oleh Tian Yun
Sejak 18 hinggga 24 Agustus 2020, Media massa corong Partai Komunis TIongkok, surat kabar People’s Daily menerbitkan serial 5 artikel editorial, dengan gaya bahasa penuh dusta, memuji-muji diri sendiri, cap simbol “Tiongkok”, “rakyat Tiongkok”, “kebudayaan tradisional” pun semua jurusnya dikeluarkan, berusaha membuat dunia percaya bahwa Partai Komunis Tiongkok cinta damai, tidak mengancam. Tindakan media massa ini justru mengungkap ketakutan Komunis Tiongkok yang sangat mendalam terhadap kepungan internal.
Artikel itu menyebutkan, “Namun lingkungan internasional menjadi semakin rumit, unsur tidak stabil dan tidak pasti menjadi semakin kuat, proteksionisme, unilateralisme, dan populisme semakin sengit, pemikiran hegemoni dan aksi penindasan semakin marak”, “apa yang terjadi pada dunia? Bagaimana dengan umat manusia?”
Yang dimaksud dengan “proteksionisme”, “unilateralisme”, dan “penindasan”, adalah alasan Komunis Tiongkok untuk menuding balik Amerika yang melakukan tindakan penanggulangan mengepung Huawei dan lain-lain.
Pada dasarnya, Komunis Tiongkok tidak pernah mau mengakui tindakan ilegalnya selama ini seperti memata-matai dan mencuri kekayaan intelektual dan secara membabi buta menuntut negara lain untuk membuka gerbangnya. Ketika AS dan negara lain menyadari kepentingannya telah dirugikan, dan memutuskan untuk menutup kebocoran tersebut, Komunis Tiongkok justru bermain maling teriak maling dan berbalik menuding, mengecam pihak lain yang memainkan “hegemoni”.
Komunis Tiongkok mengeluhkan, “apa yang terjadi pada dunia”, adalah dikarenakan semakin lama semakin banyak negara di dunia yang telah mengenali sifat asli dan ancaman dari Komunis Tiongkok, masyarakat internasional serentak memperlihatkan trend sikap memusuhi komunis. Komunis Tiongkok bukan mengkhawatirkan umat manusia, melainkan bertanya pada diri sendiri: “bagaimana ini?”
Benarkah Komunis Tiongkok Hendak Melindungi Perdamaian Dunia?
Editorial media partai itu kembali mengacaukan istilah antara Tiongkok dengan partai Komunis Tiongkok, menyembunyikan ambisi Komunis tiongkok di balik “cita-cita nasional”. Penulisnya menyebutkan, “Di dunia ada yang mengkhawatirkan Tiongkok akan menempuh jalan ‘negara menjadi kuat pasti menghegemoni’, ada yang mengemukakan ‘teori ancaman Tiongkok’.”
Faktanya, dalam hampir dua tahun terakhir, Wapres dan Menlu AS dalam beberapa kali pidato secara jelas membedakan antara Tiongkok dengan Partai Komunis Tiongkok langsung menunjuk “ancaman Partai Komunis Tiongkok” dan bukan mengatakan “ancaman Tiongkok”. Komunis Tiongkok pura-pura tidak tahu, pembedaan benar dan salah oleh pihak AS didistorsikan menjadi psikologis yang sempit, yang mana menghambat kemajuan Tiongkok.
Media partai berkomentar, “Secara aktif mengembangkan diri sendiri di tengah lingkungan internasional yang damai, dan dengan pertumbuhannya melindungi perdamaian dunia dengan lebih baik, serta mendorong pertumbuhan bersama, adalah cita-cita nasional yang selalu dipegang teguh oleh Tiongkok.”
Apakah Komunis Tiongkok benar melakukan demikian? Selama bertahun-tahun, dalam bidang ekonomi Komunis Tiongkok terus mendukung Korea Utara dan rezim diktator Iran, sebagai kartu tawar- menawar untuk memperluas pengaruh politiknya, di saat yang sama membantu mereka melawan Amerika, serta memperkuat aliansi negara jahat. Sejumlah peristiwa teror dan anarkis di banyak tempat, di baliknya terdapat bayang-bayang komunis Tiongkok.
Pada akhir abad lalu, dua orang perwira Partai Komunis Tiongkok menerbitkan buku Unrestricted Warfare, yang secara terbuka mengemukakan strategi perang terhadap AS dengan menerobos seluruh aturan dan batasan, yang sempat memicu kehebohan.
Pada 2016, buku itu kembali diterbitkan ulang, penulis menyatakan, perang internet, perang sumber daya, perang media, perang finansial, perang budaya dan berbagai bidang lainnya akan menjadi ajang perang panas terbuka yang sengit di masa mendatang.
