Rezim komunis Tiongkok telah meluncurkan perang siluman terhadap Barat. Bahkan, mengerahkan semua lapisan masyarakat dalam rencananya untuk menggantikan Amerika Serikat sebagai pemimpin global.
Hal demikian diungkapkan oleh pensiunan Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat, Brigadir Jenderal Robert Spalding dalam buku terbarunya.
Bukunya menyingkap, Perang yang tersembunyi di depan mata dan memiliki banyak sisi. Perang siluman itu menargetkan ekonomi, militer, diplomasi AS, teknologi, pendidikan, dan infrastruktur AS.
Semuanya tercantum dalam bukunya berjudul “Stealth War : How China Took Over While America’s Elite Slept” atau Perang Siluman: Bagaimana Tiongkok Mengambil Alih, Sementara Elite Amerika Tidur.”
Ia mengatakan, elit Amerika Serikat justru telah membiarkan serangan tersebut tidak terkendali.
Spalding dalam wawancaranya baru-baru ini dalam program American Thought Leaders oleh The Epochtimes Edisi Amerika Serikat juga mengungkapkan, penjaga kebebasan, elit komunitas keuangan, komunitas perusahaan dan akademisi AS, kenyataan politik — para elite pada dasarnya sudah dibeli.
Permainan Tipu Daya
Spalding, mantan kepala ahli strategi Tiongkok untuk ketua Kepala Staf Gabungan di Kantor Pentagon, mengatakan pengalamannya sebagai mantan pilot Angkatan Udara Roh B-2 Spirit, juga dikenal sebagai pembom siluman, membantunya membongkar strategi rezim yang bergantung dengan jurus bernama kebingungan.
Mantan perencana strategis senior untuk Gedung Putih di Dewan Keamanan Nasional itu juga membeberkan, strategi utama Komunis tiongkok adalah benar-benar menyembunyikan segala sesuatu yang mereka lakukan.
Dalam buku itu, Spalding merinci bagaimana, selama 40 tahun terakhir, Komunis Tiongkok telah melakukan permainan “canggih namun sederhana.”
Spalding membeberkan, hal demikian adalah kompetisi untuk mendapatkan kontrol dan pengaruh di seluruh planet ini. Sedangkan untuk mencapai hasilnya tanpa menggunakan keterlibatan militer. Komunis Tiongkok juga “telah mempersenjatai seluruh masyarakat pada dasarnya untuk bekerja demi keuntungannya sendiri.
Taktiknya luas, termasuk “mendapatkan teknologi tanpa membayar sepeser pun untuk mengembangkannya. Secara berhati-hati mengendalikan bisnis pelayaran dunia, menyusup ke perusahaan dan laboratorium sains. Tak hanya itu, selanjutnya menggunakan dolar investor Amerika untuk mengambangkan biaya pabriknya sendiri dan perusahaan. Kemudian bersikeras agar uang-uang tersebut tetap berada di Tiongkok.
Bagi Spalding, proses mewujudkan sifat dan ruang lingkup yang sebenarnya dari ancaman Komunis Tiongkok, adalah proses yang bertahap dan percobaan satu-satu.
Dia jatuh cinta kepada negara ketika belajar di Shanghai dari tahun 2002 hingga 2004. Seperti banyak orang sebelum dirinya, Spalding sangat menghargai hal-hal yang dikatakan oleh teman-teman dan rekan-rekannya di Tiongkok. Namun, tidak menyadari bahwa poin pembicaraan itu adalah narasi yang ditanamkan oleh Komunis Tiongkok dalam tahun-tahun indoktrinasi yang cermat.
Spalding dalam program The Epochtimes bahasa Inggris, mengungkapkan, dirinya berulang kali mendengar bagaimana orang-orang Tiongkok tidak bisa menangani demokrasi.
Spalding akan berpikir pada saat itu, jika dirinya mengatakan sesuatu seperti demikian maka akan menjadi sangat rasis. Seperti seseorang yang tidak memiliki kapasitas untuk memahami demokrasi dan benar-benar mengadopsi kebebasan, yang diyakini sebagai hak asasi manusia yang universal.
Fakta itu merupakan bukti kekuatan sensor rezim Komunis Tiongkok. Spalding menambahkan, tak hanya “memperdaya AS, tetapi memperolok-olok orang-orang Tiongkok.”
Spalding menjelaskan, cara itu benar-benar kemampuan dari Komunis Tiongkok untuk mengambil alih narasi tentang Tiongkok dan rakyat Tiongkok. Serta menciptakan narasi, bahkan orang-orang Tiongkok mulai mengadopsi dan kemudian menerapkannya sebagai milik mereka.
Tidak sampai bertahun-tahun kemudian, ketika Spalding akhirnya memutuskan untuk memahami apa sebenarnya Komunis Tiongkok itu. Upayanya melibatkan meneliti ribuan halaman dokumen Komunis Tiongkok.
Spalding mengatakan, alasan dirinya berjuang dengan gigih dikarenakan semua kolega dan rekan kerja serta mentornya telah meyakinkan kepada dirinya.
Ia menceritakan bagaimana ia terus-menerus diberi poin pembicaraan soal Komunis Tiongkok, dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan sulit mengenai praktik rezim Tiongkok. Seperti perlakuannya terhadap Muslim Uyghur di wilayah Xinjiang, dan pengambilan organ dari tahanan hati nurani demi keuntungan semata.
