Epochtimes.id- Menurut survei terbaru, wanita pengguna markoba di Beijing berusia makin muda dan lebih dari setengah dari mereka menggunakan narkoba untuk pertama kalinya pada berusia sekitar 20 tahun.
Para pemudi kecanduan narkoba sebagian besar karena kekosongan spiritual, mengejar kesenangan, dan keengganan untuk bekerja.
Media ‘Caixin’ pada 23 Mei mengutip laporkan hasil penyidikan yang dilakukan oleh Beijing Akademi Ilmu Sosial terhadap 84 orang wanita pecandu. Diketahui bahwa mereka untuk pertama kalinya menggunakan narkoba pada usia sekitar 20Â tahun.
Statistik menunjukkan bahwa periode puncak penggunaan narkoba wanita Beijing untuk pertama kalinya adalah pada kelompok usia 19-25 tahun. Untuk pertama kalinya menggunakan narkoba pada usia 14 – 18 tahun ada 10 orang (11.9%), Usia 19 – 25 tahun ada 42 orang (50%).Usia 26 – 35 tahun ada 21 orang (25%), Usia 36 – 45 tahun ada 9 orang (10.7%), dan usia 46 – 59 tahun ada 2 orang (2.4%).
Menurut laporan itu, ketika seorang wanita mulai menginjak dewasa dan mulai memasuki komunitas, periode tersebut adalah periode penentu bagi wanita untuk terlibat dalam narkoba.
Laporan menunjukkan bahwa dari 84 orang wanita pengguna narkoba itu, 14 orang adalah petani, 10 orang pekerja buruh, 15 orang pekerja mandiri, 2 orang pekerja stylistic, 3 orang personel manajemen, 7 orang adalah karyawan dan 33 orang adalah pengangguran. Di antara mereka, proporsi pengangguran adalah yang tertinggi mencapai 39,3%.
Dari struktur keluarga, ada 56 orang dari keluarga utuh (66.7%), 16 orang berasal dari keluarga orang tua tunggal (19%); 12 orang dari keluarga menikah lagi (14,3%).
Alasan wanita menggunakan narkoba terutama tercermin dalam tiga aspek berikut : Terutama karena mengejar kesenangan, membuang kejenuhan dan rasa ingin tahu. Dalam banyak kasus, penyebab penyalahgunaan narkoba dipengaruhi oleh banyak faktor.
Ada 83,1% dari pecandu narkoba wanita memiliki berbagai tingkatan pengaruh psikologis pada pengejaran terhadap kesenangan. Ada 82.7% wanita pecandu narkoba karena masalah pernikahan, cinta, frustrasi, dan mengatasi depresi suasana hati adalah yang terbanyak, menyita 45.3% bagian dari keseluruhan.
Laporan menyebutkan bahwa pengguna narkoba yang disurvei ini sebelumnya sudah pernah mengikuti program rehabilitasi dengan tingkatan yang berbeda. Lebih dari separuh pecandu narkoba menerima rehabilitasi paksa. Hampir separuh pecandu narkoba melakukan secara sukarela, dan sekitar 30% pecandu narkoba menerima detoksifikasi.
Menurut informasi publik, tercatat hingga bulan Juni 2016, Beijing memiliki 33.000 orang pecandu narkoba terdaftar, tetapi perkiraan menyebutkan bahwa sebenarnya ada 160.000 orang pecandu dengan usia yang kian muda. Muda-mudi pecandu narkoba tumbuh pesat. Saat ini memberantas ketergantungan mental pada obat-obatan masih menjadi masalah yang belum sepenuhnya dipecahkan oleh komunitas medis dunia.
Dilaporkan bahwa pecandu narkoba sering terlibat dalam jual-beli obat-obatan terlarang. Seorang wanita pecandu di Beijing yang telah berulang kali keluar masuk pusat rehabilitasi mengungkapkan bahwa ia sudah bercerai dengan suami dan memiliki seorang putra. ia pernah berpikir untuk bekerja sebagaimana orang lain dari jam 9 sampai jam 5, sembilan sampai lima, tetapi saat kecanduan muncul tak tertahankan.
Penggunaan narkoba jangka panjang berbahaya bagi sistem saraf, sistem kardiovaskular, sistem pernapasan dan lain-lain. Kasus yang parah dapat menyebabkan kematian. Karena sering berbagi jarum suntik, infeksi silang sering terjadi, penggunaan narkoba umumnya juga mudah terinfeksi virus HIV, terserang penyakit hati dan menular lainnya.
Menurut laporan, obat-obatan terlarang menyebar dengan cepat ke kalangan mahasiswa dan artis. Menurut analisis, dalam kondisi penurunan moralitas yang cepat di daratan, kekosongan spiritual telah menjadi masalah sosial yang telah menyebabkan peningkatan jumlah pengguna narkoba. (Sinatra/asr)
Epochtimes.com