Banyak Cara Tiongkok Menghindari Tarif Impor Mahal

Tarif baru-baru ini yang diberlakukan Amerika Serikat terhadap impor-impor Tiongkok telah menyebabkan pengawasan baru terhadap praktik-praktik perdagangan Tiongkok. Satu masalah berkelanjutan adalah metode-metode Tiongkok dalam menghindari bea-bea impor.

Pada 20 April, otoritas Uni Eropa dan Italia mengungkapkan bahwa mereka sedang menyelidiki kemungkinan penipuan pajak skala luas oleh geng-geng penjahat Tiongkok yang mengimpor barang melalui pelabuhan Piraeus terbesar Yunani, sebuah gerbang perdagangan antara Tiongkok dan Eropa, kata para pejabat.

Seorang pejabat di unit investigasi khusus Kantor Pusat Anti Penipuan Italia, Fabio Botto, mengatakan dugaan penipuan di Piraeus telah merugikan Italia puluhan juta euro dalam pajak pertambahan nilai yang belum dibayar (PPN), meskipun jumlahnya bisa jauh lebih tinggi karena investigasi tersebut belum berakhir.

Italia mulai menyelidiki kasus Piraeus tersebut pada akhir 2017 setelah menyita faktur-faktur palsu di kantor pabean, kata Botto.

Kantor Anti Penipuan Eropa, European Anti-Fraud Office (OLAF), membenarkan bahwa pihaknya bekerjasama dengan Italia dalam penyelidikan tersebut tetapi menolak memberikan rincian, dengan alasan kerahasiaan.

Botto mengatakan agensinya memiliki bukti bahwa perusahaan milik Tiongkok yang dijalankan oleh kelompok kriminal tersebut secara curang telah menghindari bea impor dan PPN atas pengiriman barang besar melalui Piraeus.

perdagangan ilegal
Pemandangan Terminal Peti Kemas Piraeus, dekat Athena, Yunani, pada 20 September 2017. (Alkis Konstantinidis / File photo / Reuters)

Kelompok geng-geng tersebut mengimpor barang, sering memalsukan pakaian dan alas kaki, dan secara besar-besaran mengecilkan nilai barang mereka pada bea cukai Uni Eropa untuk menghindari bea masuk, katanya. Mereka juga telah berbohong tentang perusahaan-perusahaan yang menerima barang-barang tersebut, memungkinkan mereka untuk menghindari PPN.

Unit Kejahatan Keuangan Yunani sedang melakukan penyelidikan terpisah terhadap dugaan kasus penipuan pajak yang melibatkan barang-barang Tiongkok yang diimpor melalui Pireaus. Unit Yunani tersebut hanya memiliki sedikit kontak dengan otoritas Italia dan UE dan belum diberitahu tentang penyelidikan yang lebih luas tersebut, kata seorang pejabat di sana.

Perusahaan pelayaran milik negara Tiongkok, COSCO Shipping, telah memegang saham mayoritas di Piraeus sejak 2016.

Pelabuhan tersebut adalah bagian dari inisiatif “One Belt, One Road” rezim Tiongkok (juga dikenal sebagai “Belt and Road”); negara tersebut telah menginvestasikan jutaan dolar di pelabuhan tersebut sebagai sarana untuk meningkatkan perdagangan dan mengerahkan pengaruh geopolitik di kawasan tersebut.

Keuntungan Mengabaikan Tarif

Di Tiongkok, pengelakan tarif telah menjadi bisnis sepenuhnya. Pertama kali telah disoroti oleh New York Times, sejumlah perusahaan pialang Tiongkok secara terbuka mengiklankan jasa mereka dengan menyamarkan asal-usul asli produk buatan Tiongkok dengan mengirimnya ke negara lain.

Pengiriman barang-barang ke negara lain sebelum mereka melabuhkannya di negara tujuan, praktik yang dikenal sebagai transshipment, adalah bagian yang khas dari perdagangan, namun jika seseorang menyamarkan maksud sebenarnya dari pengangkutan barang-barang tersebut, dianggap ilegal.

