Bab XII – Menyabotase Pendidikan -Bagian II- (Bagaimana Roh Jahat Komunisme Menguasai Dunia Kita)

Memanjakan Siswa

Menurut teori pendidikan Jean-Jacques Rousseau, manusia dilahirkan adalah baik dan bebas, tetapi dibuat buruk oleh masyarakat. Oleh karena itu, metode pendidikan terbaik adalah memberi kebebasan kendali dan perolehan bagi anak-anak untuk perkembangan anak yang aneh.

Di bawah pengaruh pemikiran Jean-Jacques Rousseau, pendidik progresivisme sejak zaman John Dewey sering menggemakan ide-ide semacam ini: Seseorang seharusnya tidak memaksakan nilai-nilai orangtua atau guru pada siswa; setelah tumbuh dewasa, anak-anak harus diizinkan untuk membuat penilaian dan keputusannya sendiri. Penyair Inggris Samuel Taylor Coleridge pernah dengan elegan memberikan jawaban berikut untuk pandangan semacam ini:

“Thelwall berpikir adalah sangat tidak adil untuk memengaruhi pikiran seorang anak dengan menanamkan pendapat apa pun sebelum seharusnya sampai pada kebijaksanaan selama bertahun-tahun, dan dapat memilih sendiri. Saya menunjukkan kepadanya kebun saya, dan mengatakan kepadanya bahwa itu adalah kebun botani saya. ‘Bagaimana bisa begitu? ditutupi dengan rumput liar,’ tanyanya, — ‘Oh,’ jawab saya, ‘itu hanya karena belum sampai pada usia kebijaksanaan dan pilihannya. Anda lihat rumput telah mengambil kebebasan untuk tumbuh, dan saya pikir itu adalah tidak adil dalam diri saya untuk berprasangka terhadap mawar dan stroberi.”[14]

Penyair yang cerdik menggunakan analogi untuk menyampaikan kepada temannya sebuah prinsip: Etika dan kebijaksanaan diolah dengan susah payah, sama seperti berkebun. Tidak mengawasi kebun akan menyebabkan pertumbuhan gulma. Meninggalkan anak-anak mirip dengan memberikan mereka kekuatan yang selalu ada untuk sakit. Itu berarti kelalaian dan tidak bertanggung jawab yang ekstrem.

Baik dan jahat secara bersamaan hadir dalam sifat manusia. Meskipun anak-anak dengan perbandingan lebih sederhana dan murni, anak-anak juga rentan terhadap kemalasan, kecemburuan, suka berperang, mementingkan diri sendiri, dan sifat negatif lainnya.

Masyarakat adalah tong pewarna yang besar. Jika anak-anak, dengan kecenderungan buruk alami mereka (bersama dengan yang baik), tidak dibesarkan dengan semestinya, maka pada saat mereka tiba pada “usia kebijaksanaan dan pilihan mereka,” mereka akan telah lama terkontaminasi oleh pikiran buruk dan kebiasaan buruk. Upaya untuk mendidik mereka pada saat itu akan terlambat.

Kegemaran para siswa ini mencapai puncaknya dalam karya sastra pedagogis Summerhill: A Radical Approach to Education atau Summerhill: Radikal Mendekati Pendidikan, yang diterbitkan pada tahun 1960. Penulis buku tersebut, A.S. Neill, pada tahun 1921 mendirikan sekolah asrama Inggris, Sekolah Summerhill, yang menerima anak-anak usia 6 tahun hingga 16 tahun. Sekolah Summerhill memberi anak-anak otonomi penuh. Anak-anak diizinkan untuk memutuskan apakah mereka ingin mengikuti semua mata pelajaran, dan apakah mereka hanya ingin mengikuti satu mata pelajaran saja, tidak ingin mengikuti mata pelajaran yang lain. Pemikiran A.S. Neil mengenai pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsuf Sekolah Frankfurt Wilhelm Reich, seorang pendukung seks bebas yang kuat, dan mereka berdua sering berkorespondensi.

Selain akademisi, Sekolah Summerhill sangat lemah dalam hal etika, disiplin, dan hubungan pria dengan wanita, mengikuti semua nilai anti-tradisional. Anak laki-laki dan anak perempuan dapat berkencan atau hidup bersama, di mana Sekolah Summerhill akan membiarkan atau bahkan mendukungnya. A.S. Neil memperbolehkan staf dan siswa berenang telanjang bersama di kolam renang terbuka. Putra tiri A.S. Neil yang berusia 35 tahun mengajar seni keramik dan sering membawa pulang para siswi yang duduk di kelas lebih tinggi ke rumahnya. [15]

Dalam bukunya, A.S. Neil mengatakan, “Setiap murid Sekolah Summerhill yang duduk di kelas lebih tinggi tahu dari percakapan saya dan buku-buku saya bahwa saya menyetujui kehidupan seks yang diinginkan para murid, tanpa memandang usia mereka.” [16] Bahkan A.S. Nile mengisyaratkan bahwa, jika tidak dilarang oleh hukum, ia akan membiarkan anak laki-laki dan anak perempuan tidur bersama. [17]

Ketika Summerhill diterbitkan, buku tersebut dengan cepat menjadi buku terlaris. Pada tahun 1960-an saja, buku tersebut terjual lebih dari tiga juta kopi, menjadi buku “klasik” di mana dosen di perguruan tinggi guru akan meminta semua siswa untuk membacanya.

