4- Dukungan Partai Komunis Tiongkok terhadap Terorisme
Partai Komunis Tiongkok telah lama mendukung kegiatan teroris di luar negeri, termasuk yang dilakukan oleh pemimpin teroris Palestina Yasser Arafat. Membantu merintis taktik pembajakan maskapai penerbangan komersial, Yasser Arafat menargetkan pasukan Amerika Serikat dan menjadi inspirasi bagi Osama bin Laden.
a-Dukungan Partai Komunis Tiongkok terhadap Aktivitas Yasser Arafat
Yasser Arafat memulai Gerakan Pembebasan Nasional Palestina (FATAH) pada tahun 1959 dan mendirikan negara Palestina pada November 1988. Sampai kematiannya pada tahun 2004, ia adalah tokoh terkemuka dari berbagai organisasi militan Palestina.
Yasser Arafat kemungkinan adalah favorit Partai Komunis Tiongkok di Timur Tengah. Yasser Arafat mengunjungi Tiongkok 14 kali dan bertemu hampir setiap pemimpin komunis Tiongkok, termasuk Mao Zedong, Zhou Enlai, Deng Xiaoping, dan Jiang Zemin.
Pada tahun 1964, Yasser Arafat mendirikan al-‘Asifah (“Badai”), sayap militer FATAH, setelah itu ia segera pergi ke Beijing untuk bertemu dengan perdana menteri Tiongkok Zhou Enlai. Zhou Enlai mengingatkannya untuk memperhatikan strateginya dan tidak menggunakan slogan kontraproduktif seperti yang menyerukan penghancuran total Israel. [51]
Selain menyediakan senjata dan bantuan keuangan, Beijing sering memandu Palestina mengenai cara melancarkan konflik dengan Amerika Serikat dan Israel sambil memperluas pengaruhnya di kancah internasional. Partai Komunis Tiongkok juga mengundang warga Palestina untuk menerima pelatihan di Tiongkok.
Pada Januari 1965, Yasser Arafat menyatakan perang terhadap Israel di utara Palestina menggunakan organisasi gerilya. Pada bulan Mei 1965, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mendirikan kantor di Beijing. Dalam langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya, Tiongkok memberikan perawatan diplomatik kantor Organisasi Pembebasan Palestina dan secara terbuka mendukung Organisasi Pembebasan Palestina dalam berbagai acara internasional.
Pada November 1988, sesi ke-19 Dewan Nasional Palestina mengumumkan kemerdekaan negara Palestina. Beijing segera mengakuinya dan menjalin hubungan diplomatik pada tanggal 20 November.
Yasser Arafat dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis Tiongkok saat itu, Jiang Zemin saling mengunjungi pada tahun 2000 dan 2001, saat konflik berdarah meletus dalam skala besar antara Palestina dengan Israel. Israel berulang kali mengutuk Yasser Arafat karena perannya dalam kekerasan. Dengan dukungan Partai Komunis Tiongkok, Yasser Arafat dapat bersaing dengan Amerika Serikat dan Israel sementara lebih lanjut merusak stabilitas Timur Tengah.
Organisasi Pembebasan Palestina dan FATAH terlibat dalam berbagai kegiatan teroris militan terbuka dan bawah tanah. Mereka mengklaim bahwa revolusi dengan kekerasan adalah satu-satunya cara untuk membebaskan negara tersebut, sebuah ideologi yang mengikuti doktrin gerakan komunis yang sama. Yasser Arafat sangat akrab dengan negara komunis lainnya. Ia adalah anggota Sosialis Internasional, dan FATAH adalah pengamat di Partai Sosialis Eropa (PES). [52]
Amerika Serikat dan Israel telah menandai Yasser Arafat sebagai orang di balik sejumlah serangan teroris di Timur Tengah. Gedung Putih mengidentifikasi FATAH dan PLO sebagai organisasi teroris dan menutup Kantor Informasi Palestina pada tahun 1987. [53]
Pada tahun 1970, FATAH merencanakan dan melaksanakan pembunuhan Raja Hussein bin Talal yang gagal. [54] Pada bulan September tahun itu, FATAH membajak tiga pesawat komersial dari Inggris, Jerman, dan Swiss di depan kamera televisi. Para teroris mengklaim bahwa pembajakan sebuah pesawat memiliki efek yang lebih besar daripada membunuh seratus orang Israel dalam pertempuran. [55]
Pada tahun 1972, kelompok teroris Black September, sebuah faksi militan FATAH, melakukan pembantaian teroris terhadap atlet-atlet Israel di Olimpiade di Munich. Orang yang merencanakan dan melaksanakan pembantaian ini adalah Ali Hassan Salameh, kepala keamanan Arafat dan direktur intelijen FATAH. Selain 11 orang Israel yang tewas dalam serangan itu, seorang polisi Jerman Barat juga tewas. [56] Yasser Arafat adalah salah satu militan pertama yang menargetkan warga sipil tak berdosa dalam operasinya.
b. Hubungan Partai Komunis Tiongkok dengan Al-Qaeda
Partai Komunis Tiongkok memiliki interaksi yang luas dengan al-Qaeda, dimulai dengan kolaborasi klandestinnya dengan Taliban, yang memberikan perlindungan bagi Osama bin Laden.