Perusahaan Tiongkok Settle Logistics, misalnya, mencatat di situs webnya bahwa hal itu dapat membantu perusahaan-perusahaan menghindari bea impor dengan mentransfer barang ke Malaysia, Thailand, Taiwan, Indonesia, dan India.

Settle Logistics menjelaskan bahwa mereka telah mendaftarkan anak perusahaan, perwakilan, dan pabrik di Malaysia, yang akan memungkinkan barang-barang kliennya menerima sertifikasi resmi dan dengan demikian dapat lolos dari apapun pemeriksaan yang ada.

Selain itu, perusahaan tersebut menulis bahwa pengiriman ke India lebih kecil kemungkinannya untuk mendapat pengawasan dari otoritas Uni Eropa, menjadikannya tempat transit yang ideal untuk barang-barang klien.

Sementara itu, CT-Chan Supply Chain Management Co. yang berbasis di Guangdong mengiklankan di situs webnya, “Transshipment adalah satu-satunya metode untuk menghindari tarif tinggi dan pembatasan-pembatasan impor.”

Pelanggaran-pelanggaran Sebelumnya

Baru-baru ini, Tiongkok juga dituduh melakukan transshipment baja ke Vietnam untuk menghindari anti dumping dan countervailing duties (aksi penerapan pajak tambahan terhadap produk impor dari suatu negara) terhadap baja impor Tiongkok, yang diberlakukan oleh Departemen Perdagangan AS pada tahun 2015 dan 2016. Departemen Perdagangan telah mengambil tindakan setelah menemukan bahwa rezim Tiongkok telah melakukan dumping baja dengan subsidi pemerintah.

Firma riset IHG Markit menjelaskan metode rezim Tiongkok dalam menghindari tarif-tarif tersebut, “Kadang-kadang barang-barang yang sudah dipindah minimal sudah diubah dan dipaksakan dengan label asal negara yang baru, dan terkadang barang-barang tersebut harus menginap di penyimpanan pelabuhan dan kemudian dipindahkan ke tujuan akhir mereka.”

perdagangan ilegal menghindari pajak masuk import
Sebuah sampan berlayar dekat pelabuhan kontainer yang baru dibangun di Ho Chi Minh City, Vietnam, pada 21 Desember 2006. (Hoang Dinh Nam / AFP / Getty Images)

Tiongkok telah mengirim baja ke Vietnam, di mana ia dilapisi dengan seng dan produk-produk lainnya, kemudian diangkut ke Amerika Serikat, menurut IHG Markit.

Perusahaan tersebut juga menemukan bahwa ekspor baja Tiongkok ke Vietnam tumbuh pada saat yang sama ekspor baja Vietnam ke Amerika Serikat meningkat: Ekspor baja Tiongkok tumbuh dari sekitar 3,5 juta ton pada tahun 2013 menjadi sekitar 7,4 juta ton pada tahun 2017, sementara ekspor Vietnam tumbuh dari sekitar 14.660 ton menjadi sekitar 569.000 ton selama periode yang sama.

Pada bulan Desember 2017, Departemen Perdagangan mengumumkan Amerika Serikat akan mengenakan bea impor pada baja Vietnam, mengutip temuan bahwa baja tersebut berasal dari Tiongkok dan telah menghindari pajak-pajak AS.

Sebelum penemuan baja transshipment tersebut, seorang pakar madu di Texas A & M University menemukan bahwa sebuah transaksi besar tentang madu yang dijual di Amerika Serikat sebenarnya berasal dari Tiongkok meskipun label-labelnya mengklaim bahwa mereka diproduksi di negara-negara lain.

Amerika Serikat telah memberlakukan tarif tinggi pada madu Tiongkok karena praktik dumping di negara tersebut, menurut pakar Vaughn Bryant. “Setelah itu, madu Tiongkok terlalu mahal untuk diimpor, jadi salah satu solusinya adalah menjualnya ke negara-negara lain. Beberapa dari negara-negara lain itu kemudian menjual kembali madu Tiongkok tersebut ke AS,” katanya. (ran)

Rekomendasi video :

ErabaruNews