Omid Ghoreishi – The Epochtimes
Kelompok-kelompok perusuh mengibarkan bendera merah bintang lima komunis Tiongkok dan mengumbar caci maki. Kejadian itu telah menjadi pemandangan umum, setiap kali ada demonstrasi solidaritas untuk pro-demokrasi Hong Kong.
Insiden itu sebenarnya tidak hanya terjadi di Kanada, tetapi juga di Australia dan Selandia Baru.
Namun demikian, hal itu membukukan skornya ketika dua orang berpakaian seragam penjaga kehormatan Tentara Pembebasan Rakyat yang memegang bendera Komunis Tiongkok. Mereka berdua melangkah melawan arus di hadapan para demonstran pro-Hong Kong di Auckland, Selandia Baru, pada 2 November.
Laporan media Selandia Baru, Stuff kemudian mengungkapkan bahwa mereka berdua adalah siswa Tiongkok dari sekolah menengah internasional.
Polisi mengatakan tidak dapat segera mengkonfirmasi jika ada undang-undang di sekitar anggota non-militer yang mengenakan seragam militer di depan umum.
Pada Oktober 2018, kejadian serupa terjadi di Kamloops, British Columbia, Kanada, ketika anggota Asosiasi Mahasiswa dan Cendekia Tiongkok atau Chinese Students and Scholars Association – CSSA- di Universitas Thompson Rivers mengadakan upacara pengibaran bendera sambil mengenakan seragam militer bergaya militer Komunis Tiongkok.
Aktif di sebagian besar kampus universitas utama di negara-negara barat, Chinese Students and Scholars Association sering secara terbuka menyatakan, bahwa mereka didanai atau didukung oleh konsulat Tiongkok setempat dan diketahui mengadakan acara pro-Beijing.
Pada bulan September lalu, Chinese Students and Scholars Association di Universitas McMaster dilarang oleh serikat mahasiswa. Dikarenakan, mengintervensi dalam acara hak asasi manusia di kampus terkait dengan kelompok minoritas Uighur di Tiongkok.
Dalam kasus lain untuk memuji Tentara Pembebasan Rakyat di Kanada, sebuah kelompok veteran militer Tiongkok mengorganisir penampilan paduan suara yang mengagungkan revolusi komunis dan militer Tiongkok di daerah Toronto pada bulan Oktober lalu.
Pada bulan yang sama, sebuah sekolah di daerah Vancouver menuai kritik karena memperlihatkan adegan-adegan siswa sekolah Mandarin dari film propaganda Tiongkok “My People, My Country.” Film itu ditujukan untuk membangkitkan cinta tanah air, film ini memuat kisah-kisah para anggota militer Tiongkok di Amerika. Mereka dalam menunaikan sebuah misi yang diberi label “Aku cinta tanah airku,” para pelajar diminta untuk mendokumentasikan bagaimana pemandangan itu membuat mereka merasa baik, seperti dilaporkan South China Morning Post.
Acara di Kanada untuk mendukung garis Beijing tentang berbagai masalah semakin menjadi berita. Tetapi yang mengejutkan adalah keputusan Ottawa untuk mengirim tentara Kanada ikut ambil bagian dalam latihan militer Tiongkok pada saat warga negara Kanada tetap berada di balik jeruji besi di Tiongkok. Kejadian itu hanya beberapa bulan setelah dua jet tempur Tiongkok terbang di atas armada angkatan laut Kanada di perairan internasional Laut Cina Timur, yang merupakan bagian dari Samudera Pasifik.
Kedutaan Besar Tiongkok di Ottawa menggunakan acara tersebut, yang diadakan di Kota Wuhan pada bulan Oktober. Sedangkan partisipasi dari Kanada dan negara-negara lain untuk mengklaim, bahwa “lebih banyak negara memuji kebijakan luar negeri Komunis Tiongkok dan jalur pembangunannya.
David Kilgour, mantan Menlu Kanada untuk Asia Pasifik, yang dikutip The Epochtimes mengatakan, seharusnya jelas bahwa mengambil bagian dalam acara semacam itu tidak pantas.
Menurut dia, Tentu saja Beijing akan menggunakannya untuk tujuan propaganda. Ia mengatakan, seseorang di Urusan Global atau Pertahanan Nasional seharusnya sudah menghentikan partisipasi yang diusulkan sebelumnya.
Gubernur Jenderal Kanada, Julie Payette juga baru-baru ini mendapat kecaman. Itu setelah menyatakan harapan kepada duta besar baru Tiongkok, bahwa Kanada dan Tiongkok dapat menggunakan peringatan 50 tahun hubungan bilateral tahun depan untuk “menjembatani kesenjangan apa pun” di antara mereka.
David Kilgour mengatakan, sikap itu normal untuk menyampaikan sambutan kepada perwakilan dari sebagian besar negara, tetapi tidak untuk Tiongkok pada hari ini.
David Kilgour menguraikan, dalam konteks apa yang telah dilakukan pemerintah Komunis Tiongkok, sekarang sudah hampir satu tahun tanpa tuduhan terjadi terhadap dua warga Kanada yang mendekam di penjara. Apalagi, terhadap yang dilakukan kepada petani kanola Kanada.
Bahkan, faktanya pada 9 dari 10 warga Kanada menurut survei pendapat Nanos bulan lalu, warga Kanada dimengerti memiliki pandangan negatif terhadap pemerintah Tiongkok. Sedangkan duta besar baru seharusnya tidak disambut terlalu hangat.
‘Masalah Nomor Satu’
Mantan duta besar Kanada untuk Tiongkok David Mulroney mengatakan, ada kebutuhan untuk merefleksi lebih mendalam tentang apa arti kebangkitan Tiongkok di dunia bagi Kanada.
Menurut dia, hal demikian sangat berguna untuk mundur ke belakang dan berpikir tentang Tiongkok dalam konteks global yang lebih besar. Tentunya, dalam apa arti tentang kebangkitannya bagi pandangan dunia Kanada.
Mulroney tidak sendirian dalam mendesak lebih banyak refleksi tentang Tiongkok di dunia dan implikasinya bagi Kanada.
Brian Lee Crowley, direktur pelaksana Institut Macdonald-Laurier, mengatakan dalam wawancara sebelumnya bahwa, Komunis tiongkok adalah masalah nomor satu yang dihadapi Kanada. Dikarenakan, Komunis Tiongkok sangat agresif karena berusaha mengubah tatanan dunia.
Crowley mengatakan, berurusan dengan Komunis Tiongkok harus menjadi prioritas utama pemerintah. Dikarenakan, tak hanya semata masalah politik internasional. pasalnya, Komunis Tiongkok secara agresif untuk mencoba mempengaruhi masalah dalam negeri di Kanada. Bahkan, mencoba untuk mengendalikan diaspora Tionghoa dan mengubah kebijakan Kanada tentang masalah-masalah seperti Taiwan, Hong Kong, hak asasi manusia, dan perdagangan bebas.
Crowley menjelaskan, Kanada belum memahami seberapa dalam komunis Tiongkok berusaha mempengaruhi Kanada. (asr)
FOTO : 16 Oktober 2007 menandai hari kedua Kongres Nasional ke-17 Partai Komunis Tiongkok. Daerah di sekitar Lapangan Tiananmen di Beijing tetap dalam kondisi siaga tinggi. (The Epoch Times)