Seorang pensiunan jaksa dari Provinsi Henan, Tiongkok, dieksekusi pada 7 Agustus karena membunuh dan melukai belasan siswa di sekolahan setempat dua tahun lalu. Ceritanya mencontohkan bagaimana skema keuangan yang curang dapat mendorong warga negara biasa menjadi ekstrem.
Ma Gaochao, seorang pensiunan jaksa di Kota Nanyang, mengendarai mobil menuju Sekolah Menengah Pertama Nanyang No. 1 saat para siswa meninggalkan sekolah pada bulan Februari 2016. Dia diduga ngebut untuk menabrak para siswa saat mereka menyeberang jalan, menewaskan satu siswa dan melukai 11 lainnya.
Setelah Ma pensiun sebagai kepala Kejaksaan Kota Nanyang, ia mulai bekerja sebagai tenaga penjual untuk sebuah perusahaan investas Daxin Real Estate di Nanyang. Namun ketika perusahaan tersebut mengalami kesulitan keuangan dan bosnya melarikan diri, Ma terpojok oleh para investor yang menuntut dikembalikannya uang mereka.
Ma mengatakan pada Pengadilan Menengah Nanyang pada 25 April 2017, apa yang telah terjadi. Dia mengatakan perusahaannya telah membuat penawaran: dengan berinvestasi di perusahaan tersebut, akan mendapatkan bunga 2 persen setelah satu bulan. Jadi, Ma investasi 3 juta yuan (US$440.000) dari kantongnya sendiri dan meyakinkan seorang teman untuk investasi 9 juta yuan (US$1,3 juta) pada perusahaan Daxin tersebut.
Karena perusahaan menjalankan skema piramida, Ma, seperti halnya banyak investor lain, tidak mendapatkan pengembalian dan juga kehilangan investasinya. Dia mengatakan kebenciannya terhadap perusahaan dan pimpinannya yang membuatnya marah sehingga ingin membalas dendam terhadap masyarakat dan melakukan kejahatan yang mengerikan.
Ma mengatakan dia memilih sekolah sebagai targetnya karena Nanyang No. 1 High School adalah sekolah menengah terbaik di kota tersebut, dan insiden itu akan menimbulkan banyak perhatian.
Pada bulan Mei 2016, majalah bisnis, Caixin, berkomentar bahwa perbuatan Ma adalah hasil dari jatuhnya tiba-tiba pasar properti Nanyang, serta keberadaan skema piramida ilegal yang produktif.
Ma dijatuhi hukuman mati pada bulan Juli 2017 oleh Pengadilan Menengah Rakyat Nanyang, dan tidak berhasil naik banding ke Pengadilan Tinggi Provinsi Henan, sebelum dieksekusi oleh pengadilan. (ran)