Epochtimes.id- Sejumlah orang-orang menderita gejala diduga terkena paparan gas klorin di distrik Ghouta yang dikuasai pemberontak di dekat Damaskus, Minggu (25/02/2018).
Laporan menyebutkan seorang anak tewas seperti diungkapkan otoritas kesehatan di daerah yang dipertahankan kelompok oposisi.
Saat Dewan Keamanan PBB meminta gencatan senjata selama 30 hari di Suriah, mereka tidak ingin melihat banyak korban di Suriah.
Serangan udara terus berlanjut di daerah pinggiran Damaskus. Sejumlah dokter di Ghouta mengatakan daerah tersebut telah terkena serangan kimia.
Video dari Masyarakat Medis Amerika-Suriah mengklaim adanya korban yang sedang dirawat karena paparan gas klorin.
Anak-anak bergumul dengan seutas napas, satu anak tak bernyawa karena mati lemas.
Kementerian pertahanan Rusia, yang mendukung pemerintah Suriah, justru menuduh pemberontak bersiap menggunakan gas beracun di Ghouta Timur sehingga mereka kemudian dapat menuduh Damaskus menggunakan senjata kimia.
Pemerintah Suriah secara konsisten membantah menggunakan senjata semacam itu. Bantahan Suriah yang selalu diperdebatkan AS.
Penyelidikan PBB baru-baru ini menemukan bahwa rezim tersebut bersalah menggunakan gas klorin dalam serangan lainnya di Suriah.
Rumah sakit sedang berjuang untuk mengatasi segalanya. Staf medis tertekan, dan mereka tidak memiliki apa yang mereka butuhkan untuk perawatan. Staf medis kelelahan.
Lokasi kejadian serangan di Suriah ini dikomentari oleh Sekjen PBB Antonio Guterres Senin (26/02/2018) sebagai “neraka di bumi”.
Dia menyerukan kepada semua pihak yang berperang agar menghentikan pertempuran sesegera mungkin.
Presiden Dewan Eropa Donald Tusk, Jumat (23/02/2018) mengecam kekejaman rezim Assad secara kejam menyerang pria, wanita, dan anak-anak yang tidak bersalah. Presiden Dewan Eropa ini turut mengatakan para pendukung Assad, yakni Rusia dan Iran, membiarkannya terjadi. (asr)
Sumber : ntd.tv