Sebuah laporan baru oleh firma teknologi, Recorded Future, telah mengungkapkan sejauh mana peretas yang berafiliasi dengan Universitas Tsinghua bergengsi di Tiongkok telah membantu rezim Tiongkok melanjutkan agenda-agenda nasionalnya dengan memata-matai entitas internasional.
Recorded Future, yang menganalisis ancaman dunia maya (cyber) di seluruh dunia, telah mendeteksi tingkat aktivitas mata-mata yang tinggi dari alamat IP Universitas Tsinghua selama periode-periode negosiasi perdagangan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok.
Laporan tersebut, yang diterbitkan pada 16 Agustus, juga menemukan bahwa entitas Tsinghua telah melakukan spionase pada pemerintahan-pemerintahan dan organisasi komersial di negara-negara yang telah bermitra dengan Tiongkok dalam proyek One Belt One Road (OBOR), sebuah proyek di mana rezim Tiongkok telah berinvestasi di negara-negara di seluruh dunia. Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin untuk membangun proyek-proyek infrastruktur, dan di dalam prosesnya, membangun pengaruh geopolitik.
Ia menyimpulkan “dengan keyakinan sedang” bahwa kegiatan mata-mata IP Tsinghua dilakukan dengan dukungan negara Tiongkok untuk memajukan “tujuan pembangunan ekonomi Tiongkok.”
Universitas Tsinghua yang berbasis di Beijing adalah lembaga milik negara. Sebagai fakultas teknik dan penelitian teknologi, universitas tersebut adalah rumah bagi sekelompok peretas mahasiswa yang dikenal sebagai Lotus Biru (Blue Lotus).
Tsinghua juga memiliki sejarah tentang hubungannya dengan upaya-upaya negara untuk mencuri teknologi AS.
Institut Sistem dan Teknik Informasi Tsinghua, sebagai contoh, telah berafiliasi dengan program Nasional 863 dan 973 milik Tiongkok. Program 863 menargetkan-industri kunci (utama) seperti biotek, ruang angkasa, dan energi, “untuk upaya secara diam-diam memperoleh teknologi AS dan informasi ekonomi yang sensitif,” menurut laporan intelijen AS tahun 2011. Sementara itu, Program 973 berfokus pada penelitian teknologi. “Dua program yang memiliki efek mempermudah Tiongkok untuk mencuri kekayaan intelektual demi mencapai tujuan-tujuan programnya,” menurut Recorded Future.
Selain itu, salah satu anak perusahaan universitas, Tsinghua Holdings, telah mencoba kesepakatan investasi dengan perusahaan-perusahaan AS untuk memperoleh teknologi-teknologi kunci yang ingin dikembangkan oleh rezim Tiongkok di dalam negeri. Jadi, tidak mengherankan bahwa universitas tersebut akan melakukan spionase untuk kepentingan Beijing.
Terkait Ketegangan Perdagangan AS
Antara 6 April dan 24 Juni 2018, Rekorded Future telah mendeteksi lebih dari satu juta koneksi internet antara kelompok Tsinghua dengan beberapa jaringan di Alaska yang melibatkan pemerintah negara bagian Alaska; Departemen Sumber Daya Alam negara bagian tersebut; dan TelAlaska, perusahaan telekomunikasi, di antaranya. Waktunya bertepatan dengan misi perdagangan dari tanggal 19 hingga 26 Mei yang dipimpin oleh Gubernur Alaska Bill Walker ke Tiongkok, untuk membahas prospek proyek pipa gas alam antara Alaska dengan Tiongkok.
“Lonjakan dalam aktivitas pemindaian tersebut pada akhir diskusi perdagangan pada topik terkait tersebut menunjukkan bahwa kegiatan itu kemungkinan merupakan upaya untuk mendapatkan wawasan tentang pandangan (perspektif) Alaska atas perjalanan dan keuntungan strategis dalam negosiasi pasca kunjungan tersebut,” kata Recorded Future.
Ada lonjakan aktivitas lain pada akhir Juni, setelah Walker mengumumkan bahwa ia berencana mengunjungi Washington, D.C. untuk bertemu dengan pejabat-pejabat AS dan Tiongkok dan membahas kekhawatirannya tentang meningkatnya ketegangan-ketegangan perdagangan antara kedua negara tersebut. Aktivitas ini tepat sebelum kelompok tarif pertama Amerika Serikat pada barang-barang Tiongkok mulai berlaku.
Recorded Future juga telah menemukan bahwa IP Tsinghua telah memata-matai jaringan milik produsen mobil Jerman Daimler AG pada 20 Juni, sehari setelah perusahaan tersebut mengumumkan bahwa keuntungannya kemungkinan akan berkurang sebagai akibat dari ketegangan perdagangan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat.
Mobil adalah pemain utama perang perdagangan AS-Tiongkok, karena kedua negara telah memberlakukan tarif atas impor mobil satu sama lain. Tiongkok juga telah berusaha meningkatkan investasi di pabrik mobil Jerman untuk mendorong pengembangan robotik domestik dan kendaraan energi baru. Produsen mobil Tiongkok, Geely, memiliki 10 persen saham di Daimler, yang membuat mobil Mercedes-Benz.
One Belt One Road (OBOR)
Kelompok Tsinghua juga telah mencoba memata-matai entitas-entitas yang terkait dengan proyek-proyek OBOR Tiongkok di seluruh dunia, di antaranya adalah proposal untuk membangun pelabuhan di negara bagian Maranhao, Brasil. Antara tanggal 2 dan 11 April, kelompok Tsinghua berusaha untuk tersambung dengan kementerian umum negara dekat pantai tersebut, tepat setelah pembangunan di pelabuhan tersebut memulai penggalian untuk proyek konstruksi pada bulan Maret.
Serangan serupa terdeteksi di sebuah universitas Mongolia dan pusat data nasional; serta sejumlah entitas Kenya seperti otoritas pelabuhannya, perusahaan-perusahaan telekomunikasi, dan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa di Nairobi. Mongolia adalah bagian penting dari koridor ekonomi OBOR yang diusulkan bersama Rusia dan Tiongkok, ketika Kenya telah memiliki proyek OBOR yang telah selesai: sebuah rel yang dibuka tahun lalu. Khususnya, serangan di Kenya terjadi dua minggu setelah negara tersebut memutuskan untuk tidak menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan Tiongkok. (ran)
ErabaruNews