Stasiun Ruang Angkasa Tiongkok, Tiangong-1 Jatuh Hancur ke Kawasan Pasifik Selatan

Reuters

Epochtimes.id- Stasiun ruang angkasa Tiangong-1 Tiongkok kembali memasuki atmosfir bumi dan sebagian besar terbakar di tengah Pasifik Selatan dekat Tahiti pada Senin (02/04/2018) seperti diwartakan otoritas ruang angkasa Tiongkok.

Pesawat itu kembali memasuki atmosfir sekitar pukul 8:15 pagi waktu Beijing dan “sebagian besar” telah terbakar ketika masuk kembali seperti diungkapkan oleh pihak berwenang dalam pernyataan singkat di situs webnya.

Sebelumnya diperkirakan akan masuk kembali ke pantai Brasil di Atlantik Selatan dekat kota Sao Paulo dan Rio de Janeiro.

Beijing mengatakan tak mungkin ada potongan besar akan mencapai tanah.

Tiangong-1 10,4 meter atau “Heavenly Palace 1”, diluncurkan pada tahun 2011 untuk melakukan percobaan docking dan orbit sebagai bagian dari program ruang angkasa Tiongkok yang ambisius bertujuan untuk menempatkan stasiun permanen di orbit pada 2023.

Awalnya direncanakan untuk dinonaktifkan pada 2013 tetapi misinya berulang kali diperpanjang.

Rejim Tiongkok mengaku kehilangan kendali stasiun luar angkasa seharga 19.000 pound pada tahun 2016.

Tabloid corong pemerintah, Global Times mengatakan pada Senin menuding hanya sensasi di media seluruh dunia tentang masuknya kembali mencerminkan “iri” luar negeri terhadap industri luar angkasa Tiongkok.

“Itu normal bagi pesawat ruang angkasa untuk masuk kembali ke atmosfer, namun Tiangong-1 menerima begitu banyak perhatian sebagian karena beberapa negara Barat terlalu melebihkannya dengan industri kedirgantaraan Tiongkok yang tumbuh cepat,” katanya.

Stasiun luar angkasa Tiangong-1 diluncurkan pada September 2011. Ini adalah stasiun luar angkasa pertama di Tiongkok.

Aerospace melaporkan bahwa terakhir kali para ilmuwan mampu menaikkan ketinggian stasiun ruang angkasa sebelum penurunan yang sedang berlangsung saat ini adalah pada Desember 2015, dan telah mengorbit tak terkendali sejak setidaknya Juni 2016.

Space.com menulis bahwa “Kehancuran satelit sekarang dipandang sebagai fragmentasi paling produktif dan parah dalam lima dekade operasi ruang angkasa.”

Kejadian ini mengakibatkan sebagian besar puing-puing ruang angkasa, ancaman terhadap satelit lain dan penerbangan antariksa.

Stasiun Luar Angkasa Internasional dan orang-orang di atas antariksa beresiko dari puing-puing angkasa.

Insiden itu juga dianggap sebagai ancaman militer. Program luar angkasa rezim Tiongkok dijalankan oleh militernya.

Kesediaan rezim hingga menyebabkan kerusakan semacam ini di ruang angkasa tanpa peringatan dipandang sebagai ancaman terhadap satelit milik negara-negara di seluruh dunia seperti dilaporkan The Washington Post.

“Sangat disayangkan bahwa Tiongkok akan jatuh ke jalur ini,” kata seorang pejabat AS setelah insiden tersebut, melalui unggahan medsos.

“Tidak ada yang melakukan ini dalam lebih dari 20 tahun, dan pada saat itu, kerjasama internasional dalam ruang telah terlaksana sejauh ini. Ini adalah arena komersial, ilmiah dan riset yang ramai. Hal semacam ini merupakan kemunduran bagi Perang Dingin,” ungkapnya. (asr)