ETIndonesia-Dia beruntung terlahir dari keluarga kaya. Di usiaku yang ke-20 tahun ini, ibunya selalu Berpesan : Ibu tidak peduli kamu berpacaran dengan siapa pun, tapi yang penting, pasangan hidupmu kelak bukan gadis yang silau dengan harta kekayaan.
Dia tipe pria yang suka bergonta ganti pasangan. Dia pernah berpacaran dengan tiga cewek sebelum berusia 22 tahun, tapi mendapati mereka semua sepertinya hanya tertarik pada harta kekayaan keluarganya.
Pacarnya selalu meminta dia membayar semua keinginan dan kesenangan duniawinya, misalnya membelikan tas bermerk, pakaian mahal dan semacamnya. Dalam satu bulan pacarnya telah menguras kantongnya sekitar 65 juta rupiah.
Di usianya ke 23 tahun sekarang, dia berkenalan dengan seorang gadis manis bernama Sisi, dan tentu saja gadis itu dia pacari.
Secara ekonomi, kondisi keluarga Sisi memang cukup memprihatinkan, ayahnya cacat, sementara ibunya sakit-sakitan dan menanam sayur di kebun sendiri, dan menjual sayuran itu untuk menghidupi keluarga.
Tapi orangnya sangat baik, dan pekerja keras. Dia tertarik oleh energi positif yang terpancar dari gadis itu.
Karena kondisi keluarganya sangat memprihatinkan, dan dia bermaksud menguji seperti apa tipe ceweknya itu, jadi dia tidak pernah menceritakan tentang keluarganya yang kaya raya.
Setelah tinggal bersamanya, dia pun bekerja, tapi gajinya sangat rendah. Karena itulah, dia pun mengundurkan diri setelah satu bulan bekerja.
Sementara Sisi sangat rajin dan ulet, merangkap dua pekerjaan sekaligus, sebagian dari penghasilannya dikirim untuk orangtuanya, sebagian lagi membantunya membayar biaya kontrakan, bahkan memberinya biaya hidup, dan membantumnya mencari pekerjaan untuknya.
Sisi juga selalu mendorong semangatnya.
Dia juga tampaknya tidak ingin mengecewan Sisi, dia membantu memasak, mencuci pakaian, dan dia merasa sangat bahagia selama bersama Sisi.
Sejujurnya, mungkin karena dia tidak terbiasa bekerja untuk orang lain, jadi setiap pekerjaannya selalu tidak bisa bertahan lama.
Setiap bulan, ibunya selalu mentransfer uang untuknya, tapi karena takut ketahuan, jadi dia tidak pernah menggunakan uang itu.
Untuk biaya hidup sehari-hari, Sisi yang menanggung semuanya, dan dia bermaksud mengembalikannya kelak setelah dia menikah dengan Sisi.
Setelah berlangsung selama dua tahun hidup bersama, dia pun mengungkapkan secara terus terang bahwa dia berasal dari keluarga kaya, namun, reaksi Sisi biasa-biasa saja, tidak menunjukkan banyak kegembiraan.
Hari itu, ibunya Sisi datang menemuinya, dan saat itu Sisi bermaksud meminjam uang kepadanya dengan alasan ibunya butuh uang untuk periksa ke dokter.
Dia pun berpikir apakah Sisi sudah tahu kalau dia punya uang. Apalagi jumlah uang yang mau dipinjamnya tergolong besar sekitar 15 juta rupiah. Tapi dia tidak memberikannya, dan Sisi pun marah saat itu lalu mengusulkan untuk putus saja.
Sementara dia juga marah dan mengabaikannya. Akhirnya, Sisi sendiri yang membawa ibunya ke rumah sakit.
Setelah kejadian itu, dia merasa sangat bersalah, lalu dia pun ke rumah sakit menjenguk ibu Sisi sambil membawa buah-buahan.
Tapi Sisi tidak melarangnya bertemu dengan ibunya dan mengatakan bahwa mereka sudah putus, dan memintanya untuk tidak mengganggu hidupnya lagi.
Sisi benar-benar tega, pikirnya….sama sekali tidak memberinya kesempaan untuk menjelaskannya.
Dia pikir Sisi masih kesal dan marah, lalu dia pun mengabaikannya selama tiga bulan, tapi tiba-tiba dia mendengar kabar bahwa Sisi akan menikah.
Dia tidak percaya mendengar kabar itu, lalu dia dengan mobil sportnya pergi menemui Sisi, tapi Sisi tidak menggubrisnya.
Dia pun menyuruh Sisi untuk menebak berapa harga mobil sportnya, tapi Sisi langsung pergi tanpa melirik sekilas pun.
Pada hari pernikahannya, dia sebenarnya ke rumah Sisi, tapi hanya menyaksikan dari gerbang pintu rumahnya.
Saat itu hatinya benar-benar hancur, melihat Sisi yang mengenakan gaun pengantin putih, menikah dengan pria yang ternyata lebih kaya dari keluarganya, dan dengar-dengar itu adalah pernikahan kedua mempelai pria.
Satu bulan setelah pernikahannya, dia menemui Sisi dan mencibirnya perempuan mata duitan.
Di katain demikian Sisi menangis, dan berkata: “Kita bersama selama dua tahun, aku sebenarnya sudah tahu kamu berasal dari keluarga berada, tapi kamu tidak pernah mau membantuku saat itu.
“Membiarkan aku sendiri bekerja dua pekerjaaan sekaligus untuk membiayai hidup kita, kamu tidak acuh tak acuh dengan uang kontrakan rumah, dan saat ibuku butuh bantuan, kamu juga berpangku tangan.
“Sekarang, aku memang sangat mencintai uang, siapa sih yang tidak mau menikah dengan pria yang lebih mapan ? Apa salahnya seorang gadis yang memiliki sedikit syarat (wajah yang cantik) menikah dengan orang kaya ? Aku memang mencintai uang, tapi aku juga pernah lebih mencintaimu dengan tulus, namun, kamu sendiri tidak pernah memberiku bantuan dan perhatian apa pun …”
Ucapannya itu seketika membuatnya tersadar, tapi sudah terlambat. Dia benar-benar sangat menyesal, dan karena itu, dia ingin menebus rasa bersalah itu, tapi Sisi mengatakan bahwa semuanya sudah terlambat.
“Sekarang aku berusaha mencoba mencintai pria yang telah menjadi suaminya sekarang. dia sangat baik pada orangtuaku, dan sangat lembut juga penuh perhatian kepadaku…” kata Sisi pada dia (yang diam membisu.(jhn/yant)
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.