HONG KONG — operasi bisnis utama ZTE telah berhenti karena larangan yang diberlakukan oleh pemerintah AS, tetapi pembuat peralatan telekomunikasi terbesar kedua di Tiongkok tersebut sedang mencoba agar larangan tersebut diubah atau dibatalkan, katanya pada 9 Mei.
ZTE dihantam larangan bulan lalu dari Washington, melarang perusahaan-perusahaan AS memberi pasokan komponen-komponen teknologi dan perangkat lunak setelah perusahaan tersebut diketahui melanggar batasan ekspor AS dengan mengirim barang-barang secara ilegal ke Iran.
“Sebagai akibat dari Denial Order (dilarang menerima barang-barang Amerika melalui kapal), kegiatan operasi utama perusahaan telah berhenti,” kata ZTE dalam pengajuan bursa pada 9 Mei.
Tindakan AS tersebut, pertama kali dilaporkan oleh Reuters, dapat menghancurkan ZTE.
Sebagai salah satu pembuat peralatan telekomunikasi terbesar di dunia bersama Huawei, Ericsson, dan Nokia, ZTE bergantung pada perusahaan-perusahaan AS seperti Qualcomm dan Intel hingga sepertiga komponen teknologinya.
Analis mengatakan akan sulit bagi ZTE untuk tetap kompetitif bahkan jika ia bisa menemukan pemasok non Amerika.
Perusahaan semikonduktor Taiwan, Mediatek, mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah menerima izin dari pemerintah Taiwan untuk terus memasok ZTE.
ZTE mengatakan telah secara aktif berkomunikasi dengan pemerintah AS “untuk memfasilitasi modifikasi atau pembalikan Denial Order oleh pemerintah AS dan menempa hasil positif dalam pengembangan masalah-masalah tersebut.”
Larangan yang mengancam untuk memotong rantai pasokan ZTE tersebut datang di tengah ketegangan perdagangan yang meningkat antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Rezim Tiongkok mengangkat isu ZTE minggu lalu dengan delegasi perdagangan AS yang berkunjung.
ZTE mengatakan pekan lalu bahwa mereka telah mengajukan permintaan ke Departemen Perdagangan AS untuk penangguhan larangan tersebut.
ZTE tampaknya telah menangguhkan toko daring (online)-nya di situs webnya sendiri serta platform e-commerce Alibaba Group Taobao selama beberapa hari terakhir, yang menampilkan pesan “halaman sedang diperbarui” tanpa produk untuk dipesan.
Perusahaan Tiongkok tersebut tidak menanggapi panggilan dan pesan dari Reuters yang meminta komentar.
Consumer Cellular Inc., operator nirkabel AS, mengatakan ZTE tidak dapat terus memasok ponsel setelah sanksi-sanksi tersebut, tetapi telah meminta perusahaan tersebut untuk mempertahankan tempat-tempat persediaan terbuka karena ia telah bekerja untuk menyelesaikan larangan ekspor tersebut, kata CEO Consumer Cellular, John Marick, dalam wawancara.
Marick mengatakan ZTE belum memberikan panduan apakah ponsel-ponselnya dapat terus menerima pembaruan perangkat lunak dari Android, dan diskusi-diskusi antara perusahaan-perusahaan tersebut mengenai kepastian ZTE dapat menyediakan suku-suku cadang dan layanan untuk menghormati garansi-garansi telepon.
Seorang karyawan ZTE mengatakan kepada Reuters bahwa staf telah melaporkan untuk bekerja seperti biasa tetapi “dengan tidak banyak yang harus dilakukan.” Karyawan tersebut, yang menolak disebutkan namanya, mengatakan perjalanan-perjalan bisnis telah dihentikan.
Karyawan di markas ZTE di pusat teknologi Tiongkok selatan Kota Shenzhen sangat waspada untuk berbicara kepada wartawan setelah larangan tersebut diumumkan, tetapi beberapa menyuarakan keprihatinan.
Seorang karyawan mengatakan ini adalah “tantangan terbesar” untuk ZTE sejak ia bergabung 10 tahun lalu. Yang lain mengatakan dia berharap pemerintah pusat akan membantu.
ZTE telah menyelesaikan kasus sanksi tersebut dengan pemerintah AS Maret lalu setelah mengakui di pengadilan federal atas pengiriman secara ilegal produk-produk dengan teknologi AS ke negara-negara termasuk Iran. Perusahaan tersebut membayar denda rekor hampir $900 juta.
Bulan lalu, pemerintah AS mengaktifkan kembali larangan tersebut setelah mengatakan ZTE telah melanggar ketentuan penyelesaian tersebut dan membuat pernyataan-pernyataan palsu berulang-ulang. (ran)
ErabaruNews