Surat Terbuka Pelecehan Seksual oleh Dosen Beijing Sulut Gerakan Protes Mahasiswa

EpochTimesId – Yue Xin, seorang mahasiswi Universitas Beijing (Peking University) telah dianiaya pihak universitas. Dia menulis surat terbuka yang berisikan permintaan kepada pihak universitas untuk mengungkap kasus kekerasan seksual yang dilakukan seorang dosen terhadap seorang mahasiswi hingga korban mengakhiri hidupnya.

Solidaritas mahasiswa dan alumni Universitas Beijing mendukung upaya Yue Xin. Bahkan, dukungan menyebar sampai ke universitas lain. Aksi solidaritas ini bertepatan dengan sepekan sebelum hari kelahiran Universitas Beijing yang ke-120 tahun.

Aksi solidaritas juga menjelang 29 tahun Gerakan Mahasiswa Beijing 4 Juni 1989. Sehingga aksi tersebut membuat otoritas rezim otoriter menjadi panik.

Perintah menjaga stabilitas kampus, serta kontrol topik pembicaraan langsung diturunkan pihak berwenang. Intimidasi terhadap mahasiswa dan media juga muncul kembali.

Media corong partai komunis juga mengeluarkan serangkaian tulisan yang bersifat membimbing opini publik. Ada laporan yang berbunyi bahwa ini merupakan gerakan mahasiswa terbesar di Tiongkok sejak peristiwa 8964 (4 Juni 1989) 29 tahun lalu.

Mahasiswi Yue Xin pada bulan Januari tahun ini menyampaikan permintaan kepada pihak pengelola Universitas Beijing untuk memperhatikan masalah kekerasan seksual yang terjadi dalam kampus melalui surat terbuka atas nama dirinya.

Selain itu, Yue Xin juga meminta pihak universitas bersedia mengungkap kasus dugaan kekerasan seksual yang dilakukan seorang mantan direktur program studi bernama Shen Yang. Pejabat kampus itu diduga melakukan kekerasan seksual terhadap mahasiswi universitas yang sama pada 20 tahun silam, yang kasusnya juga tercatat dalam notulen rapat pihak universitas.

Surat terbuka tersebut dipublikasikan pada 23 April, namun sejak itu pihak universitas terus menghubungi Yue Xin. Kampus memintanya untuk berhenti membahas dan membicarakan masalah tersebut. Kampus juga mengancaman tidak akan memberikan ijasah.

Ibu mahasiswa tersebut juga merasa tertekan oleh ancaman. Dia pun terpaksa membawa Yue Xin pulang kampung agar ‘mudah diawasi’.

Setelah surat terbuka beredar, tindakan kasar yang dilakukan pihak Universitas terhadap mahasiswa yang menyuarakan keadilan jelas memicu kemarahan kampus. Karena itu poster-poster bertuliskan solidaritas mahasiswa kian banyak muncul di atas dinding-dinding kampus.

Meskipun tak lama setelah poster ditempel, pihak berwenang universitas langsung merobeknya. Tetapi foto-foto tetap beredar lewat jaringan internet. Sekarang Yue Xin dan Universitas Beijing sudah menjadi kata-kata sensitif.

Dua kata tersebut tidak bisa diakses lewat situs web daratan Tiongkok.

He Weifang, dosen hukum Universitas Beijing kepada New York Times mengatakan bahwa, banyak anggota fakultas juga tidak senang dengan cara pihak universitas memperlakukan Yue Xin. Dia mengatakan bahwa sebagai salah satu universitas paling bergengsi di Tiongkok, UB memiliki tanggung jawab untuk bertindak jujur dan transparan.

Mahasiswi meminta kebenaran fakta justru membuktikan bahwa mereka memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi.

Seorang mahasiswa mengatakan bahwa menjelang peringatan 120 tahun berdirinya universitas, spirit Gerakan Empat Mei tahun 1919 yang disponsori kaum pemuda dan mahasiswa Tiongkok yang dijadikan ruh Univ. Beijing juga ikut membangkitkan antusiasme mahasiswa.

Video Pilihan :
https://youtu.be/fTKcu82AtsA

Mereka marah, tidak terima dengan perlakuan pihak universitas terhadap Yue Xin. Oleh karena itu, poster-poster bermunculan untuk memperkuat rasa solidaritas.