Sebuah pepatah Tiongkok kuno berbunyi, “Seorang guru yang tegas menghasilkan siswa yang luar biasa.” Orang-orang dengan pengetahuan dan pengalaman di Barat telah menemukan bahwa guru yang tegas mendapatkan hasil yang lebih baik di kelas. Guru yang tegas juga memiliki pengaruh yang lebih positif terhadap perilaku siswanya. [18]

Sayangnya, di Amerika Serikat dan negara Barat lainnya, di bawah pengaruh progresivisme dan otonomi pendidikan, undang-undang telah diberlakukan yang membatasi ruang lingkup orangtua atau guru dalam menatalaksana siswa. Hal ini menyebabkan para guru takut mendisiplinkan siswa. Kebiasaan buruk siswa tidak diperbaiki tepat waktu, sehingga mengarah pada penurunan moralitas serta kinerja akademik siswa yang tajam.

Pendidikan yang Berpusat pada Siswa

Fungsi pendidikan yang terpenting adalah memelihara dan meneruskan kebudayaan tradisional sejarah manusia. Guru adalah penghubung yang menghubungkan masa lalu untuk kepentingan masa depan.

“Seorang guru harus meneruskan Dao, mengajarkan pembelajaran, dan menjernihkan kebingungan,” menurut pepatah Tiongkok. Pemikiran progresivisme pendidikan John Dewey menghilangkan otoritas guru dan merendahkan martabat guru. Sikap John Dewey yang anti-intelektual dan bertentangan dengan akal sehat — pada dasarnya, menentang pendidikan itu sendiri.

Pendukung pendidikan progresivisme mengklaim bahwa posisi siswa harus diutamakan dan diizinkan untuk mengeksplorasi sendiri, untuk mencapai jawabannya sendiri.

Namun, isi buku-buku kursus tradisional adalah kumpulan ribuan tahun peradaban manusia. Bagaimana sesuatu dapat dieksplorasi oleh siswa muda dan bodoh dengan begitu cepat? Tujuan sebenarnya dari pendidikan progresivisme adalah untuk memutuskan siswa dari ikatannya dengan kebudayaan tradisional. Peniadaan otoritas guru dalam proses pendidikan adalah peniadaan peran guru dalam meneruskan pengetahuan peradaban. Inilah motif tersembunyi komunisme.

Tujuh Mitos Mengenai Pendidikan Daisy Christodoulou menganalisis dan membantah tujuh kesalahpahaman yang tersebar luas, termasuk klaim bahwa fakta mencegah pemahaman; instruksi yang dipimpin guru bersifat pasif; proyek dan kegiatan adalah cara terbaik untuk belajar; mengajar pengetahuan adalah indoktrinasi, dan lainnya. [19] Sebagian besar mitos ini merupakan sisa pendidikan progresivisme, tetapi setelah diturunkan selama beberapa generasi, mitos ini telah menjadi wabah pada kebudayaan pendidikan. Daisy Christodoulou adalah berkebangsaan Inggris, dan sebagian besar karyanya menggunakan contoh-contoh dari Inggris, yang dapat dilihat bahwa konsep pendidikan progresivisme telah merusak seluruh dunia.

Misalnya, ambil kesalahpahaman pertama. Pendidikan Amerika modern telah menurunkan metode tradisional untuk memperhatikan menghafal, membaca dengan keras, dan berlatih “menghafal mekanis,” “belajar menghafal,” dan “latihan untuk membunuh.” Banyak orang yang akrab dengan kritik ini. Jean-Jacques Rousseau menyerang pelajaran menghafal dan verbal dalam novelnya Emile, atau Sebuah Pendidikan, dan pendidik progresivisme John Dewey melanjutkan teori tersebut.

Pada tahun 1955, psikolog pendidikan Amerika Serikat Benjamin Bloom mengusulkan Taksonomi Bloom yang terkenal, yang membagi kognisi manusia menjadi enam tingkatan, dari rendah ke tinggi: ingat, pahami, terapkan, analisis, evaluasi, ciptakan. Analisis, evaluasi, dan ciptakan dianggap sebagai pemikiran tingkat-tinggi karena kemampuan ini melibatkan analisis yang komprehensif. Kami tidak menganalisis kekuatan dan kelemahan klasifikasi Benjamin Bloom, tetapi hanya menunjukkan bahwa sejak sistem klasifikasi Bloom diusulkan, pendidik progresivisme telah menggunakan dalih menumbuhkan “pemikiran tingkat- tinggi” untuk melemahkan pengajaran pengetahuan di sekolah.

