Jin Shi dan koresponden khusus Fang Fei – NTD
The Washington Post menyampaikan berita pada Selasa 14 September, bahwa jenderal tertinggi AS dan ketua Kepala Staf Gabungan Mark Milley, setelah kalah dalam pemilihan presiden sebelumnya, mengambil inisiatif secara pribadi untuk menelepon dua jenderal senior Komunis Tiongkok. Ia memastikan bahwa Amerika Serikat tidak akan menyerang Tiongkok.
Panggilan telepon pertama terjadi pada 30 Oktober, sebelum pemilihan. Mark Milley mengatakan kepada Li Zuocheng, Kepala Staf Gabungan Komisi Militer Pusat Komunis Tiongkok, bahwa Amerika Serikat tidak berencana untuk menyerang Tiongkok. Ia berkata, “Jenderal Li, kita sudah saling kenal selama lima tahun. Jika kami ingin melancarkan serangan, saya akan menghubungi Anda terlebih dahulu.”
Panggilan kedua terjadi pada 8 Januari, dua hari setelah insiden kejutan kekerasan di Kongres. Milley berkata kepada Li Zuocheng: “Segala sesuatu di Amerika Serikat normal, dan sistem demokrasi kadang-kadang sedikit berantakan.”
Laporan terbongkarnya berita ini berasal dari buku baru yang berjudul”Peril” ditulis oleh Bob Woodward dan Robert Costa dari Washington Post. Buku itu menyatakan bahwa Milley khawatir selama beberapa minggu akhir jabatan Trump, akan perang mendadak melawan Tiongkok untuk menciptakan krisis dan terus menjabat sebagai presiden.
Setelah insiden itu terbongkar, langsung menimbulkan kegemparan di opini publik Amerika.
Mantan Presiden Donald Trump mengatakan: “Saya tidak pernah berpikir untuk menyerang Tiongkok”, “dan jika apa yang diungkapkan yang dilakukan Milley itu benar, itu akan menjadi pengkhianatan.”
Banyak anggota parlemen dari Republikan, termasuk Senator Marco Rubio, menuntut pengunduran diri Milley. Rubio percaya bahwa tindakan Milley yang sangat berbahaya dan dapat merusak prinsip kontrol sipil atas militer di Amerika Serikat.
Mantan anggota Kongres AS dan pensiunan, letnan kolonel Allen West mengatakan dalam sebuah wawancara dengan reporter NTD bahwa jika insiden itu benar, Jenderal Milley harus diadili oleh pengadilan militer.
Allen West berkata : “Ini adalah jenderal militer Amerika paling senior, ketua Kepala Staf Gabungan, berkolusi dengan musuh geopolitik terbesar kita. Tidak hanya itu, dia akan melemahkan kekuatan panglima tertinggi angkatan bersenjata. Dia harus mengundurkan diri .”
Menanggapi tanggapan kuat dari dunia luar, juru bicara Gedung Putih Psaki mengatakan bahwa Presiden Biden masih sepenuhnya mempercayai Jenderal Mark Milley.
Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki berkata: “Biden dan Milley telah bekerja sama dalam serangkaian urusan internasional. Presiden memiliki kepercayaan penuh pada kepemimpinannya. Dia juga percaya pada patriotisme dan kesetiaannya kepada Konstitusi.”
Kantor Jenderal Mark Milley juga menanggapi hari itu, mengatakan bahwa Milley menelepon Li Zuocheng sejalan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
Allen West menegaskan, “Dalam konteks apa pun, ini seharusnya tidak terjadi.”
Patrick Basham, Direktur Institute for Democracy, sebuah think tank di Amerika Serikat berkata, bukan tugas seorang militer untuk melakukan urusan luar negeri, apalagi dilakukan tanpa sepengetahuan presiden, dan apa yang dilakukan bertentangan dengan kepentingan presiden.”
Patrick Basham, menunjukkan bahwa insiden ini dengan jelas menunjukkan bahwa Komunis Tiongkok telah menyusup tingkat tinggi Amerika Serikat.
Hal ini juga menunjukkan, tentakel Komunis Tiongkok telah menembus jauh ke dalam pembentukan politik Amerika. Jelas orang-orang, sekarang memahami bahwa tentakel ini juga meluas ke bidang pertahanan, Keuangan, politik, dan budaya AS. Hal demikian menunjukkan bahwa pengaruh Komunis Tiongkok di Amerika Serikat lebih dalam dari yang diperkirakan beberapa kritikus Komunis Tiongkok.”
Trump menunjuk Jenderal Mark Milley sebagai ketua Kepala Staf Gabungan pada tahun 2018. Selama pecahnya kekerasan rasial yang meluas di Amerika Serikat pada tahun 2020, Milley mulai tidak setuju dengan Trump.
Baru-baru ini, Mark Milley dikritik karena kerugian dari penarikan pasukan AS di Afghanistan. (hui)