Pengedar narkoba secara terbuka menggunakan Facebook untuk menargetkan anak-anak, sebuah penyelidikan Daily Mail mengungkapkan.
Sejumlah penjahat dengan bebas menggembar-gemborkan bisnis mereka di situs dan media sosial raksasa lainnya termasuk Instagram dan Twitter.
Banyak yang menawarkan ganja untuk dijual. Salah satu dealer, saat dihubungi, menawarkan menjual kokain. Seorang reporter berlagak sebagai anak laki-laki remaja telah menemukan dealer-dealer di Facebook yang ingin memasok obat bius padanya meski mereka tahu masih sekolah.
Di Instagram, situs berbagi gambar milik Facebook, sebuah akun dengan lebih dari 22.000 pengikut tampaknya didedikasikan untuk memverifikasi dealer-dealer ganja asli di Inggris.
Kemarin malam, situs-situs media sosial dituduh gagal menutup pelanggaran hukum yang ‘mencolok mata’ dan ‘membantu dan bersekongkol’ menjual obat-obatan terlarang tersebut. Mereka telah mendapat kecaman karena dugaan kegagalan mereka untuk membatasi materi-materi teroris atau melancarkan tindakan keras terhadap aktivitas pelaku pelanggaran anak.
Anggota parlemen dan juru kampanye kemarin meminta raksasa-raksasa internet untuk menghadapi sanksi yang lebih ketat atas kegagalan yang terus berlanjut untuk membasmi aktivitas kriminal.
Seorang juru bicara pemerintah mengatakan, “Kami ingin Inggris menjadi tempat teraman di dunia untuk online. Apa pun yang ilegal secara offline seharusnya juga menjadi ilegal secara online. Kami mendorong orang untuk melaporkan [apapun] gangguan pada polisi dan juga … melaporkan gambar-gambar tersebut ke penyedia aplikasi itu sendiri.”
Investigasi Mail menyusul sebuah laporan awal bulan ini yang memperingatkan bahwa anak-anak berusia 13 tahun telah menggunakan media sosial untuk membeli obat secara online.
Laporan tersebut, dari badan amal Young Addaction, mengatakan para dealer menggunakan hashtag dan emoji untuk mengiklankan barang dagangan mereka, dengan kenaikan besar dalam tren selama 18 bulan terakhir.
Kini Mail telah menemukan bukti adanya skala mengkhawatirkan obat-obatan yang saat ini diiklankan di situs-situs yang sangat populer di kalangan anak muda. Reporter telah dapat menemukan obat yang ditawarkan untuk dijual di Facebook, Instagram dan Twitter dalam lima menit.
Situs-situs tersebut ditemukan menampung ribuan pos dan akun yang terkait dengan dealer dan penyalahguna. Pemborong menggunakan kode emoji dan hashtag, termasuk # weed4sale, untuk menarik para pembeli.
Mereka menggunakan fotografi melalui Instagram untuk memamerkan persedian mereka dan mengarahkan para pelanggan ke akun mereka di aplikasi messenger, Wickr. Transaksi ilegal kemudian diatur di aplikasi gratis tanpa takut polisi mengakses pesan-pesan tersebut.
Para dealer ganja menyediakan daftar persediaan dari ganja rumahan maupun marijuana yang diimpor. Berpose sebagai anak sekolah, reporter tersebut menghubungi dua halaman Facebook yang menjual narkoba secara online, dan keduanya langsung setuju untuk menjual.
Satu halaman, yang dipilih Mail yang tidak disebutkan namanya, menampilkan gambar-gambar tas obat-obatan terlarang. Beberapa menit setelah mengirim pesan, seorang pria memanggil kembali menggunakan nama alias pesepakbola Tottenham yang menawarkan dua gram ‘banging Charlie‘ [istilah untuk kokain] seharga £120 atau beberapa ‘great weed’.
Dia tidak peduli saat diberi tahu calon pembeli masih sekolah.
Halaman Facebook lainnya menyediakan daftar harga yang menampilkan rangkaian produk ganja seharga £100 sampai £350. Salah satu situs saudaranya dimatikan minggu lalu setelah Mail mendapat kontak. Tetapi kemarin sore setidaknya ada empat situs iklan obat lain dengan rincian kontak yang sama.
