oleh Hong Mei
Pada saat dunia luar mempertanyakan apakah Kim Jong-un memiliki ketulusan dalam menghormati komitmennya yang dibuat dalam KTT dengan Trump untuk mewujudkan denuklirisasi di Semenanjung Korea. Ada berita beredar bahwa Korea Utara mulai membongkar fasilitas utama dari basis Peluncuran Rudal mereka yang terletak pada Laut Barat di pantai barat laut negaranya.
Media AS yang khusus memantau dinamika Korut ’38North’ pada Senin (23/07/2018) waktu setempat menyebutkan bahwa berdasarkan citra satelit pada 20 Juli, terpantau Korea Utara sudah mulai membongkar sebuah bangunan yang digunakan untuk merakit kendaraan peluncuran di pangkalan peluncuran satelit Laut Barat. Roket biasanya dirakit di sana untuk kemudian dipindahkan ke lokasi peluncur.
Tempat uji mesin roket terdekat juga sedang dibongkar. Tujuan dari platform ujicoba ini adalah untuk mengembangkan mesin bahan bakar cair misil balistik dan kendaraan peluncuran.
’38North’ menjelaskan, Korea Utara telah mulai membongkar fasilitas yang cukup penting untuk pengembangan proyek rudal balistik antarbenua (ICBM). Dilihat dari situasi pembongkaran saat ini, diduga bahwa pembongkaran telah berjalan dalam dua minggu terakhir.
Seorang analis di “38North” mengatakan bahwa tindakan itu merupakan langkah penting bagi pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk memenuhi komitmennya yang dibuat di Singapura.
Presiden Trump mengungkapkan pada konferensi pers usai pertemuan dengan Kim bahwa Korea Utara akan membongkar tempat uji coba rudal mereka.
Menurut laporan media AS, tempat peluncuran rudal yang dibongkar menurut Trump itu adalah tempat peluncuran satelit Pantai Barat. Dilaporkan bahwa Korea Utara pada bulan Pebruari 2016 pernah menggunakan fasilitas tersebut untuk meluncurkan rudal jarak jauh ‘Kwangmyongsong-4’ (KMS-4).
Lebih dari sebulan setelah KTT Trump – Kim diadakan, Trump terus bersikap optimis terhadap denuklirisasi Korea Utara. Pekan lalu, dia mengatakan bahwa tidak perlu mengejar negosiasi dengan Pyongyang karena sanksi ekonomi yang dikenakan oleh Amerika Serikat dan PBB kepada Korea Utara tetap berlaku.
Pada Senin lalu Trump mengatakan bahwa dirinya sangat puas dengan proses negosiasi dengan Korea Utara untuk mengakhiri program nuklir pemerintah Pyongyang, dan membantah beberapa laporan media AS yang menyebut bahwa Trump tidak puas dengan proses negosiasi.
Beberapa media AS baru-baru ini melaporkan, Trump merasa bahwa negosiasi mengenai denuklirisasi AS dan DPRK berjalan lambat dan menunjukkan ketidakpuasan terhadap para asisten di Gedung Putih.
Menanggapi hal ini Trump pada hari itu juga mengeluarkan beberapa berita tweet yang mengatakan bahwa berita itu tidak benar. Ditulisnya : “Selama 9 bulan terakhir Korea Utara tidak meluncurkan satu pun roket, juga tidak ada uji coba senjata nuklir. Jepang merasa senang, Asia juga senang. Tapi berita palsu tidak pernah meminta saya (selalu menggunakan sumber anonim), lalu menyudutkan saya seakan-akan marah karena perkembangannya dinilai tidak cukup cepat. Itu salah. (Saya malah) sangat senang.”
Hari Jumat (20/07/2018) Menlu AS Mike Pompeo juga mengatakan bahwa dia dan presiden tetap optimis terhadap Korea Utara yang akan mewujudkan denuklirisasi sepenuhnya yang dapat diverifikasi.
Pada hari yang sama, Trump juga menandatangani sebuah RUU untuk mempromosikan penghormatan hak asasi manusia Korea Utara.
Namun, Pompeo juga mengatakan kepada duta besar Dewan Keamanan PBB bahwa Korea Utara perlu mengambil tindakan praktis untuk merealisasikan denuklirisasi sebelum membahas pelonggaran sanksi terhadap Pyongyang.
Pada hari yang sama, Amerika Serikat juga mendesak dunia, terutama Tiongkok (PKT) dan Rusia untuk terus menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara.
Apakah tindakan Korea Utara kali ini merupakan langkah penting dalam perjalanan menuju tercapainya Semenanjung Korea yang bebas senjata nuklir ? Dunia sedang memperhatikan. (Sin/asr)