Fakta menunjukkan, Komunis Tiongkok telah mengobarkan “perang tanpa batas” pada banyak bidang terhadap kubu negara bebas. Seperti, beberapa tahun terakhir media massa dan lembaga intelijen, telah berkali-kali mengungkap dan mengutuk serangan para peretas Komunis Tiongkok, Departemen Pemerintahan di AS, Australia dan banyak negara Eropa lain berikut perusahaan swasta, perusahaan militer, rumah sakit, dan lain sebagainya telah dibajak datanya.
Sejak 1 Juli, tanpa memedulikan pihak lain, Komunis Tiongkok memberlakukan “UU Keamanan Nasional” di Hong Kong, pada pasal ke-38 UU tersebut diklaim akan menyatukan seluruh dunia. Teror putih pun menyelimuti Hong Kong, dan menghebohkan seluruh dunia.
Pada 21 Juli, Kementerian Kehakiman AS menggugat anggota Dinas Keamanan Nasional Guangdong yakni Li Xiaoyu dan Dong Jiazhi, keduanya dituduh telah mencuri data teknologi tinggi dalam jumlah besar perusahaan hi-tech, serta berusaha mencuri rahasiavaksin virus Komunis Tiongkok.
Menurut penjelasan di surat gugatan, Li dan Dong telah menyerang instalasi komputer di berbagai negara selama lebih dari sepuluh tahun, keduanya berspesialisasi mencuri informasi rahasia seperti rahasia dagang, rancangan senjata, sistem militer, yang mengakibatkan kerugian “ratusan juta dollar AS”.
Pada 31 Juli lalu, sistem navigasi satelit global milik Komunis Tiongkok yakni Beidou III resmi dibuka, sebuah artikel mengungkap fungsi strategis dari sistem tersebut. Artikel mengkritik atribut militer pada sistem GPS Amerika, mengatakan bahwa GPS telah memberikan sumbangsih dalam perang manusia “serangan yang akurat ibarat dokter bedah”, “pemusnahan secara akurat”, “aksi pemenggalan kepala”, dan lain-lain. Bahkan juga disebutkan “begitu berperang, hanya dengan memutus layanan GPS yang telah lama diandalkan musuh, maka dengan sendirinya perang akan memasuki fase informasi yang tidak seimbang”.
Penulis menyebutkan, “Dibangunnya sistem Beidou ini, menandakan Komunis tiongkok tidak hanya mampu melakukan yang selama ini dilakukan GPS, juga dapat sepenuhnya tidak terkendala oleh orang lain, makna pentingnya terhadap keamanan pertahanan negara tidak bisa diutarakan.”
Perkataan ini justru telah merefleksikan Komunis Tiongkok akan dapat menggunakan sistem Beidou melakukan “pemusnahan secara akurat” dan “aksi penggal kepala”, dalam hal ini makna ancamannya tak terbayangkan.
Selain itu, Komunis Tiongkok membeli media massa di luar negeri, memanfaatkan organisasi pelajar membentuk front persatuan, mengumpulkan intelijen, staf diplomatik memfitnah AS sebagai sumber virus. Semua perilaku tersebut merupakan metode “perang tanpa batas” dalam wujud yang berbeda, tujuannya adalah menyebarkan ideologi komunis, menekan opini Barat, kebebasan media massa dan akademis, serta merusak stabilitas masyarakat bebas.
Berbagai cara jahat di atas dapat mengancam keamanan informasi dan keamanan nasional negara lain, apakah ini bukan ancaman terhadap perdamaian?
Benarkah Komunis Tiongkok Akan Menyejahterakan Rakyat?
Editorial media partai itu mengulang kembali dusta Partai Komunis Tiongkok, yang mengatakan “segala sesuatu adalah demi rakyat”, “demi mensejahterakan rakyat”, mengatakan “tujuan pertumbuhan Tiongkok adalah meraih kehormatan dan keamanan, memberikan hari-hari yang sejahtera bagi rakyat yang telah menderita”.
Faktanya, hasil dari 71 tahun kekuasaan Partai Komunis Tiongkok, selain kaum elit politik telah kaya mendadak, satu miliar lebih rakyat Tiongkok lainnya sama sekali tidak mendapatkan martabat dan rasa aman. Mulai dari gerakan Reformasi Agraria, Gerakan Anti-Kanan, Pembersihan Besar-Besaran, Kampanye Menindas Kontra-Revolusioner sampai Bencana Kelaparan Besar, mulai dari Revolusi Kebudayaan, Pembantaian Tiananmen 4 Juni 1989 sampai penganiayaan terhadap Falun Gong, terhadap umat Kristen, kaum oposisi dan pengacara HAM, tirani itu telah menewaskan lebih dari 80 juta rakyat Tiongkok, serta merampas hak asasi milik 1,4 Milyar rakyat Tiongkok seperti hak berpendapat, memeluk agama/kepercayaan, mempublikasi, menyelenggarakan pemilu, dan lain sebagainya.
