Kim Jong-Un Sudah Tiba di Vietnam, Trump Masih Dalam Perjalanan

The Epoch Times News Room

Epochtimes.id- Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah tiba di Vietnam pada, Selasa (26/2/2019) untuk pertemuan puncak dengan Presiden AS Donald Trump di mana mereka akan mencoba mencapai kesepakatan tentang perjanjian  Korea Utara untuk menyerahkan program senjata nuklirnya .

Trump dijadwalkan tiba di ibukota Vietnam, Hanoi, pada Rabu (26/2/2019) malam.

Gedung Putih mengatakan Trump akan bertemu Kim untuk pembicaraan empat mata pada Rabu malam, diikuti dengan makan malam, di mana mereka masing-masing akan ditemani oleh dua tamu dan penerjemah. Setelah itu, akan digelar lebih banyak pertemuan antara kedua pemimpin pada Kamis lusa.

Pembicaraan mereka digelar setelah delapan pertemuan di Singapura, sebagai agenda pertama kalinya antara presiden ASdan seorang pemimpin Korea Utara.

Pertemuan tersebut diharapkan mengarah kepada deklarasi bahwa Perang Korea 1950-53 secara resmi berakhir.

Amerika Serikat berharap langkah signifikan Kim terhadap denuklirisasi sebagai imbalannya.

Di Singapura, Kim berjanji untuk bekerjasama menuju denuklirisasi total semenanjung Korea, tetapi perjanjian tersebut telah menghasilkan beberapa hasil nyata. Senator dan pejabat keamanan Demokrat AS telah memperingatkan Trump agar tidak membuat kesepakatan yang tidak akan banyak membantu mengekang ambisi nuklir Korea Utara.

Kim , yang melakukan perjalanan dari ibukota Korea Utara dengan kereta api, tiba di stasiun di kota Dong Dang di Vietnam setelah menyeberang perbatasan dari Tiongkok.

Sejumlah pejabat Vietnam siap menyambutnya di stasiun kereta dengan karpet merah termasuk penjaga kehormatan dan kibaran bendera Korea Utara dan Vietnam.

Kim terlihat meninggalkan kereta di Dong Dang dan masuk ke kendaraan Mercedes Benz untuk menempuh perjalanan 105 mil ke ibukota, Hanoi, dengan mobil.

Sebelum berangkat, dia melambai dari mobil kepada pemuda yang berbaris di jalanan sambil mengibarkan bendera Vietnam dan Korea Utara.

Sebanyak belasan penjaga berlari di samping mobilnya ketika ia berangkat. Kim dan Trump juga akan mengadakan pembicaraan terpisah dengan para pemimpin Vietnam.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo juga tiba di Hanoi, Selasa (26/2/2019) seperti diungkapkan seorang wartawan yang bepergian bersamanya.

Pompeo telah menjadi utusan utama Trump dalam upayanya untuk meningkatkan hubungan dengan Korea Utara yang tertutup. Pompeo telah melakukan sejumlah perjalanan ke Pyongyang untuk menegosiasikan langkah-langkah menuju mengakhiri program nuklir korut.

Optimisme Menjelang KTT AS-Korea Utara

Menjelang pertemuan puncak keduanya dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akhir bulan ini di Vietnam, Presiden Donald Trump menyuarakan optimisme dengan mengatakan bahwa pertemuan itu akan “menjadi pertemuan yang sangat sukses.”

“Saya harap kita memiliki keberuntungan yang sama dengan yang kita miliki di KTT pertama. Banyak yang telah dilakukan dalam KTT pertama, “kata Trump pada konferensi pers di Gedung Putih pada 15 Februari 2019.

“Tidak ada lagi roket yang terbang. Tidak ada lagi rudal yang meluncur. Tidak ada lagi pengujian nuklir. Kembali sisa-sisa jasad kami, pahlawan besar kita dari Perang Korea. Dan kembalikan sandera.”

Administrasi Trump ingin “melangkah sejauh mungkin,” kata Sekretaris Negara Mike Pompeo pada konferensi pers di Warsawa pada 14 Februari. Washington bertujuan untuk memetakan serangkaian hasil kongkret termasuk proses denuklirisasi.

Pakar di Cato Institute, Doug Bandow menilai engumuman KTT kedua adalah perkembangan positif meskipun ada beberapa pihak khawatir.

Sejumlah kritikus berpendapat bahwa tidak ada tanda-tanda kemajuan menuju denuklirisasi Semenanjung Korea, tujuan utama yang ditetapkan dalam KTT Singapura tahun lalu.

Namun, menurut Bandow, tidak realistis untuk mengharapkan denuklirisasi Korea Utara yang penuh dan segera.

Menurut dia, denuklirisasi adalah tujuan yang bermanfaat tetapi tidak penting bagi Amerika Serikat.

“Ini sedikit berbeda dari ketakutan Uni Soviet memiliki senjata nuklir,” katanya, seraya menambahkan bahwa Korea Utara bukan ancaman signifikan bagi Amerika Serikat.

Bandow menekankan pentingnya menetapkan mekanisme dan proses yang akan membantu menciptakan perdamaian dan stabilitas jangka panjang di Semenanjung Korea.

“Saya pikir harapannya mungkin berlebihan. Namun demikian, presiden ini telah melakukan sesuatu yang saya pikir tidak akan dilakukan oleh presiden lain. Dan saya pikir dia layak mendapatkan pujian untuk itu,” kata Bandow.

“Karena kita memiliki peluang hari ini untuk penyelesaian masalah yang lebih baik di Korea daripada yang kita miliki di tahun-tahun sebelumnya,” ujarnya. (asr)

Oleh Khanh Vu dan Jeff Mason

Jurnalis Epoch Times, Emel Akan berkontribusi pada artikel ini

Video Rekomendasi : 

https://www.youtube.com/watch?v=1rXizO3ZGSc