oleh He Mu
Media Inggris memberitakan bahwa Presiden Xi Jinping, mantan sekretaris Komisi Sentral untuk Inspeksi Disiplin Wang Qishan dan direktur kantor keuangan Liu He, baru-baru ini sering dan secara bergantian menemui Duta Besar Amerika untuk Tiongkok Terry Edward Branstad dalam rangka melobi demi menghindari terjadinya perang dagang antar kedua negara.
Analisis media AS menyebutkan bahwa Beijing tampaknya kurang percaya diri dan memilih usaha kompromi.
Financial Times mengutip dari berbagai sumber pada 14 Februari mengungkapkan bahwa Xi Jinping dan Wang Qishan dalam beberapa pekan terakhir pernah secara diam-diam melobi Brandstad dalam rangka membalikkan kecenderungan konfrontasi perdagangan Tiongkok – AS.
Selanjutnya, wadah pemikir bidang ekonomi Xi Jinping dan direktur Kantor Kelompok Pemimpin Urusan Ekonomi dan Keuangan Partai Komunis Tiongkok, Liu He juga telah bertemu dengan duta besar AS pada 14 Pebruari yang lalu.
Anggota Dewan Negara Tiongkok yang bertanggung jawab atas urusan luar negeri Tiongkok, Yang Jiechi pada 8 – 9 Februari berada di Washington DC untuk membicarakan soal bagaimana membangun hubungan ekonomi dan perdagangan yang adil dan saling menguntungkan dengan otoritas Washington.
Menurut Financial Times bahwa, tingginya frekuensi pertemuan pejabat tinggi Tiongkok dengan AS menunjukkan adanya kurang percaya diri terhadap isu dalam hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara tersebut. Dari sisi lain mencerminkan bahwa otoritas Beijing sedang kurang optimis terhadap perkembangan ekonomi Tiongkok akhir-akhir ini.
Sebagai tanggapan, VOA mengutip analisa seorang pakar urusan Tiongkok yang menjabat sebagai analis senior di Laboratorium Penelitian Kebijakan Perbandingan AS-Tiongkok-Jepang, Yang Zhongmei memberitakan bahwa, Hal tersebut mencerminkan jika Tiongkok masih tidak ingin berperang dagang dengan Amerika Serikat sehingga memilih upaya lobi dalam penyelesaian masalah yang timbul.
Yang Zhingmei mengatakan, jika perang dagang antar kedua negara tersebut sampai meletus, Tiongkok akan mengalami kemunduran yang besar, akan berdampak sangat serius terhadap proses ekonomi yang digagaskan oleh Xi Jinping. Oleh sebab itu, Beijing menghindari terlibat dalam peperangan itu. Mereka akan melakukan segala upaya untuk berkompromi.
Ia percaya bahwa kedua negara tersebut tidak akan terlibat dalam peperangan dagang berskala besar. Mereka akan saling mengalah walau porsi kompromi tinggi akan lebih besar.
Di pihak Amerika Serikat, dalam sambutan mengenai strategi keamanan nasional baru dan pidato kenegaraan, Presiden Trump mengatakan bahwa rejim Tiongkok merupakan ancaman bagi masyarakat internasional. dan telah secara jelas mencantumkan Tiongkok sebagai agresor ekonomi Amerika Serikat, negara yang menantang nilai-nilai AS.
Beberapa media asing dalam laporannya menunjukkan bahwa Trump sejak bulan Januari lalu teleh memberlakukan beberapa kebijakan yang membuat tekanan berat pada produk Tiongkok. termasuk pemberlakuan tarif tinggi kepada mesin cuci dan panel surya yang diimpor dari Tiongkok.
Pemerintah AS telah menyelesaikan investigasi terhadap besi dan baja, almunium asal Tiongkok dan pada bulan April mendatang akan memutuskan apakah komoditas ini akan mendapat batasan jumlah impor.
Baru-baru ini, Kementerian Perdagangan AS mengumumkan bahwa mereka akan melakukan investigasi ‘double-reverse’ (anti-dumping dan countervailing) terhadap impor pipa las berdiameter besar.
Sebagai tambahan, pada bulan Januari lalu Presiden Trump juga secara terbuka menyebutkan akan memberlakukan sanksi hukuman atas pelanggaran kekayaan intelektual yang dilakukan oleh pihak Tiongkok.
“Sedang mempertimbangkan denda besar terhadap pelanggar yang akan diumumkan dalam waktu dekat,” katanya. (Sinatra/asr)
Sumber : NTDTV