‘Pembohong Profesional’”
Komunis Tiongkok adalah pembohong profesional yang telah menjalani pelatihan yang sangat baik seperti diungkapkan oleh Spalding dalam bukunya.
Jenderal purnawirawan itu, secara pribadi mengalaminya ketika berhadapan dengan rekan-rekan di Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok atau PLA. Ketika itu terjadi selama masa jabatannya sebagai ahli strategi Tiongkok di Pentagon.
Spalding bercerita, tentang Mereka yang berbicara bahasa Inggris tanpa cela. Bahkan mengetahui semua argumen pertanyaan dari orang lainnya.
Para petugas PLA itu tidak hanya dilatih, tetapi juga dinilai seberapa baik jawaban mereka memenuhi “mandat Komunis Tiongkok serta seberapa loyalitas mereka.
Petugas PLA ini mengetahui lebih baik daripada pihak lain. Mereka juga mengetahui kata pendahulu Anda termasuk apa yang dikatakan para pendahulu-pendahulu Anda. Kesimpulannya, petugas PLA Ini adalah “koreografi sempurna setiap saat. Intinya, mereka melakukannya tanpa berhenti berdetak.
Mendanai Perang Tiongkok
Bagian dari perang rahasia rezim Komunis Tiongkok adalah di bidang ekonomi. Melalui dana pensiun dan dana pensiun publik, investor AS telah memasok miliaran dolar ke perusahaan-perusahaan Tiongkok. Padahal tak tunduk kepada kewajiban pengungkapan keuangan yang sama dengan perusahaan AS.
Sekali lagi, nama permainannya adalah strategi kebingungan. Rezim Komunis Tiongkok saat ini memblokir regulator di luar negeri, seperti Komisi Sekuritas dan Bursa AS dan Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik, agar memeriksa laporan audit secara penuh perusahaan yang diperdagangkan di publik yang mana berkantor pusat di Hong Kong dan Tiongkok. Laporan itu mengutip dari keamanan nasional dan kerahasiaan negara.
Bahkan dana pensiun untuk pegawai pemerintah federal, termasuk personil militer A.S. — Federal Investment Thrift Investment Board — ditetapkan untuk berinvestasi di perusahaan-perusahaan Tiongkok yang memajukan ambisi militer rezim Komunis Tiongkok.
Hal demikian termasuk AviChina Industry & Technology Ltd, yang terdaftar di Hong Kong. Yang mana, merupakan perusahaan terdaftar untuk Aviation Industry Corp of China (AVIC) milik BUMN Tiongkok.
AVIC dan anak perusahaannya mengembangkan sistem pesawat terbang dan senjata untuk militer Tiongkok.
Spalding mengatakan, ketika uang pensiun militer Amerika, selaku anggota yang menjaga negeri Paman SAM itu, uang mereka akan diambil dan diberikan kepada musuh potensial seperti AVIC untuk membuat senjata yang mungkin harus mereka bela dalam beberapa konflik di masa depan.
Hal demikian sungguh mengejukan. Dengan investasi asing, rezim Komunis Tiongkok kemudian menggunakan uang-uang itu untuk berinvestasi dan mengakuisisi perusahaan Amerika Serikat. Yang mana perusahaan AS memiliki teknologi inovatif.
Mereka kemudian membawa teknologi ini kembali ke daratan Tiongkok. Selanjutnya memberikan subsidi terhadap produksinya. Misalnya memberikan listrik gratis kepada pemilik pabrik.
Kemudian, produk-produk murah dibuang di pasar AS, tempat mereka dapat memotong bisnis Amerika, sehingga menghancurkan persaingan.
Selain itu, rezim Komunis Tiongkok mencuri kekayaan intelektual Amerika Serikat, melalui berbagai saluran, termasuk peretasan siber dan sumber daya manusia. Misalnya, warga negara Tiongkok atau etnis Tionghoa yang bekerja di perusahaan atau laboratorium penelitian AS, kemudian membawa rahasia dagang itu kembali ke Tiongkok.
Spalding menguraikan, mereka biasanya membawa kekayaan intelektual itu kembali ke daratan dengan baik. Kemudian memulai perusahaan mereka sendiri. Tujuannya, untuk menjadi kaya atau untuk memberikannya kepada perusahaan lain tempat mereka bekerja. Tentu saja, semua perusahaan berada di bawah wewenang penguasa tunggal di Tiongkok, yakni Komunis Tiongkok.
Berinvestasi kepada Rakyat AS
Untuk menjaga dan melawan upaya Komunis Tiongkok, Spalding mengatakan Amerika Serikat perlu melakukan tiga hal.
Buku pedomannya adalah: “Mendidik dan mengadvokasi, mulai membela diri dan kemudian menjadi lebih proaktif yakni berinvestasi di negara sendiri serta berinvestasi kepada rakyat AS.
Jenderal purnawirawan menilai, bahwa Washington telah membuat kemajuan dalam dua bidang pertama. Akan tetapi yang ketiga, tidak terjadi dan harus benar-benar terjadi, adalah AS harus berinvestasi kepada rakyatnya sendiri. Seperti berinvestasi di infrastruktur negeri itu dalam banyak hal. Contohnya di bidang manufaktur, penelitian, pengembangan serta sains, teknologi, teknik, dan matematika.Â
Spalding percaya, Amerika Serikat memiliki jalan keluar dari kesulitan tersebut. Tentunya, dengan memegang teguh prinsip-prinsip pendiriannya sebagaimana tertanam dalam Konstitusi negeri PAMAN Sam itu. (asr)