Kemampuan Penyebaran Virus Varian Delta yang Cepat, Menjadi Virus Dominan di Dunia

Gao Shan

Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Virus Komunis Tiongkok atau COVID-19 Varian Delta yang pertama kali muncul di India menjadi varian yang dominan dari virus  di dunia.

Dr. Soumya Swaminathan, kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (18/6) lalu menyatakan bahwa Virus Komunis Tiongkok, COVID-19 Varian Delta yang pertama kali muncul di India merupakan varian terutama dari virus yang menyebar  di dunia. Hal itu melihat dari  kemampuan penyebarannya virus varian Delta tersebut.

Pernyataan itu dinyatakan Dr. Soumya pada konferensi pers yang diadakan di markas besar Jenewa, seperti dilansir oleh  National Broadcasting Corporation Financial Channel (CNBC). 

Menurut penelitian, kemampuan infektivitas Delta sekitar 60% lebih tinggi daripada galur mutan Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris. Sementara galur Alpha lebih menular daripada galur asli yang ditemukan di Wuhan, Tiongkok pada akhir 2019.

“Karena varian virus terus menyebar, situasi dalam skala global terus berubah,” kata Dr. Soumya. 

Menurut WHO, varian virus telah menyebar ke lebih dari 80 negara, dan ketika menyebar ke seluruh dunia, varian virus terus bermutasi. Menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, varian tersebut menyumbang 10% dari kasus infeksi yang baru dikonfirmasi di Amerika Serikat. Angka itu naik dari 6% minggu lalu.

Para ahli mengatakan bahwa varian virus Delta yang menyebar dengan cepat dapat menyebabkan orang yang terinfeksi menunjukkan gejala yang berbeda dari sebelumnya.

Dr. Rochelle Walensky, direktur CDC Amerika Serikat, meminta warga Amerika untuk melanjutkan vaksinasi.  

 “Meskipun penularan tinggi varian virus Delta ini mengkhawatirkan, vaksin kami dapat bekerja. Jika Anda divaksinasi, Anda dapat menolak varian Delta ini,” kata Dr. Rochelle Walensky.

Penemuan baru-baru ini di Inggris bahwa varian Delta juga telah menjadi varian virus Komunis Tiongkok utama di negara itu, melampaui varian Alpha yang pertama kali ditemukan di Inggris pada musim gugur yang lalu. Di Inggris, mutasi Delta menyebabkan lebih dari 60% infeksi baru.

WHO mengumumkan bulan lalu bahwa Delta adalah varian yang mengkhawatirkan. Jika suatu varian terbukti lebih menular, lebih mematikan, atau lebih resisten terhadap vaksin dan perawatan saat ini, maka itu dapat diberi label “mengkhawatirkan”.

Sementara itu Pejabat WHO mengatakan bahwa ada laporan yang menunjukkan kalau varian virus Delta juga dapat menyebabkan gejala yang lebih parah. Akan  tetapi kesimpulan ini memerlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi. Namun demikian, sudah ada tanda-tanda bahwa strain varian Delta dapat menyebabkan gejala yang berbeda dari varian lainnya.

Sementara itu menurut Dr. Soumya, para ilmuwan masih membutuhkan lebih banyak data tentang mutasi virus varian delta ini, termasuk dampaknya terhadap kemanjuran vaksin virus Komunis Tiongkok.

Perusahaan Jerman CureVac menunjukkan awal pekan ini bahwa mutasi virus adalah salah satu alasan mengapa vaksin barunya terbukti hanya 47% efektif dalam uji klinis terhadap 40.000 orang.

Laporan analisis yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan Masyarakat Inggris pada Senin (14/6/2021), menemukan bahwa vaksin COVID-19 dari Pfizer-BioNTech dan AstraZeneca menunjukkan bahwa terhadap pasien yang dirawat di rumah sakit karena infeksi virus mutan Delta, memiliki efek kuratif yang tinggi. 

“Berapa banyak orang yang terinfeksi virus, berapa banyak yang dirawat di rumah sakit, dan seberapa serius kondisinya? Kami mengamati kondisi ini dengan sangat hati-hati,” jelas Dr. Soumya. (Sin)