oleh Olivia Li – Epoch Times
Sebagai langkah terbaru untuk menerapkan sistem kredit sosial di seluruh daratan Tiongkok, pemerintahan Komunis Tiongkok baru-baru ini meluncurkan aplikasi peringkat kredit yang menargetkan 460 juta orang dewasa Tiongkok yang berusia 18 tahun hingga 45 tahun.
Menurut skema ini, mereka yang memperoleh skor kredit tertinggi menikmati akses yang lebih besar ke pelatihan dan tunjangan pekerjaan. Sementara mereka yang skor kredit rendahnya dibatasi kehidupan sehari-harinya.
Para pengamat mengatakan bahwa Partai Komunis Tiongkok sedang mencoba menggunakan teknologi untuk membangun bentuk totalitarianisme yang unik yang belum pernah ada di masa lalu.
Menurut South China Morning Post yang berbasis di Hong Kong, aplikasi peringkat kredit sosial, yang disebut “Unictown.” Aplikasi ini dirilis pada Februari 2019 oleh sebuah tim di Tsinghua Unigroup di bawah kepemimpinan ganda Komite Pusat Liga Pemuda Komunis dan Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional.
Berbeda dengan sistem kredit keuangan di Barat, Unictown mengumpulkan sejumlah besar informasi non-finansial mengenai penggunanya, termasuk perilaku “anti-sosial” dan partisipasi dalam “kerja sukarela.”
Dengan mengumpulkan, menyeleksi, dan menganalisis beragam data, mulai dari latar belakang pendidikan hingga kebiasaan belanja online seseorang, aplikasi ini bertujuan untuk mendorong perilaku “baik” dan mencela perilaku “buruk”, terutama di kalangan mahasiswa dan lulusan baru.
Untuk kelompok pengguna ini, poin tambahan dapat diperoleh untuk menerbitkan makalah, menciptakan produk, dan berpartisipasi dalam kegiatan sukarelawan sosial. Sementara menyontek saat ujian atau melakukan plagiarisme akan mempengaruhi nilai kredit sosial mereka.
Ketika seorang siswa membeli kursus online melalui Unictown, aplikasi akan menentukan berapa banyak diskon yang dapat diterapkan berdasarkan nilai kredit sosialnya. Lebih penting lagi, saat mencari pekerjaan, mereka yang memiliki kredit sosial lebih tinggi akan diprioritaskan.
Menurut South China Morning Post, pengembang Unictown menolak untuk mengungkapkan bagaimana aplikasi mengevaluasi berbagai data untuk menghitung skor kredit. Pengemban juga menyangkal apakah diperhitungkan seseorang adalah anggota Partai Komunis Tiongkok atau bukan.
Media pemerintah Tiongkok memuji sistem kredit tersebut karena mampu membimbing orang muda Tiongkok untuk secara sadar berlatih “nilai-nilai inti sosialis” dari Partai Komunis Tiongkok.
Totalitarianisme teknologi tinggi
Pengacara Hak Asasi Manusia Tiongkok dan sarjana tamu di Universitas New York, Teng Biao kepada Epoch Times berbahasa Mandarin mengatakan bahwa skema kredit sosial baru adalah bagian dari serangkaian langkah yang diambil oleh Partai Komunis Tiongkok untuk memperkuat pengawasannya terhadap seluruh masyarakat dan mengaktifkan kembali aturan totaliter.
Teng Biao percaya bahwa Partai Komunis Tiongkok sedang dalam proses membangun sistem super-totaliter menggunakan data besar, pengawasan video, pengumpulan DNA, teknologi internet, teknologi pengenalan wajah, dan kredit sosial, menciptakan bentuk totalitarianisme yang belum pernah terjadi sebelumnya.
“Di masa lalu, ada totaliterisme Nazi dan sistem totaliter Mao Zedong, tetapi sistem totaliter yang didukung oleh internet dan teknologi kontemporer belum ada sebelumnya,” katanya.
“Partai Komunis Tiongkok kini sedang mengambil langkah pertama untuk membangun sistem totaliter teknologi tinggi, dengan menggunakan peringkat kredit serta memantau dan mencatat setiap detail dalam kehidupan warganegaranya sehari-hari, yang sangat menakutkan,” tambahnya.
Sementara beberapa orang mungkin menyambut diberlakukannya sistem peringkat sosial sebagai jalan untuk mendapatkan manfaat tertentu, Teng Biao memperingatkan terhadap aspek yang lebih buruk dari kendali sosial digital, karena akan sangat membatasi kebebasan individu di Tiongkok.
Menurut Teng Biao, pengembangan sistem kredit sosial saat ini berakar pada perasaan krisis Partai Komunis Tiongkok sebagai pihak yang sedang berkuasa.
Dia menilai Partai Komunis Tiongkok telah memperketat kendalinya dalam setiap aspek dalam masyarakat Tiongkok dalam beberapa tahun terakhir; seperti dengan meluncurkan tindakan keras terhadap pengacara HAM, kelompok agama, aktivis Uyghur dan Tibet, dan memberlakukan sensor internet yang lebih ketat.
Xia Yeliang, mantan profesor ekonomi di Universitas Peking yang kini tinggal di Amerika Serikat, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Radio Free Asia bahwa sistem peringkat kredit sosial untuk kaum muda adalah cara baru bagi otoritas Tiongkok untuk mengendalikan mereka, terutama mahasiswa.
Xia Yeliang mengibaratkan sistem kredit sosial dengan sebuah jaring besar, yang menjebak semua orang di dalamnya.
“Partai Komunis Tiongkok ingin memastikan bahwa orang-orang muda ini tidak melakukan atau mengatakan sesuatu yang dianggap di luar batas,” simpul Xia Yeliang. (Vv/asr)
Video Rekomendasi :
https://www.youtube.com/watch?v=CIInUQSBX7g