70 Tahun Hubungan Indonesia-Amerika Serikat : Memupuk Kerja Sama Perdagangan Lebih Luas

Epochtimes.id- Memasuki tahun ke-70 hubungan diplomatik antara Indonesia dan  Amerika  Serikat  (AS),  Menteri  Perdagangan  mengawali  diplomasi  perdagangan  Indonesia tahun ini dengan melakukan kunjungan ke AS pada 14―19 Januari 2019.

“Kunjungan  kerja  sekaligus  misi  dagang  ini  dilakukan  karena  AS  merupakan  salah  satu  negara terpenting tujuan ekspor Indonesia  dan sumber  investasi  asing saat  ini.  Melalui  kunjungan  kerja ini,  Indonesia  terus  menjaga  dialog  terbuka  untuk  memperkuat  kemitraan  perdagangan  dan investasi dengan AS,” jelas Mendag dalam siaran persnya.

Delegasi  bisnis  Indonesia  yang  menyertai  kunjungan  kerja  Mendag  kali  ini  terdiri  dari  para pengusaha  yang  berminat   mengembangkan  ekspor  dan  impor  dengan  AS,  serta  melakukan investasi baik di AS maupun di Indonesia.

Hal ini merupakan kelanjutan dari kunjungan kerja pada bulan Juli 2018, dimana Mendag RI dan Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross antara lain sepakat untuk meningkatkan perdagangan dua arah dari USD28 milliar saat ini menjadi USD50 milliar.

Salah satu kegiatan dalam kunjungan kerja Mendag kali ini adalah pertemuan dengan Perwakilan Perdagangan AS (USTR) Duta Besar Robert E. Lighthizer di kantor USTR di Washington DC, AS, pada hari Selasa (15/1) waktu setempat.

Dalam pertemuan tersebut antara lain dibahas perkembangan isu-isu terkait Generalized System of Preferences/GSP yang saat ini tengah ditinjau kembali   oleh Pemerintah AS.

“Pertemuan   dengan   USTR   berlangsung   konstruktif   karena   kedua   pihak   memahami   bahwa program GSP bagi Indonesia sesungguhnya menguntungkan kedua negara karena produk ekspor Indonesia yang mendapatkan fasilitas GSP tersebut memang dibutuhkan oleh pelaku usaha di AS dalam proses produksi mereka sehingga kompetitif,” tutur Mendag.

Kedua pihak sepakat  untuk melanjutkan  pembahasan  mengenai  peninjauan  GSP ini  agar  dicapai hasil  yang  positif  dan  saling  menguntungkan.

Sementara itu,  fasilitas  GSP  saat  ini  masih  tetap diberikan   kepada   Indonesia.   “Dengan   demikian,   tidak   perlu   ada   kekhawatiran   di   kalangan eksportir Indonesia untuk memanfaatkan fasilitas ini,” imbuh Mendag.

Dalam  pertemuan  Mendag  dengan  Kamar  Dagang  dan  Industri  (KADIN)  AS,  Presiden  dan  CEO KADIN AS Tom Donohue menyatakan dukungan kuat terhadap keberlanjutan program GSP karena telah memberi manfaat nyata bagi kedua pihak.

Anggota KADIN AS juga mendapatkan informasi terbaru dari Mendag mengenai agenda perdagangan yang ditempuh Indonesia pada tahun 2018 serta  rencana  selanjutnya  di  tahun  2019  untuk  membawa  Indonesia  lebih  dalam  lagi  ke  dalam mata rantai pasok global.

Mendag juga melakukan pertemuan dengan Presiden dan CEO Footwear Distributors & Retailers of   America   (FDRA)   Matt   Priest   di   KBRI   di   Washington   DC,   AS.   FDRA   juga   menyampaikan dukungannya terhadap pemberian fasilitas GSP kepada Indonesia dan dukungan agar kedua pihak mendorong sourcing sepatu yang lebih besar ke Indonesia.

Pertemuan dengan Pelaku Usaha AS

Sementara itu,   pada   hari   Senin   (14/1)   Mendag   bertemu   dengan   empat   pelaku   usaha   yang mendapatkan  manfaat  dari  pemberian  fasilitas  GSP  di  KBRI  Washington  DC,  AS.

Pendekatan kepada  para  pengusaha/importir  AS  ini  dimaksudkan  agar  mereka  menyampaikan  testimoni kepada  Pemerintah  AS  mengenai  pentingnya  fasilitas  GSP  untuk  Indonesia  bagi  kelangsungan bisnis  mereka.

Keempat  pelaku  usaha  AS  tersebut  adalah  Royal  Chain  Group,  Nike,  Allegheny Technology Incorporated (ATI) Metals, sertaMars Inc.

Selain bertemu secara khusus dengan keempat pelaku usaha/importir AS tersebut, Mendag  juga bertemu  dengan  pelaku  usaha  lainnya  dalam  ‘roundtable  cluster  on  GSP.’

Dalam  pertemuan tersebut  dibahas  hal-hal  yang  menjadi  persoalan  dalam  perdagangan  Indonesia  dengan  AS  dan upaya untuk meningkatkan perdagangan dan investasi antara kedua negara.

Dalam  pertemuan  dengan  Presiden/CEO  danSenior  Vice-Presiden  Royal  Chain  Group,  Mendag mencatat   harapan   agar   perhiasan   dari   Indonesia   tetap   mendapatkan   fasilitas   GSP   guna mempertahankan  daya  saing  Royal  Chain  Group.

Sementara  dalam  pertemuan  dengan  Nike, Mendag  mencatat  rencana  perluasan  investasi  dan  kemitraan  di  Indonesia.  Dalam  kaitan  ini, Mendag  mengimbau  agar  Nike  dapat  meningkatkan  sourcing-nya  dari  Indonesia  agar  Indonesia dapat menjadi produsen sepatu utama di dunia.

Menyusul  hasil  positif  dari  kunjungan  Mendag  ke  AS  pada  bulan  Juli  lalu,  Mendag  melakukan pembicaraan  dengan  Presiden/CEO  ATI  Metals,  Robert  Wetherbee,  yang  melaporkan  bahwa tersedia peluang peningkatan ekspor besi baja Indonesia ke AS sebesar 336 ribu ton berdasarkan ketentuan  pembebasan  tarif  Departemen  Perdagangan  AS  terkait  penerapan  tarif  baja  dan aluminium  tinggi  secara  global  berdasarkan  pertimbangan  keamanan  nasional  (Section  232). Dalam   kesempatan   ini   Mendag   mengundang   ATI   Metals   untuk   membangun   industrinya   di Indonesia.

Sementara  itu  dalam  pertemuan  dengan  Frank  E.  Mars  dari  Mars  Inc.,  dibahas  situasi    politik- ekonomi dunia saat ini dan prospek ekonomi di masa depan serta kesempatan yang perlu diraih bersama oleh Indonesia dan AS. (asr)

FOKUS DUNIA

NEWS