Eva Fu
Pada 16 April 2021, pengadilan Hong Kong secara resmi menghukum para aktivis pro-demokrasi yang dinyatakan bersalah bulan lalu. Sebagian besar hukuman mereka adalah sekitar satu tahun hingga 18 bulan penjara.
“Kejahatan” untuk orang-orangnya dinyatakan bersalah adalah pertemuan ilegal tanpa izin untuk sebuah unjuk rasa besar-besaran pada Agustus 2019 yang dihadiri oleh ratusan ribu warga Hong Kong.
Kejahatan tersebut tampaknya tidak ada hubungannya dengan Hukum Keamanan Nasional Hong Kong, tetapi banyak orang mengaitkan persidangan dan hukuman pengadilan Hong Kong dengan Hukum Keamanan Nasional yang diberlakukan oleh Partai Komunis Tiongkok.
Karena ketakutan adalah motivasi bagi banyak agresi Partai Komunis Tiongkok di dalam negeri dan luar negeri, perilaku rezim Tiongkok baru-baru ini di Hong Kong mengungkapkan beberapa ketakutan utama rezim Tiongkok.
Pemisahan Ekonomi
Di panggung dunia, legitimasi rezim komunis Tiongkok tiga dekade lalu terutama berpusat pada potensi pertumbuhan ekonomi dan ekonominya dari populasinya yang besar. Rezim komunis Tiongkok menggunakan ini sebagai umpan untuk memanipulasi pemerintah dan perusahaan asing yang ingin mencicipi pasar Tiongkok.
Tiga kekuatan pendorong utama pertumbuhan ekonomi adalah investasi, konsumsi, dan ekspor. Konsumsi domestik Tiongkok Daratan berkontribusi paling kecil pada Produk Domestik Bruto-nya sendiri, hanya menyumbang sedikit lebih banyak dari 40 persen Produk Domestik Bruto — jauh lebih sedikit daripada 70 persen biasanya untuk kebanyakan negara-negara lain. Perdagangan luar negeri melalui ekspor-ekspor adalah pengungkit-pengungkit besar-besaran untuk Produk Domestik Bruto Tiongkok.
Sistem Partai Komunis Tiongkok adalah sebuah sistem otoriter yang dipimpin administratif. Rezim Tiongkok mengendalikan masyarakat dengan banyak cara, tetapi dalam dua dekade terakhir, kendali ini tercermin melalui operasi-operasi ekonomi Tiongkok. Semakin banyak uang yang dimiliki rezim Tiongkok, maka semakin kuat kendali rezim Tiongkok atas masyarakat.
Pembangunan ekonomi Tiongkok Daratan bertumpu pada model Asia Timur, yang berorientasi ekspor. Model Asia Timur mengandalkan konsumsi di pasar-pasar luar negeri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ini adalah tepatnya mengapa mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump meluncurkan perang dagang Amerika Serikat-Tiongkok yang sangat menakutkan bagi Partai Komunis Tiongkok.
Ini bukan hanya karena kemungkinan menahan ketergantungan pasar Amerika Serikat pada produk-produk Tiongkok — tindakan ini telah memaksa para pejabat di Tiongkok untuk mempertimbangkan kembali kelanjutan model Asia Timur di Tiongkok Daratan, yang pada gilirannya menimbulkan sebuah tantangan bagi struktur model pertumbuhan ekonomi Tiongkok.
Mengingat perang dagang Donald Trump dan efek pandemi di dunia ekonomi, Partai Komunis Tiongkok harus berhati-hati untuk pengembangan ekonomi masa depan Tiongkok. Ini adalah alasan terbesar mengapa Partai Komunis Tiongkok mulai mempromosikan kemandirian dan sirkulasi internal modal Tiongkok.
Sekali terjadi kontrak-kontrak ekonomi, pendapatan pemerintah Partai Komunis Tiongkok akan berada di bawah tekanan, dan anggaran pemeliharaan stabilitas administrasi Partai Komunis Tiongkok akan terpengaruh. Tanpa uang yang cukup untuk propaganda dan insentif yang cukup untuk melegitimasi kepemimpinan otoriter Partai Komunis Tiongkok di Tiongkok, rezim Tiongkok akan goyah.
Gangguan Pertukaran Teknologi Dengan Barat
Ketakutan ini terutama terkait dengan ekonomi, karena ekonomi Tiongkok yang berorientasi ekspor telah mencapai batasnya, anda hanya dapat mengekspor banyak barang. Dengan perkembangan ekonomi dunia di ambang batas, ekspor barang sederhana dan murah tidak dapat meningkat dengan kecepatan seperti beberapa dekade terakhir.
