Demi Penyelamatan Pasien COVID-19 yang Lebih Muda! Kakek 85 Tahun Serahkan Tempat Tidurnya dan Meninggal Dunia 3 Hari Kemudian

NTDTV.com

Kantor berita Central News Agency (CNA) mengutip laporan media India menyebutkan, seorang pria berusia 85 tahun dari Nagpur, Narayan Dabhalkar, dari negara bagian Maharashtra, daerah yang paling parah terkena dampak di India, didiagnosis dengan virus  Komunis Tiongkok (COVID-19) atau pneumonia Wuhan. Awalnya, kondisinya memburuk dan dibawa ke rumah sakit pemerintah Indira Gandhi pada 22 April 2021

Dabhalkar meminta dipulangkan secara sukarela  setelah masuk ke rumah sakit. Dikarenakan, dia melihat seorang wanita di rumah sakit memohon kepada dokter untuk mengizinkan suaminya menerima perawatan.

Dabhalkar kemudian berkata kepada dokter, bahwa dirinya bersedia menyerahkan ranjang rumah sakit yang ia tempati kepada suami wanita tersebut dengan berkata : “Saya berusia 85 tahun dan telah menjalani kehidupan yang memuaskan. Lebih penting menyelamatkan nyawa orang muda karena anak-anak mereka masih kecil, tolong berikan dia tempat tidur saya.”

Padahal, ketika itu kadar oksigen  Dabhalkar lebih rendah. Dokter mengatakan, kondisinya tak stabil dan masih perlu dirawat di rumah sakit.

Meski demikian, lelaki tua itu tetap menelepon putrinya dan meminta putrinya untuk mengeluarkannya dari rumah sakit. Ia rela memberikan tempat tidur rumah sakit yang ia tempati, kepada pria muda yang harus membesarkan anak-anaknya yang masih kecil .

Narayan Dabhalkar

Tiga hari setelah keluar dari rumah sakit, Dabhalkar meninggal dunia pada 27 April 2021.

Putri Dabhalkar mengatakan kepada Times of India bahwa, setelah kadar oksigen ayahnya rendah pada 22 April, mereka bekerja keras untuk akhirnya mendapatkan tempat tidur untuk ayahnya. Akan tetapi beberapa jam kemudian, ayahnya meminta untuk dikeluarkan dari rumah sakit.

Dia mengatakan, ayahnya memberitahukan bahwa orang-orang muda lebih membutuhkan ranjang rumah sakit ini dan  mengharapkan dapat menghabiskan waktu terakhir dengan keluarganya.

Perbuatan kakek ini dipuji oleh netizen India di media sosial.

Situasi epidemi di India terus memburuk. Sistem medis kewalahan. Pemerintah federal India baru-baru ini, mulai mengupayakan pembelian oksigen, obat-obatan dan pasokan medis. Namun demikian, masih belum dapat mengimbangi meningkatnya kebutuhan terhadap sumber daya medis di berbagai daerah.  Misalnya 22 daerah  sangat membutuhkan pasokan oksigen, sehingga kebutuhan oksigen meningkat 67%.

Meskipun Perdana Menteri India Narendra Modi baru-baru ini berjanji akan segera mendistribusikan oksigen dan sumber daya medis, semua daerah masih belum dapat memenuhi kebutuhan sumber daya medis. Tanpa tempat tidur rumah sakit dan persediaan medis, rumah sakit di seluruh India menolak untuk merawat pasien yang terinfeksi. Sehingga mengakibatkan lebih banyak pasien meninggal dunia. 

The Times of India pada April lalu melaporkan, hakim dari Pengadilan Tinggi Delhi menanyai pejabat pemerintah pusat selama persidangan, yang mempertanyakan berapa banyak  kota yang menghadapi kekurangan oksigen yang sama dengan Delhi? Orang-orang akan terus meninggal dunia dan pemerintah pusat tidak akan berbuat apa-apa? “

Mengenai janji 4,9 juta metrik ton oksigen cair yang harus dialokasikan pemerintah pusat ke New Delhi setiap hari, New Delhi belum menerimanya secara total. Pengadilan Tinggi Delhi juga mempertanyakan, “Apa yang terjadi dengan angka itu? Bagaimana janji 4.8 juta hingga 4,9 juta metrik ton? “

Hakim Pengadilan Tinggi Delhi mengatakan, Delhi bahkan mengatur kapal untuk mengangkut oksigen, tetapi pemerintah pusat tidak menyediakan oksigen yang cukup. “Ini membuat hatiku sangat pilu, saya benar-benar tidak tahu harus berkata apa sekarang?”

Panel perguruan tinggi dari Pengadilan Tinggi Delhi juga menunjukkan, New Delhi tidak menerima alokasi harian penuh sebesar 490 metrik ton oksigen, dikarenakan tiga dari pabrik produksi oksigen terletak di nega bagian Bengal dan Odisha.

Selain itu, terkait peraturan pemerintah pusat yang menyebutkan bahwa hanya pasien COVID-19 yang sakit parah memakai ventilator, dapat menggunakan obat antivirus “Remdesivir”, panel perguruan tinggi Pengadilan Tinggi Delhi mengatakan, “Ini salah yang menunjukkan, Anda (pemerintah pusat) ingin orang mati. “

Panel Pengadilan Tinggi Delhi juga mengecam Pemerintah Kota New Delhi. Pasalnya, 52.000 botol “Remdesivir” telah dikirim ke New Delhi. Akan tetapi, Pemerintah Kota New Delhi menyatakan bahwa hanya 2.500 botol yang diterima. Pengadilan menyentil adanya penimbun obat dan sumber daya medis. (hui)

Video Rekomendasi :

FOKUS DUNIA

NEWS