Pelaku Penembakan SMA Santa Fe Kebingungan dan Tidak Emosional

EpochTimesId – Pelajar berusia 17 tahun yang melakukan penembakan dan menewaskan 10 orang di sebuah kelas seni di SMA Santa Fe Amerika Serikat kebingungan setelah mengamuk. Pengacaranya mengatakan pelaku cenderung tidak menunjukkan sikap emosional dan cenderung mati rasa, Sabtu (19/5/2018) waktu Amerika.

Remaja yang diidentifikasi oleh penegak hukum sebagai Dimitrios Pagourtzis, telah didakwa melakukan pembunuhan besar-besaran. Dia ditahan dan ditolak permohonan pembebasan dengan jaminan oleh otoritas penuntut umum Santa Fe, Texas.

Jaksa penuntut mengatakan pelaku melepaskan tembakan sekitar pukul 8 pagi pada hari Jumat (18/5/2018) waktu setempat. Selain sembilan siswa dan satu guru tewas di tempat, tembakan juga melukai 10 orang lainnya. Dua di antara korban yang dilarikan ke rumah sakit berada dalam kondisi kritis.

Nicholas Poehl, salah satu dari dua pengacara yang disewa oleh orang tua tersangka untuk mewakilinya, mengatakan kepada Reuters bahwa Dia telah menghabiskan total satu jam dengan Pagourtzis pada Jumat malam dan Sabtu pagi.

“Dia sangat aneh tanpa emosi,” kata pengacara ketika diminta untuk menggambarkan keadaan pikiran kliennya. “Ada beberapa aspek yang dia pahami dan ada aspek yang dia tidak mengerti.”

Ditanya apakah Pagourtzis telah memberikan otoritas informasi tentang penembakan, Poehl berkata, “Jujur karena keadaan emosinya, saya tidak punya banyak hal tentang itu.”

Pagourtzis melepaskan haknya untuk tetap diam. Tersangka membuat pernyataan kepada pihak berwenang dengan mengakui penembakan itu, menurut pernyataan tertulis sebelum penangkapannya.

Pada Jumat pagi, Sekolah Menengah Santa Fe, di sebelah tenggara Houston, menjadi tempat penembakan massal paling mematikan keempat di sekolah negeri AS dalam sejarah modern. Insiden ini menambah panjang daftar SMA AS dimana pelajar dan staf sekolah menjadi korban penembakan.

Insiden Texas itu lagi-lagi memicu debat jangka panjang negara itu atas kepemilikan senjata api. Peristiwa ini terjadi tiga bulan setelah gerakan meminta upaya pengendalian senjata api yang dipimpin para siswa muncul setelah penembakan massal di Parkland, Florida, yang menyebabkan 17 remaja dan pendidik tewas.

Kedutaan Besar Pakistan di Washington DC mengidentifikasi di Twitter bahwa salah satu korban adalah Sabika Sheikh, seorang peserta pertukaran pelajar Pakistan.

Teman sekelas di sekolah dengan 1.460 siswa itu menggambarkan pelaku sebagai sosok pendiam yang bermain di tim sepak bola. Pada hari Jumat, mereka mengatakan dia mengenakan jas hujan ke sekolah. Padahal suhu udara relatif panas, hingga mencapai 32 derajat Celcius.

Gubernur Texas Greg Abbott mengatakan Pagourtzis memperoleh senjata api dari ayahnya. Sang ayah kemungkinan memperolehnya secara legal. Dia juga membawa alat peledak.

Abbott mengatakan kepada wartawan bahwa Pagourtzis ingin bunuh diri. Tetapi, dia tidak memiliki keberanian untuk melakukannya.

Jaksa Agung Texas, Ken Paxton mengatakan kepada CNN, bahwa pihak berwenang sedang menyelidiki apakah ada orang lain yang membantu pelaku dalam serangan itu.

Pihak berwenang belum mengungkapkan berapa banyak alat peledak yang ditemukan atau jika ada yang meninggal terbunuh atau terluka oleh ledakan. Juga tidak jelas mengapa penembak membidik kelas seni.

Pagourtzis menyelamatkan orang-orang yang disukainya sehingga dia bisa menceritakan kisahnya, dokumen pengisian yang diperoleh oleh Reuters menunjukkan.

Abbott mengatakan para penyelidik telah melihat T-shirt pada halaman Facebook tersangka yang bertulisan “Born to Kill,”. Pihak berwenang sedang memeriksa jurnalnya. Tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa Dia telah merencanakan serangan. (The Epoch Times/waa)

Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :
https://youtu.be/0x2fRjqhmTA