Oleh karena itu, Tiongkok perlu meningkatkan kualitas produknya untuk terus meningkatkan pangsa pasarnya. Oleh karena itu Tiongkok harus secara serius meningkatkan inovasi teknologi dan desainnya.
Kemajuan teknologi juga merupakan sebuah faktor penting dalam kendali Partai Komunis Tiongkok atas masyarakat dan pemeliharaan militernya. Tiongkok adalah terkenal karena penggunaan kecerdasan buatan yang kejam untuk memantau dan melacak warganya.
Jika pertukaran-pertukaran ilmu pengetahuan dan teknologi dengan Barat terputus, maka akan sangat berdampak pada Partai Komunis Tiongkok, terutama terkait dengan kehilangan kemampuan Partai Komunis Tiongkok untuk mencuri kekayaan intelektual dari negara-negara asing.
Sejumlah besar mahasiswa luar negeri dari Tiongkok Daratan belajar dan terlibat dalam penelitian ilmu pengetahuan dan teknologi di universitas-universitas di Eropa dan Amerika Serikat.
Pada tahun 2020, ada lebih dari 370.000 mahasiswa Tiongkok yang sedang belajar di Amerika Serikat. Bagi Partai Komunis Tiongkok, ini adalah sebuah saluran yang sangat berharga dan metode “pertukaran” dengan ilmu pengetahuan dan teknologi Amerika Serikat.
Kini, Amerika Serikat tidak hanya memangkas berbagai pertukaran akademis tingkat-tinggi tetapi juga mempertimbangkan bagaimana untuk mengurangi jumlah mahasiswa ilmu pengetahuan dan teknik Tiongkok.
Padahal Tiongkok memiliki banyak profesional ilmu pengetahuan dan teknologi yang luar biasa, kebudayaan saat ini menghambat kreativitas dan inovasi sejati, karena inovasi dan kreasi secara inheren tidak sesuai dengan sistem otokratis dan totaliter.
Jika tidak mungkin untuk melanjutkan “pertukaran” ilmu pengetahuan dengan luar negeri, lalu kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bawah pemerintahan Partai Komunis Tiongkok akan sangat terpengaruh.
Kemerdekaan Hong Kong, Taiwan, Tibet, dan Xinjiang
Partai Komunis Tiongkok dimulai dengan Marxisme dan komunisme dan selalu menggunakan Marxisme dan komunisme sebagai nilai inti dasar untuk menguasai Tiongkok Daratan.
Namun kenyataannya, sejak Revolusi Kebudayaan di bawah Mao Zedong, ideologi komunis yang murni menghilang di Tiongkok Daratan. Hanya beberapa pemimpin senior Partai Komunis Tiongkok benar-benar percaya pada ideologi Marxis dan komunis, yang telah membawa krisis legitimasi yang belum pernah terjadi sebelumnya kepada Partai Komunis Tiongkok.
Untuk mengatasi krisis ini, Partai Komunis Tiongkok telah bertindak nasionalisme agresif untuk menegaskan kendali nya. Inilah sebabnya mengapa nasionalisme Tiongkok terus meningkat dalam dua dekade terakhir.
Misalnya, dalam propaganda generasi-generasi sebelumnya, Partai Komunis Tiongkok, dengan sengaja berbicara mengenai kemenangannya melawan kaum nasionalis Tiongkok yang melegitimasi perebutan kekuasaan oleh Partai Komunis Tiongkok.
Tetapi baru-baru ini, Partai Komunis Tiongkok mulai menekankan perang-perang historis Tiongkok melawan Jepang, dengan tegas mengklaim bahwa Partai Komunis Tiongkok memimpin kemenangan Tiongkok atas Jepang. Ini adalah pengetahuan yang tersebar luas bahwa adalah Nasionalis Tiongkok-lah yang memimpin perang-perang melawan Jepang pada saat itu.
Untuk mengaburkan fakta ini, Partai Komunis Tiongkok mengubah panjang yang tercatat secara historis perang Tiongkok melawan Jepang dari 8 tahun sampai 14 tahun untuk memasukkan Penenangan Manchukuo, sebuah pemberontakan melawan Jepang dari Manchu, yang dipimpin bersama oleh Partai Komunis Soviet dan Partai Komunis Tiongkok di pertengahan tahun 1930-an.
Semangat nasionalisme Tiongkok Daratan yang terus dipromosikan oleh Partai Komunis Tiongkok terus berlanjut. Orang-orang Tiongkok sudah mulai melihat Partai Komunis Tiongkok dari perspektif nasionalisme dan identitas Tiongkok daripada ideologi komunis.
