30 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin

Zhong Yuan dari Taipei – Epochtimes.com 

Tanggal 9 November adalah peringatan 30 tahun runtuhnya Tembok  Berlin di Jerman. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo bertemu dengan para pemimpin utama Jerman untuk bersama-sama memperingati terbebasnya orang-orang Eropa Timur dan Eropa Tengah dari belenggu komunisme.

Kong Shiren, seorang pengarang dan ahli teori “aliran Minguo yakni Republik Tiongkok yang didirikan Sun Yat Sen”, menyatakan jatuhnya Tembok Berlin menginspirasi orang-orang di daratan Tiongkok bahwa Tirani Komunis Tiongkok suatu hari nanti pasti juga akan runtuh. Tanpa partai komunis maka barulah muncul Tiongkok baru.

Pada 8 Mei 1945, Nazi Jerman menyerah. Menurut keputusan Konferensi Yalta, Jerman dan ibu kota Berlin berada di bawah yurisdiksi empat negara pemenang perang: Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Uni Soviet.

Pada 1949, Jerman Barat menyatakan kemerdekaannya dengan bantuan tiga negara Barat, kota Bonn sebagai ibu kota dan mengadopsi sistem kapitalisme. Uni Soviet tidak mau kalah dan mendirikan negara Jerman Timur, menetapkan Berlin sebagai ibu kota dan mengadopsi sistem komunisme. Meski Berlin terletak di tengah wilayah Jerman Timur.

Pada 13 Agustus 1961, Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) mendirikan pagar di sepanjang garis pemisah dan membangun Tembok Berlin.

Pada 9 November 1989, check point di perbatasan antara Berlin Timur dan Barat dibuka paksa oleh ratusan ribu warga Jerman Timur yang berbondong-bondong membanjiri Jerman Barat. Peristiwa itu  disebut di dalam sejarah sebagai keruntuhan Tembok Berlin.

Dalam wawancaranya Kong Shiren menyatakan, penyebab tak langsung berdirinya Tembok Berlin adalah, pada 1948 Pasukan Komunis Tiongkok  melancarkan serangan berskala besar pada pasukan Tentara Nasional Tiongkok. Rusia sangat mendukung pendudukan oleh Komunis Tiongkok di seluruh Tiongkok, dan secara sengaja memunculkan krisis Berlin.

Kala itu Stalin sebagai pimpinan Uni Soviet dan Mao Zedong sebagai pimpinan pasukan pemberontak, berembuk. Melalui krisis tersebut hendak mengikat kekuatan Amerika Serikat, Inggris dan Prancis untuk dialihkan ke Eropa demi mengurangi masifnya bantuan Amerika untuk tentara nasionalis di bawah kepemimpinan Chiang Kai-shek. Sesungguhnya blokade Uni Soviet terhadap Berlin Barat merupakan sejarah yang menyakitkan bagi Tiongkok.

Kong Shiren menyatakan, selama Perang Dunia Kedua, Jerman Timur, Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur adalah sistem ekonomi partai komunis yang bekerja sama dan saling membagi pekerjaan. Sumber dayanya tidak terdistribusikan dengan baik, juga tidak memiliki daya gerak pengembangan ekonomi pasar, sehingga seluruh ekonomi negara komunis semakin lama semakin kacau balau,.

Sebagai negara satelit Uni Soviet semasa Perang Dingin, Jerman Timur juga semakin di bawah tekanan, juga terimbas oleh gerakan serikat buruh pemerintah dari warga Cekoslowakia, Jerman Timur, Hongaria dan Polandia yang tidak puas dengan pemerintahan. Warga Jerman Timur yang tidak puas dengan pemerintahan partai komunis secara spontan melakukan demonstrasi.

Pada 9 Oktober 1989, sebanyak 70.000 orang dari Jerman Timur membanjiri pusat kota Leipzig dan berbaris di luar markas polisi rahasia Stasi. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan menuntut demokrasi dan kebebasan dan menghindari kekerasan.

Kong Shiren mengatakan, kepala polisi melihat begitu banyak orang turun ke jalan. Polisi merasa sangat gugup. Pimpinan tertinggi Jerman Timur kala itu meminta polisi bertindak represif, tetapi pihak kepolisian khawatir jika menindas, kelak dijadikan kambing hitam. Mereka pun mengambil sikap pembiaran. Sebaliknya malah telah menjatuhkan pemimpin Jerman Timur Erich Honecker yang digantikan oleh Egon Krenz untuk mengambil alih tampuk kepemimpinan Partai Komunis Jerman Timur pada 18 Oktober 1989.

Lantaran terjadi pertikaian internal dalam tubuh penguasa Jerman Timur, maka rencana penindasan terhadap rakyat ditangguhkan.

Kong Shiren mengatakan bahwa sekitar satu dari setiap sepuluh orang di Jerman Timur adalah seorang mata-mata atau polisi rahasia. Petugas pencari informasi itu mengendalikan rakyat dengan sangat ketat, tetapi skala perlawanan para warga Jerman Timur telah menjadi semakin besar. Mereka tidak dapat lagi dikendalikan oleh polisi. Bahkan sejumlah polisi juga secara aktif terlibat dalam perlawanan dan berada di baris terdepan demonstrasi, sehingga menyebabkan seluruh pemerintahan Jerman Timur telah runtuh.

Selanjutnya kurang dari 11 bulan pasca robohnya Tembok Berlin pada 3 Oktober 1990, Jerman Timur dan Jerman Barat dipersatukan.

