Eva Fu – The Epochtimes
Pejabat kesehatan Tiongkok telah mengidentifikasi aerosol atau udara sebagai salah satu rute transmisi novel coronavirus yang sudah menginfeksi dan menimbulkan kekhawatiran di seluruh dunia.
Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers di Shanghai pada hari Sabtu 8 Februari 2020 yang dikutip oleh The Epochtimes.
Penularan lewat udara terjadi ketika seseorang menghirup tetesan sangat kecil di udara yang mengandung virus.
SARS, campak, dan flu burung H5N1 mampu menyebar melalui udara yang dapat bertahan di udara pada jangka waktu lama.
Dua rute penularan utama untuk virus ini termasuk kontak secara langsung — menghirup tetesan lebih besar dari orang yang terinfeksi karena bersin dan batuk dalam jarak dekat — dan transmisi kontak, yang berarti seseorang dapat terinfeksi dengan menyentuh benda terkontaminasi dengan tetesan yang membawa virus, kemudian menyentuh selaput mulut, hidung, atau matanya tanpa mencuci tangan. Tergantung pada lingkungannya, data ilmiah saat ini menunjukkan, bahwa coronavirus dapat bertahan di permukaan selama beberapa jam hingga lima hari.
Penelitian itu diungkapkan oleh Jiang Rongmeng, seorang ahli dari badan pengawas kesehatan Tiongkok, Komisi Kesehatan Nasional dalam konferensi pers baru-baru ini .
Temuan itu disampaikan setelah pihak berwenang di Provinsi Guangdong, Tiongkok, menemukan asam nukleat dari virus baru pada gagang pintu rumah seorang pasien kurang dari seminggu sebelumnya.
Sejumlah kota di Tiongkok, termasuk pusat wabah Wuhan di Provinsi Hubei, Xi’an di Shaanxi, Nanyang, Xuchang, dan Kaifeng di Henan, Xingtai di Hebei, Jiujiang di Guangdong, telah mengerahkan truk meriam dan truk pembersih jalan untuk menyemprotkan desinfektan di jalan-jalan sebagai upaya untuk menghilangkan virus dari ruang publik.
Shenzhen dan Kunming adalah di antara kota yang mengerahkan dua pesawat tak berawak untuk operasi desinfektan.
Zeng Qun, wakil direktur Biro Urusan Sipil Shanghai, meminta kepada masyarakat untuk membatalkan semua pertemuan sosial, membuka jendela untuk menjaga sirkulasi udara di dalam ruangan, dan mendisinfeksi rumah mereka.
Zeng menyebutkan gagang pintu, kursi, dan tempat dudukan toilet sebagai area utama yang rentan terhadap kontaminasi. Karena itu disarankan menggunakan larutan etanol atau klorin sebagai upaya pembersihan dari terkontaminasi.
Berdasarkan jajak pendapat baru-baru ini di platform perpesanan WeChat dengan 75.000 partisipasi netizen Tiongkok, sekitar 62 persen dari mereka mengindikasikan tidak menggunakan lift selama lebih dari seminggu. Mereka khawatir tertular virus melalui tombol pintu lift.
Bagi mereka yang masih naik lift, banyak yang memilih untuk menggunakan pena, tusuk gigi, atau serbet, atau memakai sarung tangan untuk menghindari kontak secara langsung.
Pejabat setempat juga memperingatkan anggota keluarga mereka yang terinfeksi untuk menggunakan masker. Selain itu, menjaga jarak setidaknya satu meter serta membersihkan tangan mereka segera setelah menyentuh apa pun yang terpapar oleh pasien.
Dalam konferensi pers di hari yang sama, Komisi Kesehatan Tiongkok mengumumkan bahwa virus tersebut akan memiliki nama sementara yang disebut novel coronavirus pneumonia atau NCP.
Hingga kini masih belum pasti apakah virus tersebut dapat menyebar melalui kontaminasi tinja. Kekhawatiran tersebut muncul setelah tinja dari pasien terinfeksi coronavirus di AS yang dites positif terkena virus.
Feng Luzhao, seorang peneliti penyakit menular dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, mengatakan pada konferensi bahwa mereka sudah mengidentifikasi kasus serupa di beberapa daerah, yang menimbulkan pertanyaan apakah patogen dapat menyebar melalui makanan dan air yang tercemar.
Menurut Komisi Kesehatan Tiongkok, gejala-gejala tertular termasuk demam, kelelahan, batuk kering, dan kesulitan bernapas, yang dapat menyebabkan pneumonia, gagal ginjal, dan kematian. Namun demikian, beberapa pasien telah melaporkan gejala atipikal seperti diare, sakit kepala, jantung berdebar, nyeri dada, radang mata, dan nyeri otot. (asr)
Video Rekomendasi :