Pada tahun 2016, Xi Jinping dalam pidatonya di depan umum dengan berani mengklaim bahwa pihaknya “tidak akan pernah mengizinkan siapa pun, kelompok apa pun, partai politik mana pun, kapan pun, dengan cara apa pun, untuk memisahkan dari Tiongkok bagian mana pun dari wilayah Tiongkok.”
Pernyataan yang keras ini adalah sebuah contoh bahan bakar yang sempurna untuk pasang naik nasionalisme yang agresif di Tiongkok Daratan.
Akibatnya, dalam menghadapi masalah Hong Kong, Taiwan, Tibet, dan Xinjiang, Partai Komunis Tiongkok tidak dapat berkompromi atau menunjukkan kelemahan melalui konsesi-konsesi. Melalui evolusinya, Partai Komunis Tiongkok secara tidak sengaja mengambil penyebab nasionalisme ultra-Tiongkok untuk membenarkan kekuasaannya, tanpa salah satu pun gagasan-gagasan komunis yang asli.
Kebebasan Beragama
Dalam dekade terakhir ini, Partai Komunis Tiongkok meningkatkan penindasannya terhadap semua agama dan keyakinan-keyakinan spiritual, dengan sebuah tujuan yang sangat jelas: untuk menghilangkan otoritas ideologis apapun selain Partai Komunis Tiongkok. Untuk tetap berkuasa, Partai Komunis Tiongkok mengendalikan apa yang dapat dilihat, dilakukan, dan dipercaya oleh orang-orang Tiongkok.
Partai Komunis Tiongkok telah menghancurkan gereja, menangkap pemimpin-pemimpin gereja bawah tanah, dan memaksa pemimpin-pemimpin Katolik untuk mengikuti arahan Partai Komunis Tiongkok yang melanggar prinsip-prinsip Kristiani.
Di Tibet, strategi utama Partai Komunis Tiongkok untuk menghancurkan gerakan kemerdekaan Tibet menargetkan Buddhisme Tibet. Stasiun-stasiun polisi didirikan di dalam biara-biara Tibet. Lama-lama Tibet dipaksa untuk mempelajari ateisme, materialisme, dan “pemikiran Xi Jinping.” ItuLama-lama Tibet yang tidak setuju itu ditangkap dan dipenjarakan tanpa proses pengadilan.
Di Xinjiang, lebih dari satu juta orang Uighur dan minoritas-minoritas Islam lainnya ditangkap dan ditempatkan di kamp-kamp konsentrasi untuk cuci otak bersama. Fokus utama di sini masih tetap pada ideologi agama. Sejumlah besar Imam Muslim ditangkap, dan berbagai buku agama dihancurkan. Setiap pidato online mengenai keyakinan dan agama diperlakukan sebagai “ekstremisme agama” dan disensor.
Inti penindasan di Xinjiang maupun di Tibet adalah agama. Di Xinjiang, pihak berwenang komunis berupaya menghilangkan semua kebudayaan agama.
Upaya-upaya ini termasuk memaksa para umat beragama untuk minum alkohol, makan daging babi, menikahkan wanita-wanita Muslim dengan pria-pria suku Han Tiongkok, dan melaksanakan aborsi dan sterilisasi secara paksa, yang semuanya melanggar ajaran-ajaran dasar Islam. Tetapi di mata Partai Komunis Tiongkok, praktik-praktik tradisional Muslim ini adalah manifestasi ekstremisme agama.
Untuk para praktisi disiplin spiritual Falun Gong, sebuah badan khusus di luar hukum, sangat mirip Gestapo Nazi Jerman, telah dibentuk dan disebut Kantor 610. Selama dua dekade terakhir, praktisi Falun Gong ditangkap secara sewenang-wenang dan mengalami penyiksaan fisik dan mental. Praktisi Falun Gong dipaksa menyerah dan meninggalkan keyakinannya dan menyatakan kesetiaan hanya kepada Partai Komunis Tiongkok dan doktrin ateisme.
Praktisi Falun Gong yang menentang mengalami penyiksaan secara terus-menerus dan bahkan organ-organnya dipanen dan dijual di pasar transplantasi terlarang kepada penduduk setempat dan orang-orang asing yang putus asa untuk mendapatkan penggantian sebuah organ.
Agama dan kepercayaan pribadi seringkali memegang otoritas moral di luar kewarganegaraan dan ideologi politik, yang menjadi sebuah ancaman serius bagi rezim totaliter mana pun.
