Epochtimes.id- Yordania mengungkapkan pada 9 Oktober 2018, pembicaraan dengan Suriah soal penutupan perbatasan sebagai akibat perang agar dapat dibuka kembali untuk melayani perdagangan regional.
Penutupan persimpangan Nassib pada tahun 2015 memangkas rute transit penting bagi ratusan truk sehari mengangkut barang antara Turki, wilayah Teluk, dan Libanon atas perdagangan bernilai multi-miliar dolar.
Damaskus, yang merebut kembali persimpangan dari oposisi Juli lalu, berharap untuk membuka kembali rute Nassib karena sangat penting bagi harapannya untuk menghidupkan kembali ekonomi Suriah yang porak poranda serta membangun kembali di wilayah di bawah kendalinya.
Namun Menteri Luar Negeri Ayman Safadi mengatakan komite teknis antara kedua negara yang memulai pembicaraan pada pertengahan September masih melakukan pengaturan praktis.
“Perbatasan akan terbuka setelah komite teknis mengakhiri semua pengaturan yang diperlukan dan langkah-langkah yang diperlukan untuk menjamin pembukaan perbatasan melayani kepentingan bersama kedua negara,” kata Safadi setelah pembicaraan dengan mitranya dari Libanon.
Sumber diplomatik Barat mengatakan sekutu kuat AS, Amman, menolak tekanan Rusia untuk membuka penyeberangan karena ini akan membantu Damaskus. Langkah ini menunjukkan perang telah berakhir dan menyerahkan Presiden Bashar al-Assad dengan keuntungan besar.
Didukung oleh Iran dan Rusia, pasukan Assad telah merebut kembali kendali sebagian besar Suriah.
Yordania mendukung Washington dan sekutu negara Teluk Arabnya dalam sikap keras mereka terhadap Iran, sebuah negara yang disegani oleh para pejabat Yordania karena kehadiran militernya yang meningkat di Suriah.
Yordania membantah pihaknya menyetujui tanggal untuk membuka kembali perlintasan setelah Suriah mengumumkan pada 29 September bahwa pergerakan lalu lintas dan barang telah dimulai.
Suriah mencabut pengumuman itu pada hari itu, mengatakan akan dibuka kembali pada 10 Oktober.
Sejumlah diplomat dan pejabat secara pribadi mengatakan langkah itu muncul untuk menandakan tekanan yang meningkat oleh Damaskus di Amman untuk mempercepat pembukaan penyeberangan.
Sebelumnya, pihak berwenang Suriah mengatakan mereka telah merehabilitasi perlintasan dan siap untuk menerima pengungsi Suriah.
Menteri Luar Negeri Libanon Gebran Bassil dalam kunjungannya ke Amman melobi Safadi untuk pembukaan kembali dengan cepat. Dia mengatakan akan menjadi langkah menuju stabilitas di negara yang dilanda perang.
“Ada harapan besar bahwa Nassib segera terbuka sehingga lalu lintas kembali ke kekuatan semula,” kata Bassil kepada wartawan.
Menteri ekonomi Libanon mengatakan kepada Reuters pada Juli bahwa penyeberangan itu adalah “arteri vital” bagi ekonomi Libanon. Area ini adalah jalur bagi jutaan dolar ekspor produk segar ke pasar Teluk yang menguntungkan. (asr)
Oleh Suleiman Al-Khalidi/Reuters via The Epochtimes