oleh Sinshe Wen Pinrong
Berobat ke dokter gigi merupakan mimpi buruk bagi banyak orang, sekalipun peralatan medis dalam klinik gigi terus dimodernisasi, tetap saja banyak orang merasa ketakutan jika harus berurusan dengannya.
Seorang kakek berusia 68 tahun, seluruh keluarganya tinggal di Amerika, karena tidak terbiasa dengan kehidupan di negeri orang, maka seorang diri ia menetap di Taiwan, dan secara rutin pergi ke Amerika mengunjungi keluarganya.
Dia menyadari bahwa hidup seorang diri tanpa kerabat yang mengurus, haruslah bersandar pada diri sendiri untuk menjaga kesehatan tubuh sebaik-baiknya. Maka itu ia rajin mengunjungi perpustakaan membaca buku-buku yang berhubungan dengan pemeliharaan kesehatan.
Sampai pada suatu hari ia menemukan sejilid buku “Sangat Menyetujui Ilmu Akupunktur Tiongkok” (karya sinshe Wen Pinrong,), dan sebelum buku itu habis terbaca, ia pun dengan suka cita memeriksakan diri sambil mengatakan bahwa akhirnya telah menemukan dokter yang dapat dipercaya untuk merawat kesehatan.
Si kakek yang belum pernah menjalani terapi akupunktur itu. Dia dengan senang hati menerima metode akupunktur dan secara rutin melakukan perawatan kesehatan.
Pada suatu hari tampak sang kakek mengerutkan keningnya, ditanya bagian mana yang tidak nyaman. Ia menjawab giginya luar biasa sakit. Ia mengaku sudah 3 kali bolak balik ke dokter gigi, katanya karies, giginya sudah ditangani namun masih tetap sakit.
Kakek ini mengatakan menurut dokter harus dilakukan Root Canal Therapy dan cabut gigi, mendengar ini ia sangat panik, karena ingin mempertahankan giginya, dia lalu bertanya: ”Dokter, maukah Anda membantu mengobati gigi saya? Sakit sekali sampai saya tidak dapat makan maupun tidur dengan baik.”
Penulis menjawab: ”Menurut ilmu PTT (Pengobatan Tiongkok Tradisional) gigi diurus oleh Qi ginjal, mencabut gigi manula bagaikan mencabut akar, dalam praktik klinis banyak manula setelah dicabut giginya dapat menggoyahkan fondsasi Qi ginjalnya, malah ada yang kesehatannya merosot setelahnya.”
Saya memeriksa struktur giginya, bagian kiri bawah giginya yang sakit, warna gusinya pucat, nampaknya Qi meridian ginjal menjadi dingin, usus dan lambungnya lemah, lemah sehingga tidak berdaya mengusir keluar elemen buruk.
Pemeriksaan pada denyut nadinya lemah dan kerap, merupakan gejala masuknya angin jahat, dengan bahasa modern, giginya telah masuk angin/flu, selain itu karena terlalu banyak mengonsumsi antibiotic analgesic sehingga melukai Qi liver, lambung dan usus serta Qi ginjal.
Sang kakek berharap-harap cemas memandangku dan bertanya: ”Apakah akupunktur dapat mengobati sakit gigi?”
Penanganan akupunktur: melakukan terapi akupunktur terhadap manula harus mengokohkan dahulu Qi Yang (positif). Maka titik Baihui ditusuk; gigi berada di bawah kendali ginjal, perlu pengokohan ginjal, maka ditusuk titik-titik akupunktur Guanyuan dan Taixi. Gusi berhubungan dengan lambung dan usus, meridian Yangming lemah, ditusuk titik-titik Zu Sanli dan Neiting; untuk meningkatkan sirkulasi periodontal, memperlancar meridian sekeliling.
