oleh Zhang Bingkai
Epochtimes.id- Hasil penelitian astronomi terkini menemukan bahwa planet matahari memiliki sirklus perubahan 400 tahun. Saat ini sudah memasuki titik kritis siklus yang mungkin menjadi sangat dingin pada pertengahan abad ini.
Istilah lain, planet matahari menghasilkan bintik matahari lebih sedikit, aktivitas geomagnetik berkurang dan radiasi UV melemah.
University of California baru-baru ini melaporkan bahwa ini adalah pertama kalinya para ilmuwan mensimulasikan waktu pendinginan matahari yang mungkin terjadi antara tahun 2020 sampai 2070.
Secara umum, matahari miliki karakteristik aktivitas periodik dengan jarak 11 tahun, yaitu setiap 11 tahun aktivitas matahari akan berada dalam keadaan paling lemah aktifitasnya.
Namun demikian, para ilmuwan menemukan siklus aktivitas yang lebih besar berdasarkan pengamatan dan catatan sejarah, yakni matahari pada setiap 400 tahun akan berada dalam suatu kondisi yang oleh astronomi dinamakan grand solar minima di mana pada periode tersebut energi yang dipancarkan ke luar oleh matahari akan berkurang secara signifikan.
Grand solar minima dan grand solar maxima adalah 2 siklus ekstrem yang akan muncul bergantian rata-rata setiap 11 tahun sekali.
Selama periode grand solar maxima, sunspot atau bintik matahari mungkin akan muncul sampai ratusan kali, disertai dengan pijaran-pijaran besar dan melempar miliaran ton awan bermuatan listrik ke angkasa. Saat ini adalah saat yang tepat untuk mengamati cahaya aurora di langit.
Meskipun radiasinya merugikan aktivitas astronot, merusak fungsi satelit, mengganggu komunikasi, menggagalkan kiriman data GPS dan sebagainya. Hal-hal tersebut biasanya akan terjadi pada periode solar maxima.
Selama periode grand solar minima, jumlah bintik matahari sedikit dan pijaran melemah, terkadang bintik baru muncul sekali dalam beberapa hari bahkan pekan. Aman bagi astronot dalam melakukan aktivitas di angkasa, tetapi pancaran aurora di langit kurang menarik untuk disaksikan.
Para ilmuwan menunjukkan bahwa pada abad ketujuh belas, matahari pernah berada dalam periode yang sangat dingin, sehingga memberikan dampak serius terhadap iklim bumi.
Saat itu antara tahun 1645 sampai 1715, matahari berada dalam masa paling lemah aktivitasnya atau periode Maunder Minimum (minimum sunspot yang berkepanjangan) atau Little Ice Age.
Beberapa wilayah di bumi mendapat serangan udara dingin, seperti air Sungai Thames di Inggris sampai membeku, begitu pula Laut Baltik, tetapi Alaska dan Greenland justru memanas.
E. Walter Maunder, 1851 – 1928, adalah seorang peneliti yang menemukan melalui data catatan tentang aktivitas dari bintik hitam matahari. Ia yang menemukan peride munculnya bintik hitam paling sedikit yang kemudian oleh ilmuwan dinamakan Maunder Minimum untuk menghargai jeripayahnya.
Dan Lubin, seorang fisikawan University of California, San Diego, menjelaskan bahwa berdasarkan catatan ini yang dikombinasikan dengan data yang dikumpulkan oleh International Ultraviolet Detection Satellite (IUE) selama lebih dari 20 tahun, dapat diperkirakan bahwa pada periode grand solar minima berikutnya, matahari akan memancarkan energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan periode sebelumnya. Oleh karena itu diperkirakan bumi akan lebih gelap dan lebih dingin.
Dengan aktivitas matahari yang melemah pertama-tama akan membuat lapisan stratosfer ozon di atmosfer bumi lebih tipis, mempengaruhi efek adiabatik atmosfer, angin dan pola cuaca di bumi akan berubah drastis.
Dan Lubin menjelaskan bahwa diperkirakan pada periode grand solar minima ini, suhu permukaan rata-rata global akan turun beberapa derajat Celcius dalam beberapa tahun pertama, namun faktor lainnya cenderung membuat suhu kembali naik.
Rubin juga mengatakan bahwa studi tersebut telah memberikan gagasan baru dalam memahami hubungan antara planet bumi dan matahari.
Penelitian tersebut telah dipublikasikan dalam majalah Astrophysical Journal Letters. (Sinatra/asr)