Melanjutkan Anti Komunis 2020 : Tema Demo Satu Juta Warga Hong Kong Pada Tahun Baru

Cheng Xiaorong

Pada hari pertama tahun 2020, lebih dari 1,03 juta orang Hong Kong berkumpul dan pawai. Mereka meminta pemerintah Hong Kong untuk menanggapi lima tuntutan utama.

 Melansir dari epochtimes.com, Victoria Park dan jalanan dipenuhi dengan lautan manusia, teriakan slogan-slogan terus terdengar.

 Kampanye Anti UU Ekstradisi telah berlangsung lebih dari setengah tahun, pawai akbar di Tahun Baru sekali lagi berdampak pada rezim Komunis Tiongkok dan membuka prolog gelombang anti-Komunis di tahun 2020.

Keberanian orang Hong Kong tidak surut, melangkah bersama menuju harapan

Kali ini, hampir sepertujuh warga Hong Kong melangkah keluar untuk menunjukkan keyakinan teguh yang mereka pertahankan.

Meninjau kembali selama enam bulan terakhir ini, Gerakan Anti Undang-undang Ekstradisi telah berkembang dari protes amandemen menjadi menentang kekerasan polisi, menentang Carrie Lam dan tirani. 

Para pemrotes bahu-membahu berjalan bersama, tidak saling putus satu sama lain, telah mencerai-beraikan adu domba Komunis Tiongkok. Mereka telah mengungkap berbagai kebohongan media pemerintah.

Selama setengah tahun ini, lebih dari 6.000 orang telah ditangkap. Banyak yang membayar dengan nyawa mereka, dan banyak anggota parlemen faksi demokratis dan perwakilan gerakan sosial yang ditindas, diancam atau bahkan dipukuli secara brutal.

 Namun demikian, semua ini tidak dapat menggoyahkan tekad rakyat Hong Kong. Dalam konfrontasi antara kebenaran dan kejahatan, kekuatan antara kedua belah pihak jauh dari seimbang, kegigihan dan keberanian rakyat Hong Kong telah menginspirasi dunia.

Warga yang berpartisipasi dalam reli Tahun Baru menyatakan kepada media bahwa mereka tidak akan gentar. 

Nona Huang mengatakan kepada The Epoch Time,s bahwa permohonan terbesarnya adalah: “Pembubarkan korps polisi sudah sangat mendesak. Oh Langit, Musnahkan Komunis Tiongkok!” 

Dia berkata “Karena Komunis Tiongkok memainkan intrik jahat, membuat orang Hong Kong hidup dalam kekhawatiran, tak hentinya menumpahkan darah, juga ada yang direkayasa bunuh diri.”; ”Hakikat Partai Komunis Tiongkok adalah kejam tak berperasaan, hegemoni dan sewenang-wenang, membalikkan hitam dan putih, benar dan salah, membalikkan awal dan akhir, sepenuhnya adalah parasit dari seluruh dunia.”

 Menurut laporan wartawan BBC berbahasa Tionghoa, Mr Tan (19 Tahun) mengatakan, “Ketika seluruh dunia merayakan Tahun Baru, orang-orang Hong Kong malah melangkah keluar untuk terus berjuang melawan rezim tirani. Saat ini, masih ada sejumlah besar warga yang turun ke jalanan, Hong Kong masih memiliki harapan.”

Komunis Tiongkok tak pecaya diri, polisi Hong Kong hentikan paksa pawai sebelum waktunya

 Pada pukul 5:30 sore 1 Januari 2020, pawai besar dihentikan secara paksa oleh polisi, diyakini bahwa pemerintah Hong Kong khawatir catatan rekor  2 juta orang turun ke jalan bakal terpecahkan.

Penyelenggara acara itu menyatakan, bahwa berdasarkan kerumunan massa pada pukul 6 petang, diperkirakan jumlah peserta telah melampaui 1,03 juta yang pernah dicapai pada 9 Juni lalu.

Badai Anti UU Ekstradisi belum pernah terjadi sejak Hong Kong dibuka sebagai kota pelabuhan, adalah salah satu protes terbesar dan paling serius serta berskala paling besar yang dihadapi oleh  Komunis Tiongkok sejak didirikan.