Alumni pada 25 April juga menyuarakan rasa solidaritas dan menyerukan kepada seluruh perguruan tinggi untuk mendukung Yue Xin. Mereka juga memprotes pihak universitas yang telah menekan belasan mahasiswa yang menuntut keadilan.

Selain itu, alumni juga meminta universitas menghentikan tekanan kepada Yue Xin, dan meminta maaf kepada keluarganya. Namun, seruan itu dengan cepat dihapus di media sosial Tiongkok.

Otoritas melakukan pemblokiran mencegah munculnya gerakan mahasiswa besar-besaran. Menurut berita dari kampus, dengan kian meluasnya efek dari insiden surat terbuka Yue Xin tersebut membuat pihak universitas panik.

Mereka segera mengadakan pertemuan dan meminta jajaran dosen dan pengurus untuk menyampaikan keputusan rektor yang menghendaki seluruh penanggungjawab departemen mengamati secara saksama dinamika gerakan.

Sementara itu, mobil polisi disiapkan di luar pintu kampus guna keperluan antisipasi. Tidak ada berita tentang hal ini yang boleh beredar di jaringan internet Tiongkok.

Radio Free Asia mengutip ucapan pengamat hak asasi manusia Mr. Fu mengabarkan bahwa, sejak surat terbuka Yue Xin pada 23 April itu, tidak lagi ditemukan berita terbaru tentang gadis itu. Otoritas bahkan melakukan pemblokiran besar-besaran, tidak satu pun berita tentang Yue Xin yang lolos sensor pihak berwenang.

Menurut pendapatnya, otoritas jelas akan takut karena universitas bergengsi seperti Univ. Beijing dan Univ. Tsinghua memiliki kekuatan untuk mempengaruhi seluruh Tiongkok, sehingga tindakannya akan ditiru oleh perguruan tinggi lainnya. Oleh karena itu, pihak berwenang mengendalikan informasi secara ketat.

Ada berita Twitt menyebutkan bahwa dalam kampus sebuah perguruan tinggi di Distrik Chaoyang, Beijing juga muncul lembaran poster besar yang bergambar mulut diplester. Poster itu dilengkapi dengan tulisan berupa nama dosen pemerkosa ; Shen Yang dari Universitas Beijing.

Tampak pula tulisan, “Hari ini mereka berhasil membungkam mulut Yue Xin. Saya tidak berbicara. Besok!!!”

https://twitter.com/changhan327/status/989016159625216000

Ji Feng, mahasiswa yang mengalami peristiwa 8964 kepada Radio Free Asia mengatakan, gerakan mahasiswa yang muncul gara-gara insiden surat terbuka Yue Xin dan poster-poster yang menyuarakan rasa solidaritas boleh jadi merupakan gerakan mahasiswa menuntut hak terbesar setelah 8964.

Akibatnya, semua pihak sangat gugup dan takut bahwa reaksi berantai akan memicu gelombang gerakan mahasiswa yang baru.

Dia menambahkan bahwa tak lama setelah ia mempostingkan berita internet, penanggung jawab keamanan Guizhou langsung meneleponnya. Ji Feng diminta tidak lagi meneruskan berita semacam itu agar jaminan sosial miliknya tidak terusik.

Pada 5 April lalu, Alumni Universitas Beijing yang kini sudah tinggal di Amerika Serikat bernama Wang Ao dan Li Youyou meminta pembeberan kasus kekerasan seksual 20 tahun silam. Pemerkosaan itu dilakukan dosen bahasa Mandarin, Shen Yang terhadap mahasiswi Gao Yan, sehingga yang bersangkutan tewas bunuh diri.

Isu tersebut dengan cepat menimbulkan ledakan komentar mahasiswa. Dan Shen Yang juga sudah mengundurkan diri sebagaimana yang disarankan pihak universitas. Dua hari kemudian, Mahasiswa Teng Yuhao menghimbau pihak universitas mengungkap kasus Shen Yang, tetapi mendapatkan tekanan keras dari universitas.

Sejak saat itu, puluhan mahasiswa terus menuntut hak untuk mengetahui kebenaran. Tetapi, selain tidak pernah dilayani, mereka malah mendapatkan pelecehan dan intimidasi dari pihak universitas. (Ling Yun/ET/Sinatra/waa)

Video Rekomendasi :