ETIndonesia-Apa itu sofistri ? Di kelas filsafat, para siswa bertanya kepada Socrates : “Guru, dapatkah Anda menggunakan contoh untuk menjelaskan sejenak apa sebenarnya yang dimaksud dengan sofistri (penalaran yang masuk akal, namun keliru)?”
Socrates berpikir sejenak, lalu berkata, “Ada dua pekerja yang berkunjung ke rumah saya, satu orang tampak bersih dan satunya lagi kotor. Saya meminta mereka untuk mandi, coba kalian pikir, siapa yang akan mandi lebih dulu diantara kedua orang ini ?”
“Sudah pasti orang yang kotor itu.” Jawab salah satu siswa dengan yakin.
“Salah, orang yang bersih mandi dulu,” kata Socrates.
Mari kita lihat logikanya, “Karena orang bersih memiliki kebiasaan mandi, sementara orang yang kotor merasa tidak ada yang perlu dibersihkan.”
“Coba pikirkan lagi, siapa sebenarnya yang akan mandi dulu?”
“Orang yang bersih,” jawab dua siswa serentak.
“Salah, orang yang kotor mandi dulu. Karena orang yang kotor lebih butuh mandi daripada orang bersih.” Jawab Socrates.
Kemudian Socrates bertanya lagi, “Kalau begitu, siapa sebenarnya dari dua tamu itu yang akan mandi dulu?”
“Orang yang kotor!” teriak siswa secara berulang.
“Salah lagi, tentu saja, keduanya sama-sama mandi.” Jawab Socrates.
Socrates berkata, “Orang yang bersih memiliki kebiasaan mandi, sedangkan orang yang kotor butuh mandi.”
“Jadi, sebenarnya siapa yang akan mandi dulu?”
“Sepertinya, keduanya sama-sama mandi.”
Jawab keempat siswanya ragu-ragu. “Salah, sama-sama tidak mandi.”
Socrates menjelaskan, karena “Orang yang kotor tidak memiliki kebiasaan mandi, sedangkan orang yang bersih tidak perlu mandi.”
“Apa yang dikatakan guru memang masuk akal, tapi bagaimana kita harus memahaminya?”
Kata para siswa dengan nada tidak puas, “Setiap yang Anda katakan selalu tidak sama, tapi selalu benar dan masuk akal!”
Socrates berkata: “Memang demikian!. Coba kalian lihat, secara fisik dan bentuk, sekilas terlihat seperti menggunakan penalaran yang benar, tapi sebenarnya bertentangan dengan hukum logika, membuat kesimpulan yang masuk akal, namun keliru, dan inilah sofistri!
“Sofistri yang sering ditemui adalah menciptakan argument, circular reasoning (pemikiran yang berputar-putar), analogi mekanik, logika sesat, tafsiran di luar konteks dan semacamnya.”
Para siswa kembali bertanya kepada Socrates: “Guru, sofistri adalah dengan sengaja memperdebatkan sesuatu yang tidak masuk akal sebagai argumen, di dalamnya terdapat kesalahan logis yang sulit ditemukan. Bisakah Anda menjelaskan dengan contoh bagaimana mengetahui kesalahan logis dalam sofistri itu –penalaran yang masuk akal, namun keliru itu ?”
Socrates berpikir sejenak, kemudian memberi tes IQ berikut kepada para siswanya : “Ada dua pekerja, sama-sama memperbaiki cerobong asap tua yang rusak dan sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki. Ketika mereka keluar dari cerobong asap, yang satu keluar dengan wajah bersih, satunya lagi keluar dengan wajah kotor. Manakah yang akan lebih dulu mencuci wajahnya ?”
“Tentu saja, pekerja yang wajahnya kotor itu !” Jawab salah seorang siswa dengan yakin.
“Yakin dengan jawabanmu? “ Socrates balik bertanya.
“Perlu diketahui bahwa pekerja yang berwajah bersih melihat muka temannya yang kotor, maka ia berpikir wajahnya pasti kotor ; sementara satunya melihat wajah temannya tampak bersih, jadi dia berpikir wajahnya pasti bersih.”
Sekarang saya ingin bertanya pada kalian, siapa yang akan mencuci mukanya dulu ?”
Dua orang siswanya menjawab secara berturut-turut dengan penuh percaya diri: “Oh, saya tahu! Ketika pekerja yang bersih melihat muka temannya kotor, dia merasa dirinya pasti kotor, tapi ketika pekerja yang mukanya kotor itu melihat wajah temannya bersih, dia pun merasa dirinya tidak kotor! Jadi pastilah si pekerja yang mukanya bersih itu yang lebih dulu mencuci wajahnya.”
Socrates memandang siswa lainnya, dan sepertinya para siswanya itu sependapat dengan jawaban itu.
“Jawabannya salah.” Kata Socrates pelan.
“Coba pikirkan, kedua pekerja itu sama-sama keluar dari cerobong asap tua yang rusak, jadi mungkinkah satunya bersih sementara satunya lagi kotor ? “
“Ini yang disebut logika yang tidak logis, yaitu kesalahan logika dalam sofistri/penalaran yang masuk akal, tapi keliru.”kata Socrates.
Para siswa bertanya lagi kepada Socrates: “Guru, bagaimana seharusnya kita melihat penalaran yang masuk akal, tapi keliru itu ?”
Secara permukaan dan polanya sekilas terlihat seperti mengemukakan argumen logis yang tepat, padahal melanggar hukum logika, dengan membuat kesimpulan yang masuk akal, tapi sebenarnya salah.
Jadi intinya, “Lebih baik pandai mendengar daripada pintar bicara-beragumen secara logis tapi salah dan lebih baik bersikap jujur-terbuka daripada berlaku picik. (jhn/yant)
Sumber: life.bldaily.
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.