Komentator surat kabar People’s Daily menyebutkan, “Di tengah pertumbuhan ekonomi yang pesat di Tiongkok telah menjaga stabilitas masyarakat dalam jangka waktu panjang, keajaiban ini hanya bisa diciptakan oleh Partai Komunis Tiongkok bagi rakyat Tiongkok…….”
Fakta yang disembunyikan oleh media massa partai adalah: Partai Komunis Tiongkok membabi buta berekspansi di seluruh negeri, merusak lingkungan dan ekosistem, menghamburkan semua sumber daya alam yang masih dibutuhkan oleh anak cucu generasi berikutnya, dengan cara memeras pekerja menciptakan “pertumbuhan ekonomi cepat”. Komunis Tiongkok menyegel internet, menghabiskan anggaran militer raksasa untuk “stabilisasi”, memperlakukan rakyat dengan tangan besi.
Yang dimaksud “stabilitas masyarakat dalam jangka waktu Panjang” adalah penindasan dan teror yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata maupun secara tertulis.
Editorial itu mengklaim, jalan sosialisme berkarakter Republik Rakyat Tiongkok di bawah kekuasaan Partai Komunis Tiongkok “sejak dulu telah mendapat dukungan yang luas dan kuat dari seluruh rakyat Tiongkok”, tapi Komunis Tiongkok tidak mengizinkan rakyat berbicara bebas di internet, tidak mengijinkan rakyat bebas menerima wawancara media massa, pemerintah tidak pernah berani memberikan suara pemilu bagi rakyat, tidak berani menyerahkan hasil survei aspirasi rakyat yang sebenarnya. Siapa yang bisa percaya pada “dukungan” seperti ini?
Komunis Tiongkok sendiri tahu, jika tidak menjeratkan dirinya pada rakyat Tiongkok dengan partainya, maka Komunis Tiongkok tidak ada kekuatan bernegosiasi. Maka, walaupun Komunis Tiongkok sangat memahami, bahwa rakyat tahu Komunis Tiongkok berbohong, Komunis Tiongkok tetap harus menyuntikkan “darah ayam” kebohongan, untuk menciptakan rasa percaya diri semu.
Ketakutan Terbesar Partai Komunis Tiongkok
Pada 23 Juli lalu, Menlu AS Pompeo ketika berpidato di California mengatakan, “Jika dunia bebas tidak mengubah komunis Tiongkok, maka dipastikan komunis Tiongkok yang akan mengubah kita suatu hari nanti.”
“Mengubah Partai Komunis Tiongkok”, itu berarti membantu rakyat Tiongkok meruntuhkan Partai Komunis tiongkok, serta menyingkirkan pemerintah tirani. Seruan Amerika ini telah mendatangkan ketakutan yang paling besar bagi Komunis Tiongkok.
Sepertinya Partai Komunis Tiongkok terlihat besar, sulit digoyahkan, sebenarnya di dalam kapal merah itu sendiri sudah tercerai berai, sama sekali tidak ada orang percaya komunisme. Semua anggota partai sebanyak 90 juta orang sudah tidak memiliki kesetiaan terhadap partainya. Banyak yang telah mengundurkan diri dari partai, di dalam hatinya telah memisahkan diri dari partai. Banyak juga yang telah mempersiapkan diri untuk melarikan diri, tidak mau dikubur bersama partai komunis. Selebihnya yang masih berhati nurani sedang mempersiapkan transformasi ke arah demokrasi, bersedia bekerjasama dengan sejumlah tokoh di luar partai dan kekuatan demokrasi Barat.
Hari ini, Partai Komunis Tiongkok mengalami mimpi buruk berturut-turut. Krisis Komunis Tiongkok ini, bukanlah krisis Tiongkok, bukan pula krisis dunia, justru merupakan peluang dan titik balik manusia menumpas iblis jahat komunis.
Saat ini, pemerintah berbagai negara dan masyarakat berada di persimpangan jalan untuk memilih: mengikuti Komunis Tiongkok, atau mendukung kebenaran. (Sud)
Keterangan gambar : Dari 18 hingga 24 Agustus, People’s Daily, corong Partai Komunis Tiongkok, menerbitkan 5 komentar, memproklamirkan diri, dan kebohongan. Tindakan ini mengungkap ketakutan mendalam Komununis Tiongkok berada di bawah pengepungan internasional. (Feng Li / Getty Images)