Reuters : Mampukah Tiongkok Mencerna Produk AS yang Diimpor Sebanyak Itu ?

Reuters

Amerika Serikat dan Tiongkok pada hari Rabu (15/1/2020) menandatangani perjanjian perdagangan tahap pertama. Namun dunia luar umumnya meragukan tentang komitmen komunis Tiongkok memenuhi kesepakatan dalam perjanjian. 

Reuters mengungkapkan beberapa rincian tentang komitmen komunis Tiongkok untuk membeli produk Amerika Serikat sekitar USD. 200 miliar dalam 2 tahun. Reuters sekaligus juga memberitakan hasil analisis pakar yang meragukan kemampuan Tiongkok dalam mencerna produk impor Amerika  yang jumlahnya sangat besar itu.

Reuters mengutip ucapan sumber memberitakan bahwa pada tahap pertama perjanjian, Tiongkok berkomitmen untuk meningkatkan pembelian untuk produk industri Amerika Serikat sebesar hampir USD. 80 miliar. Sementara untuk komoditas energi sebesar lebih dari USD. 50 miliar selama 2 tahun ke depan, termasuk pembelian tambahan untuk layanan jasa Amerika Serikat sekitar USD. 35 miliar.

Selain itu, Tiongkok akan menambah pembelian produk pertanian Amerika Serikat sekitar USD. 32 miliar dalam 2 tahun ke depan. Dengan produk pertanian Amerika yang diimpor Tiongkok pada tahun 2017 sebesar USD. 24 miliar sebagai ukuran, jadi jumlah pembelian produk pertanian tahunan kira-kira mencapai angka yang pernah diminta Trump di waktu lalu, yakni USD. 40 miliar.

Pejabat negosiasi AS sebelumnya telah berulang kali menekankan bahwa komunis Tiongkok telah berjanji untuk menambah pembelian produk dan jasa AS sebesar USD. 200 miliar dalam waktu 2 tahun. 

Di sisi lain, Reuters mengutip ucapan para ahli memberitakan bahwa mereka terkejut dengan keberanian Beijing mengeluarkan “cek” sebesar itu. Reuters berpendapat bahwa akan sulit bagi Tiongkok untuk mencerna barang impor dalam jumlah sangat besar tanpa mempengaruhi industri manufaktur dalam negeri mereka dan menjaga hubungan dengan pemasok di negara ketiga.

Mengambil produk energi sebagai contoh, jika Tiongkok ingin memenuhi persyaratan dalam perjanjian dengan Amerika Serikat, maka Tiongkok perlu membeli minyak mentah Amerika  dalam skala besar, gas alam cair, etana, gas elpiji dan lainnya. Namun pembelian mereka melampaui kebutuhan pasar. Itu selain pihak Tiongkok mengubah atau membatalkan perjanjian pembelian energi yang sudah disepakati bersama negara lain.

Seng Yick Tee, analis dari perusahaan SIA Energy mengatakan bahwa untuk mencapai target pembelian tahunan USD. 25 miliar sesuai tuntutan perjanjian dengan Amerika Serikat, semua produk energi Amerika  yang diimpor Tiongkok perlu mencapai tiga kali lipat dari jumlah saat ini. 

Selain itu, sebagian besar kilang minyak Tiongkok yang ada saat ini telah dirancang untuk menangani minyak mentah berkadar sulfur menengah, sedangkan minyak mentah yang diproduksi Amerika Serikat adalah berkadar sulfur rendah, yang akan mempersulit penanganannya.

Impor produk pertanian juga hampir merupakan tugas yang mustahil. Menurut Iris Pang, seorang ekonom di lembaga keuangan ING, jika jumlah USD. 32 miliar adalah total pembelian produk, bukan kenaikan, itu masuk akal. 

Tetapi sekarang ini, Tiongkok diminta dalam 2 tahun membeli sekitar USD. 80 miliar. Selain itu, pembelian sejumlah besar produk pertanian itu dilaksanakan oleh satu produsen juga mungkin dapat mengganggu rantai pasokan dan merusak harga produk pertanian di pasar internasional.

Selain itu, untuk mencapai kuota pembelian, juga sulit untuk memilih hasil tanaman mana yang akan dibeli. Setelah wabah flu babi Afrika melanda daratan Tiongkok, Tiongkok tidak lagi membutuhkan banyak kedelai untuk dijadikan pakan babi, dan pemerintah Tiongkok sendiri juga telah menetapkan batas impor sereal untuk melindungi petani dalam negeri.

Dalam perjanjian perdagangan itu, pihak Tiongkok berjanji untuk membeli lebih banyak komoditas Amerika Serikat dalam waktu 2 tahun dengan imbalan penangguhan tarif impor Amerika Serikat. 

Menurut analisis eksternal, kemunduran ekonomi Tiongkok telah membuat Tiongkok tidak mampu lagi membayar tarif yang terus meningkat. Beijing mungkin hanya mengeluarkan “cek kosong” dalam upayanya untuk menurunkan ketegangan perang dagang, tetapi tidak memiliki niat untuk benar-benar memenuhi janjinya. 

Menjelang penandatanganan perjanjian, beberapa tingkah laku para pejabat komunis Tiongkok telah membuat orang ragu apakah Beijing benar-benar berencana untuk menambah pembelian produk pertanian Amerika.

Wakil Menteri Pertanian Tiongkok Han Jun baru-baru ini menyatakan bahwa pemerintah tidak akan menyesuaikan kuota impor tahunan untuk makanan pokok terutama gandum, jagung dan beras hanya karena kepentingan suatu negara.

Reuters juga mengungkapkan bahwa komunis Tiongkok baru-baru ini telah menghentikan perencanaan nasional memasok bensin campuran yang dicampur dengan etanol 10%, untuk tahun 2020. 

Etanol adalah produk pertanian dan sebagian besar diekstraksi dari biji-bijian. Sebelumnya, komunis Tiongkok berencana untuk membeli 10 juta ton etanol Amerika Serikat setiap tahun, yang digunakan untuk menghasilkan bensin campuran, tetapi ditunda karena perang dagang. (Sin)

FOTO : Truk mengangkut konteiner di pelabuhan di Qingdao di Provinsi Shandong Tiongkok timur pada 1 Juli 2015. (Tiongkoktopix via AP)