Adik Perempuan Kim Jong-un yang Terkena Sanksi Diutus ke Olimpiade PyeongChang, Apa Maksudnya?

oleh Hong Mei

Epochtimes.id- Kim Yo-jong, saudara perempuan Kim Jong-un dan Choe Hwi, pejabat senior Korea Utara kedua nama orang tersebut yang masuk daftar sanksi internasional akan menjadi utusan Korea Utara  menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di PyeongChang Korea Selatan.

Apa maksud Kim Jong-un mengirim kedua orang tersebut? Pemerintah Korea Selatan menganggap ini adalah sebuah sikap bahwa Korea Utara ingin meredakan situasi di semenanjung.

Namun, analisis media Korea Selatan percaya bahwa pertunjukan itu dimaksudkan untuk secara bertahap mematahkan sanksi yang diberlakukan oleh masyarakat internasional kepada Korea Utara.

Pada 7 Februari, otoritas Pyeongyang memberitahu otoritas Seoul bahwa Kim Jong-un telah mengutus satu delegasi termasuk saudara perempuannya Kim Yo-jong dan Ketua Komite Pengarah Olahraga Nasional Korea Utara, Choe Hwi untuk menghadiri upacara pembukaan Olimpiade. Pemerintah Korea Selatan menyambut baik hal ini.

Logo Olimpiade Musim Dingin (www.pyeongchang2018.com)

Kim Yo-jong sekarang termasuk di antara orang Korea Utara dengan peringkat tertinggi yang mengunjungi Korea Selatan, namun namanya tercantum dalam daftar sanksi AS terhadap Korea Utara. Sedangkan Choe Hwi termasuk dalam sanksi ganda yang diberlakukan oleh Amerika Serikat dan PBB.

Pemerintah Korea Selatan dalam tanggapannya terhadap penugasan Kim Yo-jong ke upacara pembukaan mengatakan : “Mereka tampaknya sedang mengirim sinyal keinginan untuk meredakan suasana ketegangan di semenanjung.”

Namun, kedatangan kedua individu yang namanya terkena sanksi ke Selatan jelas merupakan suatu pelanggaran sanksi internasional. Terhadap hal ini pemerintah Korea Selatan mengatakan bahwa untuk menghindari perselisihan yang tidak perlu, otoritas Korea Selatan akan mengadakan konsultasi dengan pihak Amerika Serikat dan masyarakat internasional lainnya.

Sementara media mainstream Korea Selatan mengungkapkan pandangan yang berbeda. Media ‘Chosul Ilbo’ dengan mengutip ucapan seorang diplomat Korea Selatan pada 7 Pebruari mengatakan : Korea Utara menggunakan Olimpiade PyeongChang untuk secara bertahap mematahkan sanksi. Pertama-tama mematahkan sanksi 24 Mei dari Korea Selatan, kemudian Amerika Serikat setelah itu sanksi yang diberikan oleh masyarakat internasional.

Insiden tenggelamnya kapal Korea Selatan ‘Cheonan’ oleh serangan torpedo Korea Utara pada tahun 2010 telah memicu pemerintah Korea Selatan mengeluarkan sanksi pada 24 Mei tahun itu berupa larangan segala kapal Korea Utara untuk memasuki perairan Korea Selatan.

Sejumlah masyarakat Seoul membakar gambar Kim Jong-un di depan stasiun KA bertepatan kedatangan delegasi Korut pada 22 Januari untuk melakukan survei ke PyeongChang. (Kim Jae-Myeong/Donga Daily via Getty Images)

Namun, otoritas Pyeongyang justru meminta rombongan seni Korea Utara berangkat ke PyeongChang dengan melalui jalur laut, berubah dari jalur darat sebagaimana yang sudah disepakati sebelumnya.

Korea Selatan memberi izin pelayaran kapal Korut pengecualian dari sanksi demi suksesnya penyelenggaraan Olimpiade.

Sebagai tanggapan, Korea Herald melaporkan ucapan peneliti senior ‘Sejong Institute’ bernama Hong Hyun-ik : “Saya pikir Korea Utara sedang mencoba untuk memaksa Korea Selatan menerima permintaannya yang diajukan secara darurat, tujuannya tak lain adalah untuk mematahkan sanksi, tak masalah seberapa kecil atau sedikit hasilnya”

‘Chosun Ilbo’ dalam tanggapannya terhadap kunjungan Kim Yo-jong juga melaporkan ucapan Wakil Presiden Asan Institute for Policy Studies Choi Kang : “Korea Utara kembali menggoda kita. Ini tidak hanya melibatkan hubungan Korea Selatan – Amerika Serikat, juga berpotensi untuk berkembang menjadi isu masyarakat internasional. (Sinatra/asr)

Sumber : Epochtimes.com