Telemetri Satelit: Bendungan Tiga Ngarai Menjorok ke Bawah, 1,8 Juta Hektar DAS di Sungai Yangtze Tergenang Air

Li Yun /Li Quan

Hujan badai terus berlanjut di sejumlah besar wilayah Tiongkok dalam tiga bulan terakhir. Baru-baru ini daerah aliran sungai di Sungai Yangtze diterjang banjir, sehingga Bendungan Tiga Ngarai pun menarik banyak perhatian. Citra satelit dari National Central University yang meneliti Bendungan Tiga Ngarai, menemukan bahwa Bendungan Tiga Ngarai terlihat menjorok ke bawah, dan lebih dari 1,8 juta hektar lahan di daerah aliran sungai Sungai Yangtze terendam banjir sejak Juli lalu.

Menurut laporan Central News Agency – CNA Taiwan edisi 9 September 2020, Pusat Penelitian Luar Angkasa dan Telemetri /Penginderaan jauh Universitas Nasional Pusat di Taiwan menggunakan satelit penginderaan jarak jauh mengamati banjir di daerah aliran sungai Sungai Yangtze, Tiongkok pada Juli lalu dan deformasi/perubahan bentuk dari Bendungan Tiga Ngarai.

Siaran pers Universitas Pusat menyebutkan, bahwa hujan lebat yang tiada henti di Tiongkok selatan sejak akhir Mei telah menyebabkan banjir parah di daerah aliran sungai sungai Yangtze dan sungai Huai.

Pada Juli 2020, sekitar 18.000 kilometer persegi (1,8 juta hektar) lahan di daerah aliran sungai tersebut tergenang air, di antaranya lahan seluas sepuluh ribu kilometer persegi adalah tanah pertanian, dan kota kabupaten dan desa. Area yang tergenang banjir lebih dari 2.000 kilometer persegi, menunjukkan bahwa situasi banjir sangat parah.

Studi tersebut juga menemukan bahwa tidak jauh di hulu Bendungan Tiga Ngarai, bagian atas dari bagian tengah bendungan batu-tanah pelindung anak sungai di tepi kanan waduk tampak sedikit menjorok ke bawah, kira-kira sepanjang arah pengamatan satelit, menjorok ke bawah sekitar 5 mm per tahun. Namun, kondisi bendungan tidak tampak mengalami kerusakan yang mencolok di permukaan Bendungan Tiga Ngarai.

Di sejumlah besar provinsi Tiongkok, curah hujan yang tinggi selama beberapa bulan telah menyebabkan banjir. Daerah aliran sungai di Sungai Yangtze telah menyebabkan 5 gelombang puncak banjir, yang langsung mengalir ke bagian tengah dan hilir Sungai Yangtze. 

Bendungan Tiga Ngarai terus diterjang “banjir besar” sejak pertengahan Juni 2020, sehingga memperburuk bencana di hilir, ketinggian air tanggul melampaui tingkat waspada, dan situasi pengendalian banjir sangat parah.

Kantor Berita Xinhua, corong Partai Komunis Tiongkok, mengakui telah terjadi “pergeseran, rembesan, deformasi/perubahan bentuk” pada Bendungan Tiga Ngarai, tetapi tidak memberikan data spesifik tentang pergeseran, rembesan, dan deformasi seperti tersebut di atas.

Pada akhir Agustus, ketika Li Nanyang, putri mantan sekretaris Mao Zedong, Li Rui, yang menentang pembangunan Proyek Tiga Ngarai, diwawancarai secara eksklusif oleh Radio France Internationale. Dia mengatakan bahwa “Bendungan Tiga Ngarai bukan hanya tidak memiliki fungsi pengendalian banjir, tetapi juga memiliki nilai negatif.”

Li Nanyang mengatakan bahwa Proyek Tiga Ngarai awalnya dibangun untuk “pencegahan banjir,” kemudian menjadi pembangkit listrik, pengendalian banjir, navigasi dan proyek komprehensif lainnya. Saat itu, ayahnya menganggap Perang Dunia II baru saja usai, sehingga ia membujuk Mao Zedong untuk membatalkan pembangunan Bendungan Tiga Ngarai. Meskipun belakangan proyek itu selalu disinggung berulang kali, namun semuanya ditekan karena faktor ekonomi dan penguasaan teknologi.

Baru setelah penumpasan berdarah terhadap Gerakan Mahasiswa 4 Juni tahun 1989, Jiang Zemin memerintahkan pembangunan Bendungan Tiga Ngarai untuk menstabilkan rakyat dan mempromosikan apa yang disebut sebagai kebanggaan nasional. 

Li Nanyang menekankan bahwa ketika Bendungan Tiga Ngarai dirancang, tidak ada argumentasi yang komprehensif dan terpadu. Bendungan Tiga Ngarai itu bukan hanya tidak mampu mencegah banjir, tetapi juga perlu melepaskan banjir, yang menyebabkan banjir yang lebih parah lagi di wilayah tengah dan bawah Bendungan.

Menurut Li Nanyang, situasi banjir Sungai Yangtze yang parah tahun ini sepenuhnya mencerminkan fakta bahwa bendungan tersebut tidak memiliki fungsi pengendali banjir. Karena pelepasan banjir bendungan justeru akan menyebabkan bencana pada bagian hilir, tidak ada cara untuk memperbaiki situasi tersebut, kecuali jika “diledakkan”, namun, demi gengsi, pihak berwenang mustahil akan melakukannya. (jon)

FOKUS DUNIA

NEWS