim operasi operasi tersebut bahwa dia harus pergi untuk operasi lain di rumah sakit swasta.
Kepala ahli bedah, Dr Tiffany Wong Cho-lam, memutuskan untuk menunda operasi dan menunggu sampai Dr Ng kembali.
Pasien dipantau oleh staf perawat dan ahli anestesi selama tiga jam.
Seorang ahli anestesi senior, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan tiga jam dengan luka terbuka dapat meningkatkan risiko kehilangan darah atau infeksi, namun tidak menimbulkan efek jangka panjang jika dilakukan di bawah pengawasan, lapor South China Morning Post.
Dr Ng kembali ke ruang operasi pukul 18.30 dan menyelesaikan operasi transplantasi hati tersebut sekitar pukul 10 malam.
Pasien telah pulih dan pulang pada bulan November.
Panel empat anggota dibentuk untuk penyelidikan setelah menerima laporan operasi yang kacau tersebut.
Dr Ng, seorang profesor paruh waktu, bekerja di Rumah Sakit Queen Mary sebagai anggota staf kehormatan, namun panel tersebut menemukan pengaturan operasi Dr Ng ‘tidak benar dan tidak dapat diterima’.
“Sebagai anggota staf paruh waktu, Ng memiliki jadwal sendiri di rumah sakit swasta dan dia tidak diharuskan untuk memberi tahu kami,” kata Dr Tong Hon-kuan, wakil kepala eksekutif rumah sakit dalam konferensi pers.
Namun, dia menyatakan bahwa panel tersebut menganggap penghentian operasi tiga jam itu ‘tidak perlu dan bisa dicegah’.
Kepala eksekutif Rumah Sakit Queen, Mary Dr Luk Che-chung, mengatakan bahwa prosedur terpisah akan diikuti untuk menentukan apakah Ng akan dihukum.
Hukuman yang diberikan oleh Otoritas Rumah Sakit bisa berkisar dari penerbitan peringatan sampai penghentian penunjukan kehormatan. (Dailymail/ran)
ErabaruNews