Jack Philips
Pesawat Ukraina dengan 180 penumpang dan awak pesawat, jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Imam Khomeini Teheran, Iran, pada Rabu (8/1/2020).
Televisi pemerintah melaporkan perkembangan tersebut. Tidak ada yang selamat. Kecelakaan Boeing 737 diyakini disebabkan oleh kegagalan teknis seperti dilaporkan oleh Reuters dan The Associated Press.
Sebuah tim investigasi dikerahkan ke lokasi kecelakaan di Teheran, seperti dilaporkan Associated Press.
Data penerbangan dari bandara menunjukkan pesawat Boeing 737 yang diterbangkan oleh Ukraine International Airlines lepas landas pada hari Rabu itu. Kemudian berhenti mengirimkan data segera setelah itu, menurut situs web FlightRadar24.
“Kami mengikuti laporan bahwa 737-800 Ukraina telah jatuh tak lama setelah lepas landas dari Teheran. # PS752 berangkat dari Teheran pada pukul 02: 42 UTC. Data ADS-B terakhir diterima pada 02: 44 UTC,” demikian laporan situs web FlightRadar24.
Sebuah video yang diposting oleh kantor berita Iran, ISNA yang didukung oleh pemerintah Iran menunjukkan adanya penampakan meredupnya pancaran dari kejauhan sebelum ledakan dapat terlihat. Rincian lebih lanjut tentang kejadian itu tidak dilaporkan.
Maskapai ini tidak segera menanggapi laporan ketika dikonfirmasi oleh kantor berita.
Insiden tersebut terjadi hanya beberapa jam setelah Iran menembakkan rudal-rudalnya kepada dua pangkalan militer di Irak.
Pangkalan tersebut menjadi basis pasukan AS. Serangan tersebut sebagai pembalasan atas pembunuhan Jenderal Iran Qassam Soleimani.
Departemen Pertahanan AS juga sudah mengatakan, sejumlah rudal diluncurkan dari Iran terhadap dua pangkalan udara yang menjadi basis tentara Amerika Serikat.
“Jelas bahwa rudal ini diluncurkan dari Iran dan menargetkan setidaknya dua pangkalan militer Irak yang menampung personel militer dan koalisi AS di Al Asad dan Irbil,” kata Jonathan Hoffman, asisten Menteri Pertahanan AS untuk Urusan Publik dalam sebuah pernyataan.
“Kami sedang mengerjakan penilaian kerusakan pertempuran awal,” tambahnya.
Pengawal Revolusi Iran dalam pernyataannya mengatakan, mereka bertanggung jawab atas serangan rudal tersebut.
“Tentara pemberani unit kedirgantaraan IRGC telah meluncurkan kesuksesan serangan dengan puluhan rudal balistik di pangkalan militer Al Assad atas nama martir Jenderal Qasem Soleimani. Kami memperingatkan semua negara sekutu AS bahwa jika serangan dilancarkan dari pangkalan di negara mereka di Iran, mereka akan menjadi target pembalasan militer,” katanya melalui media pemerintah Iran.
Setelah serangan itu, Administrasi Penerbangan Federal (FAA) mengeluarkan pembatasan darurat atas wilayah udara Teluk Persia.
FAA mengatakan pembatasan darurat “melarang operator penerbangan sipil AS untuk beroperasi di wilayah udara di atas Irak, Iran, dan perairan Teluk Persia dan Teluk Oman,” demikian pernyataan badan itu.
“FAA akan terus memantau dengan cermat kegiatan di Timur Tengah. Kami terus berkoordinasi dengan mitra keamanan nasional kami dan berbagi informasi dengan maskapai penerbangan AS dan otoritas penerbangan sipil asing,” demikian keterangan badan tersebut. (asr)