Narkoba juga ditawarkan di Instagram. Salah satu dealer memajang foto dua kantong besar ganja di Instagram, yang mendesak calon konsumennya: ‘Jangan lewatkan.’
Fasilitas lainnya termasuk ‘kami menyediakan layanan pengiriman paling resmi’ dan ‘menerima kiriman keesokan harinya’.
Para pemain profesional bahkan ditawari menu berbagai jenis ganja kuat dengan nama termasuk ‘alien glue’. Seorang penjual yang ambisius AS mengiklankan di Twitter menawarkan 150 tablet ekstasi, obat Kelas A, dengan harga £1.630 melalui layanan pesan Wickr.
Adalah ilegal untuk memiliki ganja Kelas B di Inggris dan mereka yang tertangkap menghadapi hukuman 14 tahun penjara. Namun pemuda pekerja Nick Hickmott, dari badan amal Young Addaction, mengatakan bahwa penggunaan obat secara online semakin meningkat dan perusahaan internet ‘menutup mata’. Dia mengatakan Instagram adalah ‘pilihan yang lebih disukai’ di antara para pedagang ganja, menambahkan, “Begitu terang-terangan.”
“Sulit dipercaya kalau diizinkan beroperasi seperti itu. Mereka adalah satu-satunya yang memiliki kekuatan untuk mengatasinya. Jika perusahaan multimedia besar ini ingin melakukan sesuatu, mereka bisa melakukannya.”
Hickmott mengklaim bahwa aplikasi berbagi gambar Instagram dan Snapchat cenderung menjadi platform yang paling banyak digunakan untuk transaksi. Investigasi Mail sekarang membuktikan bahwa dealer membagikan gambar obat sebelum memberikan rincian kontak alternatif.
David Green, dari think-tank (lembaga riset) Citivas, mengatakan bahwa perusahaan media sosial dapat menganggap dirinya bertanggung jawab secara kriminal jika mereka tidak melakukan cukup banyak untuk menghentikan kriminalitas yang mencolok.
Dia berkata, “Ini adalah contoh lain dari sebuah organisasi yang tidak menyatakan apa-apa lebih dari sekedar sebuah platform yang dalam kasus ini membantu dan bersekongkol dengan penjualan bahan-bahan ilegal.
Anggota Parlemen Buruh Helen Goodman, mantan menteri perlindungan budaya, tadi malam berkata: “Ini adalah contoh lain dari perusahaan media sosial yang mengingkari kekuatan dan pengaruh yang mereka miliki tersebut dan gagal bertindak sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Ini akan sampai pada titik dengan perusahaan media sosial ini dimana ada banyak masalah sehingga Pemerintah harus … mulai melihat perubahan hukum dan penegakan hukum yang tepat.”
Menteri Dalam Negeri, Victoria Atkins, mengatakan tadi malam, “Kita ingin Inggris menjadi tempat teraman di dunia untuk online. Apa pun yang ilega secara offline seharusnya juga ilegal secara online. Kita mendorong orang untuk melaporkan materi-materi yang mengganggu ke polisi dan juga menggunakan alat-alat aplikasi untuk melaporkan gambar tersebut ke penyedia aplikasi itu sendiri.”
Tadi malam, juru bicara Facebook mengatakan, “Kami mendorong komunitas kami untuk melaporkan aktivitas apa pun seperti ini menggunakan alat pelaporan kami sehingga kami dapat dengan cepat menghapusnya.”
“Kami baru-baru ini mengumumkan bahwa kami akan menggandakan tim keamanan kami menjadi 20.000 orang selama tahun depan untuk memperbaiki bagaimana kami mendeteksi dan menghapus konten yang seharusnya tidak ada di Facebook.” Instagram mengatakan bahwa pihaknya mendorong pengguna untuk melaporkan aktivitas ilegal. Twitter mengatakan semua pengguna harus setuju untuk tidak menggunakan situs tersebut untuk tujuan yang melanggar hukum. Seorang juru bicara mengatakan bahwa pemegang akun tidak diizinkan menggunakannya untuk ‘tujuan yang melanggar hukum’.
Dia menambahkan, “Dengan menggunakan Twitter, Anda setuju untuk mematuhi semua hukum yang berlaku yang mengatur perilaku dan konten online Anda.” (Dailymail/ran)
ErabaruNews