Pada tahun 1980, selain mengirim sekitar 300 penasihat militer ke mujahidin di Afghanistan, Partai Komunis Tiongkok juga mendirikan kamp pelatihan militer di Kashgar dan Hotan di Xinjiang untuk mengajar keterampilan seperti penggunaan senjata, strategi militer, propaganda, dan spionase kepada mereka.
Xinjiang menjadi basis untuk melatih para mujahidin Afghanistan untuk melawan Uni Soviet. Pada saat Uni Soviet menarik diri dari Afghanistan, militer Tiongkok telah melatih setidaknya beberapa ribu pelaku jihad. Militer Tiongkok memberi senapan mesin, peluncur roket, dan rudal permukaan-ke-udara kepada para pelaku jihad, yang semuanya bernilai dua hingga empat miliar dolar Amerika Serikat. [57]
Partai Komunis Tiongkok mempertahankan hubungan dekat dengan Taliban dan al-Qaeda setelah Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan, serta pada periode ketika Taliban memberikan perlindungan bagi Osama bin Laden. Meskipun al-Qaeda melakukan serangan teroris di Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Angkatan Laut Amerika Serikat, dan Taliban menolak untuk menyerahkan Osama bin Laden ke PBB, Partai Komunis Tiongkok selalu menentang sanksi Amerika Serikat terhadap Taliban. Pada tahun 1998, Amerika Serikat menyerang pangkalan al-Qaeda dengan rudal jelajah. Rezim Tiongkok membayar al-Qaeda USD 10 juta untuk membeli rudal Amerika Serikat yang tidak meledak untuk meningkatkan teknologi Tiongkok. [58]
Pada saat yang sama, Partai Komunis Tiongkok terus menyediakan teknologi militer yang sensitif kepada negara sponsor terorisme. [59] Pada akhir tahun 2000, Dewan Keamanan Amerika Serikat mengusulkan sanksi terhadap Taliban untuk memaksanya menutup kamp pelatihan teroris Osama bin Laden yang terletak di wilayahnya, tetapi Tiongkok abstain dalam pemungutan suara. Setelah itu, Partai Komunis Tiongkok melanjutkan negosiasi rahasia dengan Taliban dan mencapai kesepakatan untuk meminta Huawei Technologies membantu Taliban membangun sistem komunikasi militer yang luas di seluruh Afghanistan. [60] Pada hari serangan 11 September, pejabat Tiongkok dan Taliban menandatangani kontrak untuk memperluas kerja sama ekonomi dan ilmiah. [61]
Yang lebih mengejutkan lagi, setelah serangan 11 September, dua perwira militer Tiongkok dipuji sebagai pahlawan nasional atas kepenulisan mereka atas sebuah buku berjudul Unrestricted Warfare, yang diterbitkan pada tahun 1999. Dalam buku itu, mereka menyarankan jika World Trade Center di New York diserang, itu akan membuka dilema yang rumit bagi Amerika Serikat. Para penulis juga menyebut al-Qaeda sebagai organisasi dengan kemampuan untuk melakukan operasi semacam itu. [62] Cukuplah untuk mengatakan, konsep “perang tak terbatas” rezim Komunos Tiongkok memberikan pedoman teoretis untuk operasi masa depan Osama bin Laden.
Ketika Dewan Keamanan Amerika Serikat memberlakukan sanksi terhadap rezim Taliban setelah serangan 11 September, Tiongkok tidak hanya abstain dalam pemungutan suara, tetapi juga mengirim personil militer untuk mendukung Taliban segera setelah militer Amerika Serikat memulai serangan udara di Afghanistan. Setelah serangan 11 September badan intelijen Amerika Serikat mengetahui bahwa ZTE dan Huawei, dua perusahaan teknologi yang terkait militer Tiongkok, membantu militer Taliban membangun jaringan telepon di Kabul, ibu kota Afghanistan. [63]
Pada tahun 2004, terungkap bahwa agen intelijen Komunis Tiongkok menggunakan perusahaan tempurung untuk membantu Osama bin Laden mengumpulkan dana dan mencuci uang di pasar keuangan di seluruh dunia.[64]
Dengan runtuhnya Tembok Berlin, kubu komunis menghadapi kehancuran total. Setelah mewarisi tampilan ideologis Uni Soviet, Partai Komunis Tiongkok dibiarkan sendirian menghadapi tekanan luar biasa dari dunia bebas. Seperti yang terjadi, peristiwa 11 September terjadi tepat saat Amerika Serikat dan dunia bebas mulai memusatkan perhatiannya untuk mengutuk tirani komunis. Prioritas berubah secara dramatis, dan dunia bebas harus menunda rencananya untuk memerangi komunisme ketika Perang Melawan Teror dimulai. Hal ini memberi penangguhan hukuman terhadap Partai Komunis Tiongkok dan memungkinkan komunisme berkembang sekali lagi.
Sementara dunia Barat mengobarkan perang di Timur Tengah, transfer kekayaan skala-besar diam-diam terjadi antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. Komunisme mampu membangun kekuatan super lainnya.
Kekacauan yang disebabkan oleh terorisme telah menyebabkan dunia bebas mengalihkan perhatiannya dari ancaman komunis, menunda konflik utama antara kebaikan dengan kejahatan seperti yang terjadi di dunia kita ini.