Siapa pun yang berakal sehat tahu bahwa memiliki pengetahuan dasar tertentu adalah fondasi setiap tugas intelektual. Tanpa cadangan pengetahuan yang cukup sebagai dasar, maka pemikiran tingkat-tinggi, pemikiran kritis, dan pemikiran kreatif hanya dapat berfungsi untuk menipu diri sendiri dan orang lain. Sistem klasifikasi Benjamin Bloom memberikan alasan yang tampaknya ilmiah untuk pendekatan yang tidak terduga dari pendidik progresivisme.

Salah satu bagian penting dari teori pengajaran yang berpusat pada siswa adalah bahwa siswa harus memilih apa yang dipelajarinya, sesuai dengan minatnya. Teori ini juga menyatakan bahwa guru harus mendidik siswa hanya pada apa yang siswa minati.

Gagasan ini tampaknya masuk akal, tetapi mungkin juga tidak. Agar siswa belajar dengan cara yang menyenangkan adalah apa yang diharapkan oleh setiap guru, tetapi anak-anak memiliki pengetahuan yang dangkal dan visi yang terbatas, dan tidak dapat menilai apa yang penting untuk dipelajari dan apa yang tidak.

Guru harus bertanggung jawab membimbing siswa sehingga siswa dapat melampaui minatnya yang dangkal dan memperluas visi dan pemahaman siswa. Hanya dengan menyediakan asupan untuk minat siswa yang dangkal hanya akan mengarah pada ketidakdewasaan yang menetap pada siswa. Dengan mendukung pengajaran yang berpusat pada siswa, pendidik menipu siswa dan orangtua, yang tidak bertanggung jawab kepada masyarakat.

Studi telah menemukan bahwa ada kecenderungan dalam masyarakat Amerika Serikat untuk menjadikan orang dewasa tetap sebagai remaja yang lebih lama daripada populasi lainnya.
Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional pada tahun 2002 mendefinisikan remaja sebagai periode dari 12 tahun hingga 30 tahun. Yayasan MacArthur melangkah lebih jauh dan mencoba untuk berargumen bahwa seseorang dianggap sebagai orang dewasa pada usia 34 tahun. [20] Sistem pendidikan dan media memikul tanggung jawab untuk masa remaja yang panjang ini yang didapati pada banyak orang dewasa.

Salah satu alasan pendidikan progresivisme dalam menurunkan persyaratan mengajar adalah bahwa seiring dengan mempopulerkan pendidikan, lebih banyak orang bersekolah di SMP dan pasca-SMP, dan dengan demikian tingkat pencapaian rata-rata tidak dapat setinggi di masa lalu. Ini adalah pemahaman yang salah.

Menyesuaikan pendidikan dengan masyarakat demokratis seharusnya memungkinkan orang yang tidak berkesempatan mengenyam pendidikan sebelumnya menjadi dapat mengenyam pendidikan — tidak menurunkan standar, atau meminta setiap orang menerima pendidikan yang lebih rendah dengan menurunkan kualitas.

Progressivisme mengklaim untuk mengganti kursus klasik yang tidak berguna seperti Yunani dan Latin dengan kursus yang lebih kontemporer, tetapi pada akhir kenyataannya, sebagian besar sekolah tidak memperkenalkan kursus berkualitas tinggi yang berguna untuk kehidupan modern, seperti kursus memperdalam matematika, ekonomi, dan sejarah modern.
Sebaliknya, pendidik progresivisme mempromosikan kelas-kelas seperti mengemudi, memasak, kecantikan, dan pencegahan kecelakaan, yang tidak ada hubungannya dengan akademisi. Reformasi kurikulum dan metode pengajaran yang dianjurkan oleh pendidik progresivisme menipu siswa yang belum memiliki informasi yang cukup, serta orangtua yang tunduk pada sekolah, guru, dan pakar.

Jika kita hanya melihat beberapa metode pengajaran yang diusulkan oleh pendidikan progresivisme, metode tersebut tidaklah sia-sia ketika diterapkan pada beberapa mata pelajaran dan bidang pembelajaran. Namun, ketika kita melihat gerakan pendidikan progresivisme dan latar belakang serta hasil spesifiknya, maka adalah jelas bahwa pendidikan progresivisme menempatkan dirinya sebagai oposisi terhadap pendidikan tradisional, dengan demikian mengubah pendidikan dan, pada akhirnya, menghancurkannya.

Tidak seperti Karl Marx, Engels, Lenin, Stalin, dan Mao Zedong, John Dewey tidak memiliki ambisi untuk menjadi revolusioner, maupun kesombongan untuk mencoba meluncurkan revolusi dunia. Jika kita menempatkan kehidupannya dalam perspektif, John Dewey adalah jelas seorang sarjana dan profesor — tetapi gerakan pendidikan yang diluncurkannya menjadi salah satu alat paling berguna bagi komunisme untuk merusak masyarakat manusia.