Dalam enam bulan terakhir, demonstrasi jutaan dan ratusan ribu orang telah menyebabkan Komunis Tiongkok panik. Kemenangan besar faksi Demokrat dalam pemilihan dewan distrik membuat Komunis Tiongkok semakin canggung.

 Oleh karena itu,  Komunis Tiongkok sangat peka terhadap angka-angka rekor dalam hal pawai. Sehingga pawai baru setengah jalan sudah ditangguhkan, tidak berani menanggung beban angka yang lebih besar dari 2 juta orang.

Komunis Tiongkok demi mempertahankan posisi penguasa dan citranya, selama ini selalu pandai memanipulasi angka. Dari pelaporan hasil panen “fantastis” pada saat “Lompatan Jauh ke Depan (1958)”, sampai angka pertumbuhan PDB yang tak pernah turun. Hingga penyusutan properti yang digelapkan oleh pejabat korup dan “1,4 miliar pelindung bendera”, Komunis Tiongkok tak henti-hentinya memalsukan sejarah, menampakkan sisi psikisnya yang lemah.

 Sejauh ini, Komunis Tiongkok telah mempraktikkan berbagai metode mencoba mengakhiri protes Anti UU Ekstradisi. Namun demikian, taktik kebiasaan Komunis Tiongkok tak berdaya dalam menghadapi para pengunjuk rasa Hong Kong. Malahan berkali-kali mengekspos keburukannya sendiri.

 Lebih jauh lagi, Komunis Tiongkok dihinggapi rasa khawatir dalam menghadapi gelombang kecaman internasional. Itu sebabnya Komunis Tiongkok yang babak lelur sedang dalam posisi takut turun dari pelana harimau yang terlanjur ia naiki, satu-satunya cara adalah memaksa Carrie Lam terus bertahan dan membuatnya terperosok bersama polisi Hong Kong.  

Anti-komunis bermunculan secara global, menginspirasi Taiwan dan Daratan Tiongkok

 Di Hong Kong, meskipun “satu negara, dua sistem” sudah mengalami kerusakan parah. Akan tetapi, peradilan independen dan sebagian hak yang masih tersisa menjadi saksi kebebasan yang berharga. Kebebasan terbatas ini melepaskan energi luar biasa, menonjolkan kegelapan tirai besi Komunis Tiongkok. 

Satu sebelum pawai akbar 1 Januari yakni pada 31 Desember, Dewan Legislatif Taiwan telah mengesahkan “Undang-undang Anti-Penetrasi”  yang menunjuk ke hidung Komunis Tiongkok.

 Segera setelah itu, presiden Taiwan Tsai Ing-wen menyatakan sekali lagi dalam pidatonya pada Tahun Baru bahwa Taiwan tidak akan takluk, tidak mungkin menerima “satu negara, dua sistem”.

 Di daratan Tiongkok, pihak berwenang secara intensif menangkapi para pembangkang pada akhir tahun, mengabaikan keluhan rakyat, terus menekankan “kepemimpinan partai”  dan berusaha mempercantik segala kebrutalan Komunis Tiongkok menjadi “karakteristik Tiongkok”.

Semua ini menunjukkan bahwa Komunis Tiongkok tidak terpikir untuk bertobat, padahal perjuangan di tiga tempat yakni Tiongkok, Hong Kong dan Taiwan bakal memasuki tahap baru.

 Bahkan jika situasi internasional tidak dapat diprediksi, perang melawan kejahatan komunis masih akan tetap menjadi tema zaman.

 Bagaimana Hong Kong bisa pulih indah seperti sedia kala? Tidak peduli seberapa tulus niat awal setiap individu, juga tidak mampu diselaraskan dengan karakter partai dan esensi dari Komunis Tiongkok.

 Selama Komunis Tiongkok masih memimpin maka rakyat tidak akan memiliki kehidupan yang baik, dan dunia juga akan dibayangi oleh kekerasan dan dusta. (Lin)


FOTO : Pada 1 Januari 2020, Front Hak Asasi Manusia Sipil Hong Kong (NDPF) menyelenggarakan “Pawai Akbar Tahun Baru”, para warga Hong Kong mengusung poster dengan tema “Komitmen Tak Terlupakan untuk Berjalan Bersama”. (Song Bilong/The Epoch Times)