EpochTimesId – Jaksa Italia mulai menyelidiki potensi kasus kriminal dalam runtuhnya jembatan Morandi di Genoa, Italia, pada Selasa (14/8/2018) lalu. Insiden itu menewaskan sedikitnya 38 orang.
Pakar teknik memperingatkan bahwa ‘puluhan ribu’ bangunan jembatan dan jalan di Italia menghadapi resiko yang sama. Para ahli mengatakan terlalu dini untuk mengatakan penyebab ambruknya jembatan. Namun, mereka menilai ada titik fokus pada sejarah desain dan pemeliharaan yang bermasalah.
Sementara itu, para pejabat segera menyalahkan operator swasta jembatan itu. Pemerintah menuntut pengunduran diri operator jembatan, dan menyerukan untuk menghapus konsesi jalan tol.
Saksi mata peristiwa itu, Ivan, 37, dievakuasi dari sebuah gedung di dekat jembatan. Dia menggambarkan keruntuhan itu sebagai sesuatu yang tidak dapat dipercaya.
“Untuk melihat tiang jatuh seperti terbuat dari kertas, adalah hal yang luar biasa,” kata Ivan. “Sudah seumur hidup kita tahu ada masalah. Dalam pemeliharaan berkelanjutan.”
Tim penyelamat bekerja sepanjang malam. Mereka menjelajahi puing-puing beton dan baja untuk menemukan dan mengevakuasi para korban.
“Kami tidak putus asa, kami sudah menyelamatkan selusin orang dari bawah reruntuhan,” kata petugas pemadam kebakaran, Emanuele Giffi, kepada AFP. “Kami akan bekerja sepanjang waktu sampai korban terakhir dievakuasi.”
Sejauh ini, sebanyak empat orang berhasil ditarik hidup-hidup dari mobil yang ditemukan di bawah reruntuhan yang hancur.

Wakil perdana menteri Italia, Luigi Di Maio, mengatakan dalam posting Facebook pada 15 Agustus, “Mereka yang bertanggung jawab atas tragedi di Genoa memiliki nama dan nama keluarga, dan mereka disebut Autostrade per l’Italia.”
Menteri Dalam Negeri Matteo Salvini mengatakan operator jembatan Autostrade telah mendapatkan uang ‘miliaran’ dari jalan tol. “Akan tetapi, mereka menghabiskannya, dan tidak menyisihkan uang mereka untuk perawatan yang seharusnya dilakukan. Konsesi harus dicabut,” ujarnya.
“Memaksakan hukuman setinggi mungkin dan memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas korban tewas dan yang terluka membayar untuk segala kerusakan dan kejahatan,” sambung Salvini.
Danilo Toninelli, menteri transportasi, mengatakan keruntuhan itu ‘tidak dapat diterima. Jika insiden itu adalah kelalaian manusia, maka siapa pun yang membuat kesalahan, harus membayar.
Stefano Marigliani, direktur area Autostrade untuk Genoa, mengatakan keruntuhan itu tidak dapat diduga dan diprediksi.
“Antrian mobil dan volume lalu lintas menyebabkan peluruhan intens struktur viaduk Morandi setiap hari,” kata Marigliani.
“Jembatan itu terus dipantau dan diawasi dengan baik melampaui apa yang dibutuhkan dan diwajibkan oleh peraturan. Tidak ada alasan untuk menganggap bahwa jembatan itu berbahaya.”
Menteri transportasi mengatakan bahwa sebelum runtuh, pekerjaan pemeliharaan sudah direncanakan. Autostrade akan menggelar lelang penawaran senilai 20 juta euro (23 juta dolar AS) untuk perbaikan sistem keselamatan utama jembatan tersebut.
Tender itu mencakup penguatan kabel dermaga jembatan. Kabel yang akan diganti termasuk di dermaga sembilan, yang ambruk pada 14 Agustus ini.
‘Tragedi Menunggu Waktu’
Jembatan Genoa sudah berusia 51 tahun. Jembatan itu dirancang oleh insinyur terkenal Italia Riccardo Morandi. Ketika dibangun, jembatan dipenuhi dengan ‘keraguan struktur’.
Situs spesialis teknik, Inggneri.info menyebut insiden itu sebagai tragedi yang hanya menunggu waktu.
Dalam desainnya, Morandi menggunakan teknologi beton bertulang yang dipatenkan. Teknologi yang kemudian terbukti bermasalah.
Antonio Brencich, seorang profesor konstruksi beton bertulang di Universitas Genoa, mengatakan kepada Radio Capitale bahwa teknologi Morandi dipengaruhi oleh masalah korosi yang sangat serius. Teknologi itu dari waktu ke waktu ditemukan mengalami kegagalan.
Guido De Roeck, profesor emeritus di KU Leuven, sebuah universitas di Belgia, mengatakan kepada berita VRT bahwa titik yang rentan dari desain Morandi adalah jumlah kabel yang terbatas. Kabel itu juga bukan kabel baja, tetapi kabel beton pracetak, yang rentan pada korosi.
Bagian logam berkarat secara definisi merupakan mata rantai terlemah dalam konstruksi seperti Morandi. Maka, sangat tidak mungkin bahwa korosi yang buruk akan luput dari perhatian, menurut Agathoklis Giaralis, wakil direktur Penelitian Struktur Teknik Sipil Universitas London yang berbicara kepada Daily Mail.
“Saya akan mengatakan bahwa kemungkinan besar ada yang salah dengan fondasi atau tanah pendukung daripada dermaga, geladak, atau kabel,” katanya.
Ian Firth, mantan presiden The Institution of Structural Engineers, mengatakan kepada Daily Mail bahwa terlalu dini untuk mengatakan apa yang menyebabkan keruntuhan tragis. Akan tetapi, karena jembatan beton bertulang ini telah digunakan selama 50 tahun, adalah sangat mungkin korosi tendon atau penguatan bisa saja menjadi faktor penyebabnya.
‘Puluhan Ribu Perlu Diganti’
Setelah bencana itu, integritas struktur lain di Italia kini dipertanyakan.
Menteri transportasi Danilo Toninelli mengatakan bahwa banyak struktur mendapat pemeriksaan keamanan yang tidak memadai.
“Belum ada pemeliharaan dan pemeriksaan yang memadai, untuk kebanyakan jembatan di Italia, yang hampir semuanya dibangun pada tahun 1960-an,” katanya.
Perdana Menteri Italia, Giuseppe Conte mengatakan semua infrastruktur di seluruh negeri perlu diperiksa ulang. “Kita tidak boleh membiarkan tragedi lain seperti ini terjadi lagi,” ujar Conte.
Diego Zoppi, mantan presiden ordo arsitek cabang Genoa mengatakan kepada wartawan pada 14 Agustus, “Italia yang dibangun pada 1950-an dan 1960-an sangat membutuhkan renovasi. Risiko runtuh diremehkan, karya-karya yang dibangun pada waktu itu sedang memasuki usia yang beresiko.”
Asosiasi teknik sipil Italia, CNR, melaporkan bahwa struktur setua jembatan Morandi yang runtuh telah melampaui umur mereka. Puluhan ribu jembatan dan viaduk yang dibangun pada 1950-an dan 1960-an harus diperbaiki atau diganti.
CNR mengatakan, memperbarui dan memperkuat jembatan dalam banyak kasus menjadi lebih mahal daripada menghancurkan mereka dan membangun struktur baru dari awal, Telegraph melaporkan. (Tom Ozimek/The Epoch Times)
Simak juga, Pengakuan Dokter yang Dipaksa Panen Organ Hidup :
https://youtu.be/0x2fRjqhmTA