Selanjutnya ditusuk titik-titik Jiache, Sanjian, Erjian dan Yingxiang, antara lain setelah titik Jiache pada jarum terasa getaran Qi-nya, jarum ditarik naik sampai di bawah kulit dan diarahkan ke bagian gigi yang sakit di sebelah kiri bawah, radiasi jarum terasa sampai ke bagian yang sakit. Untuk detoxifikasi, ditusuk titik-titik Quchi dan Waiguan; untuk menghalau angin jahat, ditusuk titik-titik Fengchi dan Hegu. Di antaranya titik Hegu ditusuk sampai menyentuh tulang, dengan tulang mengobati tulang, diarahkan pada pergelangan tangan dengan rangsangan yang kuat. Menarik angin jahat dari gigi, jarum dinaikkan lagi sampai di bawah kulit, Qi buruk lantas dibuang melalui arah jari telunjuk.
Setelah selesai ditusuk, kakek itu mengatakah bahwa sakit giginya sudah sangat berkurang sambil berjingkrak kegirangan seperti anak kecil. Saya memintanya menyemprot gigi yang sakit dengan Tian Luo Shui [cairan herbal dari tanaman Luffa cylindrica (L.) Roem untuk pereda panas dan detoks] sekali setiap 10 menit, mengajarinya memijit titik-titik Hegu, Erjian dan Sanjian. Juga dapat menggunakan bobokan lobak yang diletakkan pada bagian akar gigi yang sakit; atau dapat pula digunakan garam yang langsung dioleskan pada gigi sakit; atau berkumur selama 5 menit dengan air garam lalu dibuang; atau gigi yang sakit dipakai menggigit asinan buah terong, atau menggosok gusi yang sakit dengan kapas dicelup Mint.
Usai terapi, sang kakek sudah dapat makan malam dalam jumlah sedikit. Setelah makan setiap 10 menit disemprot 1 kali, titik-titik akupunktur yang telah ia pelajari letaknya, dipijit satu kali.
Gigi sakit yang semula tidak dapat disentuh dan minum air dingan ataupun panas terasa tidak nyaman, tak terasa setelah ditangani selama beberapa waktu, dicoba disentuh lagi ternyata sudah tidak sakit. Dengan gembira ia ingin membuktikan apakah sakit giginya sudah benar-benar hilang? Maka diketuklah gigi itu kuat-kuat, benar-benar sudah tidak sakit lagi, minum juga sudah tidak terasa ngilu, maka tidurlah ia dengan tenang.
Pada hari ke dua dia datang ke klinik gigi, sang kakek memberitahu pada dokter bahwa giginya sudah tidak sakit, bolehkah tidak dicabut? Sang dokter tidak percaya, pada memeriksaan sebelumnya ia masih menderita kesakitan, mengapa mau dicabut malah mengatakan tidak sakit, apakah mungkin karena takut dicabut?
Maka si dokter itu lantas memeriksa lagi karies giginya, lukanya nampak sudah jauh membaik, kemudian mengetuk-ngetuk gigi dengan alatnya, sang kakek sedikitpun tidak menunjukkan reaksi sakit dan untuk memastikan bahwa karies giginya sudah sembuh, dengan rasa ingin tahu dokter itu bertanya: ”Anda berobat di mana?” Sang kakek mengacungkan jempol dan mengatakan telah menjalani terapi akupunktur oleh seorang sinshe/dokter PTT yang super bagus, bahkan menganjurkan agar dokter gigi itu melakukan perawatan kesehatan pada dokter PTT.
Dokter gigi lulusan AS tersebut menghela napas berulangkali dan berkata: ”Ternyata akupunktur sedemikian lihai!”
Pasca kunjungan dokter gigi, sang kakek datang ke klinik untuk menyatakan rasa terima kasih dan mengatakan: ”Dokter, sungguh sangat berterima kasih telah menyelamatkan gigi saya, betapa bahayanya! Hampir saja dicabut!” Saya sendiri pun merasa heran dengan hasilnya yang diluar dugaan!
Sungguh beruntung para generasi etnis Tionghoa, memiliki warisan nenek moyang yang sedemikian berharga. (PUR/WHS/asr)