Menurut Kong Shiren, hancurnya Tembok Berlin menandai keruntuhan negara-negara Eropa Timur dan Uni Soviet. Runtuhnya Tembok Berlin layak dirayakan, karena juga membawa inspirasi kepada orang-orang di daratan Tiongkok.

Kong Shiren mengatakan, meskipun Partai Komunis secara ketat mengendalikan orang-orang, tapi Partai Komunis Tiongkok pasti akan runtuh. Dewasa ini banyak intelektual Tiongkok telah kehilangan impian mereka tentang reformasi Partai Komunis Tiongkok. Sedangkan banyak orang Tiongkok menganggur di bawah perang dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat. Hati mereka tidak puas dengan pemerintahan Komunis Tiongkok.

Belakangan ini ekonomi pasar yang didominasi oleh sistem kepemilikan publik ala Komunis Tiongkok, juga telah memberikan pukulan berat pada kelas kaum borjuis. Kaum kapitalis banyak yang menjual murah aset mereka, dan sejumlah dana besar diungsikan ke luar negeri. Komunis Tiongkok secara bertahap sedang menuju nasib kehancuran.

Terdapat pameo di kalangan jelata Tiongkok bahwa “Setiap kali angka tahun berakhiran 9 dipastikan kacau”.

Kong Shiren menyatakan, dalam protes anti-ekstradisi Hong Kong 2019 ini lebih dari 2 juta orang telah turun ke jalan. Anti-komunisme dari rakyat Hong Kong dapat berdampak mendorong disintegrasi Komunis Tiongkok. Di seluruh dunia telah timbul gelombang besar anti-komunisme.

Kong Shiren sangat mengagumi keberanian orang-orang Hong Kong untuk turun ke jalan. Meskipun mereka sangat kuat dan ulet, tapi masih belum berani mengatakan apa prospek dari anti-ekstradisi itu.  

Namun yang pasti adalah bahwa agen-agen dari polisi dan tentara Komunis Tiongkok telah sejak lama menyusup ke Hong Kong untuk mengendalikan pemerintah Hong Kong. Selain itu terdapat sejumlah orang yang dikirim oleh Komunis Tiongkok menyusup ke dalam kepolian Hong Kong. Dari video yang ditayangkan di media, dapat terlihat polisi yang memaki-maki dan memukuli demonstran dengan berbahasa Mandarin bukan dialek Hong Kong.

Kong Shiren menyatakan, Hong Kong adalah tempat di mana Komunis Tiongkok menyerap modal asing dan tempat yang sangat penting untuk menghindari tarif perang dagang Tiongkok dengan Amerika Serikat.

Penindasan Komunis Tiongkok terhadap Hong Kong akan memengaruhi semua aspek saluran pembiayaan dan akan memiliki dampak besar pada ekonomi Tiongkok. Selain itu, peristiwa anti-ekstradisi Hong Kong juga telah memengaruhi daratan Tiongkok, termasuk orang-orang Tiongkok yang bepergian ke Hong Kong dan luar negeri atau yang dapat mengaskses internet dengan melewati sensor firewall. Orang-orang yang melihat kebenaran tentang Hong Kong akan sangat muak dengan kelakuan Partai Komunis.

Kong Shiren mengatakan, rakyat Hong Kong yang anti-komunis menuntut demokrasi yang punya hak pilih universal sejati, jika dapat mendobrak “sensor firewall Tembok Berlin” dari blokade internet Komunis Tiongkok, orang-orang di daratan setelah mengetahui kebenaran akan meniru orang-orang Hong Kong dan bangkit melawan komunisme.

Menurut Kong Shiren, perang dagang yang dilancarkan Presiden Amerika Serikat, Donald  Trump bersifat membantu ekonomi Taiwan agar tidak bergantung pada ekonomi Tiongkok. Selain itu kelanjutan perlawanan anti-ekstradisi Hong Kong, juga membantu menyadarkan orang Taiwan untuk bangkit melindungi Taiwan dan menentang komunisme. Dalam pemilu tidak memilih tokoh politik yang pro-komunis, bersama-sama menjaga kebebasan dan demokrasi Taiwan, mencegah Komunis Tiongkok menyusup.

Kong Shiren menilai, demokrasi Taiwan juga membuat Komunis Tiongkok ketakutan. Selain itu “Sembilan Komentar Mengenai Partai Komunis” yang diterbitkan oleh The Epoch Times telah menyebabkan lebih dari 345 juta orang Tiongkok melakukan pengunduran dari keanggotaan Partai Komunis, Liga Pemuda dan Perintis Muda Komunis.

Kelak akan terbukti media The Epoch Times dan New Tang Dynasty (NTD) telah memainkan peran yang sangat baik dalam pencerai-beraian Partai Komunis Tiongkok.

 “Tirani Partai Komunis Tiongkok dipastikan hancur”. Kong Shiren mengatakan, Komunis Tiongkok selama memerintah 70 tahun telah melakukan banyak hal buruk, yang setidaknya telah mengakibatkan kematian tak wajar 80 juta orang Tiongkok. Partai Komunis Tiongkok pasti akan hancur. Jika Partai Komunis Tiongkok hancur maka baru akan muncul Tiongkok baru.

Gelombang anti-komunis global telah membawa tekanan besar pada Komunis Tiongkok. Titik krusialnya adalah orang di daratan Tiongkok harus memiliki inisiatif yang lebih besar, jika mereka telah mundur, itu melambangkan mereka telah memutuskan hubungan dengan Komunis Tiongkok. Hal itu merupakan sebuah langkah besar ke depan dalam kehidupan, juga merupakan perwujudan keberanian moral.

HUI/whs