Melepaskan Label Partai Komunis Tiongkok Dari Identitas Tiongkok
Apa yang paling ditakuti oleh Partai Komunis Tiongkok adalah kebenaran bahwa Partai Komunis Tiongkok bukanlah Tiongkok, dan bahwa Partai Komunis Tiongkok tidak mewakili orang-orang Tiongkok.
Pada 4 September 2020, Xi Jinping menyampaikan sebuah pidato untuk memperingati kemenangan Perang Perlawanan Tiongkok Melawan Agresi Jepang ke-55. Pembukaan pidato tersebut dengan bangga memperkenalkan lima kata “tidak ada janji-janji” dari rezim Tiongkok. Menurut media yang dikelola pemerintah Tiongkok Xinhua, lima kata “tidak ada janji-janji” adalah sebagai berikut:
1. “Rakyat Tiongkok tidak akan pernah membiarkan individu atau kekuatan apapun untuk memutarbalikkan sejarah Partai Komunis Tiongkok atau menodai sifat dan misi Partai Komunis Tiongkok.
2. Rakyat Tiongkok tidak akan pernah membiarkan individu atau kekuatan apapun untuk memutarbalikkan dan mengubah jalan sosialisme dengan karakteristik-karakteristik Tiongkok, atau menyangkal dan menjelekkan prestasi-prestasi besar yang telah dibuat orang-orang Tiongkok dalam membangun sosialisme.
3. Rakyat Tiongkok tidak akan pernah membiarkan individu atau kekuatan apapun untuk memisahkan Partai Komunis Tiongkok dari rakyat Tiongkok atau atau membiarkan rakyat Tiongkok menentang Partai Komunis Tiongkok.
4. Rakyat Tiongkok tidak akan pernah membiarkan individu atau kekuatan apapun untuk memaksakan keinginannya di Tiongkok melalui penindasan, mengubah arah kemajuan Tiongkok, atau menghalangi upaya-upaya rakyat Tiongkok untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik.
5. Rakyat Tiongkok tidak akan pernah mengizinkan individu atau kekuatan apapun untuk membahayakan kehidupannya yang damai dan hak untuk berkembang, menghalangi pertukaran dan kerjasama rakyat Tiongkok dengan orang-orang lain, atau merusak penyebab perdamaian dan pembangunan untuk kemanusiaan yang mulia.”
Janji kelima menyoroti keengganan Partai Komunis Tiongkok untuk berpisah dari ekonomi-ekonomi internasional.
Partai-partai politik adalah tidak setara dengan pemerintah, dan pemerintah adalah tidak benar-benar mewakili rakyat negara mana pun.
Partai Komunis Tiongkok adalah tidak setara dengan Tiongkok, dan rezim komunis Tiongkok juga tidak setara dengan rakyat Tiongkok. Dalam seri editorial The Epoch Times, “Sembilan Komentar mengenai Partai Komunis, “perilaku Partai Komunis Tiongkok digambarkan seperti itu memiliki roh.
Non-pemisahan Partai Komunis Tiongkok dengan Tiongkok, Partai dan orang, dan Partai Komunis Tiongkok dan pemerintah adalah prasyarat dan fondasi bagi Partai Komunis Tiongkok untuk eksis di Tiongkok.
Secara internal, Partai Komunis Tiongkok dan anggota-anggotanya adalah sangat jelas. Pegawai-pegawai negeri harus menjadi anggota-anggota Partai Komunis Tiongkok, dan promosi harus diberikan hanya kepada anggota-anggota Partai.
Banyak pekerjaan diprioritaskan kepada anggota-anggota Partai Komunis Tiongkok. Orang-orang Tiongkok adalah sangat jelas bahwa anggota-anggota Partai Komunis Tiongkok tersebut adalah elit.
Hari di mana semua orang mengerti bahwa Partai Komunis Tiongkok tidak mewakili rakyat Tiongkok akan menjadi hari kiamat bagi Partai Komunis Tiongkok telah tiba. Partai Komunis Tiongkok bukanlah Tiongkok, dan Partai Komunis Tiongkok tidak mewakili rakyat Tiongkok.
Pemahaman ini pertama kali dikemukakan secara resmi oleh mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo dalam pidatonya. Sejak itu, Partai Komunis Tiongkok sangat membenci Mike Pompeo. Pernyataan Mike Pompeo mengejutkan Partai Komunis Tiongkok dan memiliki kekuatan untuk sepenuhnya mendelegitimasi rezim komunis Tiongkok. (Vv)