Epochtimes.id- Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menekankan pentingnya perdagangan dengan mengutamakan prinsip kemitraan dan kolaborasi.
Pernyataan ini disampaikan Mendag saat membuka forum bisnis dengan tema “Indonesia Sustainable Palm Oil” di Taj Palace, New Delhi, India, pada Kamis (21/2/2019). Forum bisnis ini merupakan rangkaian kegiatan untuk memperkuat perdagangan dan investasi antara Indonesia dan India.
“India merupakan mitra dagang Indonesia terbesar ke-4. Namun, perdagangan bukan mengenai peringkat, dan tidak hanya mengenai surplus atau defisit. Perdagangan adalah mengenai kemitraan, bagaimana kita dapat menyediakan kebutuhan negara mitra dan bagaimana perdagangan dapat berkontribusi untuk perkembangan nasional dan negara lain,” terang Mendag.
Mendag menyampaikan, minyak kelapa sawit dan produk turunannya memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sebanyak 60 persen total nilai ekspor Indonesia berasal dari minyak kelapa sawit dan merupakan sumber penghasilan bagi 16,5 juta pekerja langsung dan tidak langsung.
Industri minyak kelapa sawit Indonesia juga berkontribusi terhadap lebih dari 50 persen total produksi dunia. Untuk itu, Indonesia berbagi tanggung jawab dalam menjaga ketersediaan minyak kelapa sawit, penyediaan tenaga kerja, dan pengentasan kemiskinan di dunia.
Hal ini penting, mengingat permintaan dunia atas minyak kelapa sawit diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi 308 juta ton pada tahun 2050.
“Minyak kelapa sawit bagi Indonesia memiliki nilai penting seperti gula bagi India karena Industri tersebut mempekerjakan jutaan orang. Selain itu, komoditas ini bukan hanya sebuah produk, namun memiliki nilai yang merepresentasikan orang dan budaya kita,” ujar Mendag.
Pemanfaatan minyak kelapa sawit tidak hanya digunakan untuk produk kebutuhan sehari-hari, namun saat ini juga digunakan sebagai isolator, bahan campuran aspal jalan, biofuel, dan pembangkit listrik berbahan bakar minyak kelapa sawit. Ke depan, komoditas ini juga dapat berkontribusi terhadap teknologi selulosa, yang diyakini sebagai pengembangan biofuel tingkat berikutnya.
Mendag juga menegaskan, sektor pemrosesan kelapa sawit secara langsung dan tidak langsung menciptakan lapangan kerja di India dan di dunia. Penyerapan tenaga kerja di sektor ini, khususnya produk minyak nabati dan produk margarin mencapai angka 8,8 juta orang di India. Selain itu, di Indonesia industri ini menggunakan peralatan seperti ketel (boiler) dan pembangkit listrik ukuran kecil dan medium yang diproduksi di India.
“Hambatan tarif maupun nontarif pada perdagangan di antara kedua negara akan sangat mempengaruhi harga dasar penjualan yang pada akhirnya juga akan membebani industri di India,” tegas Mendag.
Forum bisnis ini terlaksana atas kerja sama Kementerian Perdagangan dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDB-KS), Federation of Indian Chambers of Commerce and Industry (FICCI) dan didukung oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi.
India-ASEAN Expo and Summit ke-4
Pada kunjungan ke India kali ini, Mendag juga menghadiri pertemuan Inaugural PlenaryIndia-ASEAN Expo and Summit ke-4 yangmengusungtema“Co-creating The Future”.Dalam pidatonya di acara ini,Mendag menekankan kembali pentingnya kolaborasi dan kemitraan antara negara ASEAN dan India.
“ASEAN dan India harus meneruskan agenda integrasi perdagangan dan investasi. Kita harus memiliki spesialisasi. Jika kita ingin memproduksi berbagai macam produk dan mengenakan hambatan terhadap produk-produk negara tetangga, pada akhirnya kita tidak akan bisa memproduksi apapun. Hanya dengan bekerja bersama, kita dapat berkolaborasi menciptakan masa depan yang lebihbaik,” jelas Mendag.
Acara ini dibuka Menteri Perdagangan, Industri, dan Penerbangan Sipil India, Suresh Prabhu dan dihadiri para pejabat tinggi negara anggota ASEAN.
Pada pidatonya, Menteri Suresh mengundang perusahaan-perusahaan dari negara-negara ASEAN untuk mengambil keuntungan dan peluang padapertemuan ini guna meningkatkan perdagangan dengan India. (asr)