Kendali Tiongkok Atas ‘Algoritme’ Hingga Isyarat Menjebak Rakyat ke Distopia Matriks

Fan Yu

Isyarat referensi ke masa depan dystopian mirip-“Matriks” di mana warganegara Tiongkok terjebak dalam sebuah realitas simulasi yang dikelola oleh algoritme komputer yang dikendalikan negara. Tidak terlalu mengada-ada untuk dibayangkan.

The Cyberspace Administration of China (CAC) pengawas ruang dunia maya Tiongkok, baru-baru ini mengumumkan bahwa pihaknya akan membentuk tata kelola dan aturan untuk memperketat cengkeramannya pada algoritme yang digunakan perusahaan untuk berinteraksi dengan para penggunanya.

Algoritme banyak digunakan oleh perusahaan untuk berinteraksi dengan para pengguna sehari-hari. Anggap saja algoritme sebagai mesin yang menggerakkan hasil-hasil pencarian internet kita, rekomendasi restoran berdasarkan lokasi dan preferensi citarasa kita, berdasarkan rekomendasi acara dan film berdasarkan pada riwayat penayangan kita, rute yang dibawa oleh aplikasi GPS kita berdasarkan pada lalu lintas dan pola-pola lainnya, dan lain-lain. Kita bergantung pada berbagai algoritme, apakah kita menyadarinya atau tidak. Dan saat ini ”ketika setiap perusahaan perlu menjadi sebuah perusahaan teknologi”–investasi dalam algoritme, kecerdasan buatan, dan pembelajaran mesin adalah semakin wajib.

Untuk konsumen Tiongkok, semua itu diterjemahkan ke video apa yang mereka lihat di Douyin (TikTok versi Tiongkok), anjuran apa yang itu lihat di platform belanja Taobao milik Alibaba, mengirimkan keputusan pada platform seperti aplikasi logistik Didi dan Meituan, dan topik yang sedang tren di  Weibo (aplikasi mirip-Twitter di Tiongkok), misalnya.

Tidak jelas bagaimana Partai Komunis Tiongkok bermaksud untuk mengatur algoritme yang mendukung teknologi semacam itu. Tetapi beberapa pedoman umum telah digariskan.

Sebuah pendekatan regulasi multi-cabang harus ditetapkan untuk memantau keamanan algoritme, arsip, dan perilaku ilegal, menurut pernyataan CAC dalam bahasa Mandarin, sambil menekankan bahwa inovasi eknologi itu harus dipertahankan.

Pengumuman tersebut, yang mengatakan bimbingan itu akan memakan waktu sekitar tiga tahun untuk diluncurkan, datang sebulan setelah CAC merilis satu set pedoman draft mengenai bagaimana algoritme harus berperilaku.

Beberapa di antaranya mungkin berasal dari kekhawatiran yang sah seputar perusahaan teknologi tertentu yang menggunakan algoritme untuk memanipulasi hasil atau peringkat, dan mengarang popularitas topik-topik tertentu di atas yang lain, atau membuat pengguna menjadi lebih ketagihan. 

CAC berhati-hati untuk menyatakan bahwa peraturan tersebut semacam itu akan menguntungkan konsumen dan pengguna online.

Satu ketentuan tertentu akan berdampak luas. Ketentuan itu mengatakan algoritme teknologi harus mempromosikan nilai-nilai arus utama (baca: disetujui Partai Komunis Tiongkok), dan mengharuskan konten model-model algoritmik diturunkan (baca: dihilangkan) yang dapat mengganggu tatanan ekonomi atau sosial.

Mirip dengan aturan yang ditempatkan pada penduduk Tiongkok, algoritme teknologinya juga harus disensor, setia kepada Partai Komunis  Tiongkok, dan harus mematuhi semua Pemikiran Xi Jinping mengenai Sosialisme dengan  Karakteristik Tiongkok.

Jika tampak seperti sebuah penjangkauan yang berlebihan, maka seseorang yang belum menaruh perhatian. Dalam beberapa bulan terakhir, pemimpin Tiongkok Xi Jinping memulai kampanye untuk membentuk kembali masyarakat Tiongkok dan pengembangan masa depan Tiongkok, dalam segala hal mulai dari pendidikan anak-anak, video game hingga hak-hak pekerja. Dan peraturan untuk mengendalikan bagaimana algoritme komputer berinteraksi dengan pengguna manusia, tentu perlu menjadi bagian dari upaya itu.

Kita tahu Xi Jinping memiliki ambisi untuk mengendalikan atau memengaruhi internet global, mengingat kepentingan strategis Tiongkok dalam membentuk wacana sosial dan politik. Dan, mudah untuk melihat bagaimana perkembangan terbaru ini cocok dengan kerangka itu. Kode komputer menjadi sebuah bentuk tenaga kerja tanpa biaya pengganda, dalam upaya Partai Komunis Tiongkok untuk mempengaruhi dan mengawasi pikiran seseorang.

Dari sebuah sudut pandang ekonomi, terutama bagi investor Amerika Serikat yang memegang posisi di perusahaan teknologi Tiongkok semakin tunduk pada  mekanisme kendali Tiongkok ini, kalkulus menjadi lebih berbelit-belit. 

Perusahaan seperti Didi dan Alibaba terdaftar di pasar saham Amerika Serikat, dan jutaan orang Amerika Serikat memegang sahamnya baik secara langsung maupun tidak langsung melalui reksa dana atau Exchange Traded Fund. Dana-dana pensiun Amerika Serikat–”melalui modal ventura dan ekuitas swasta  juga pemegang saham di perusahaan seperti perusahaan induk ByteDance TikTok.

Selain membaca dengan teliti laporan pendapatan dan mengikuti  laporan pendapatan dan neraca perusahaan ini, para pemegang saham juga harus menyadari masalah tata kelola dan meningkatkan kendali Partai Komunis Tiongkok atas manajemen korporasi. Pemegang saham tentu harus menerima bahwa perusahaan yang mereka “miliki” akan mengikuti agenda masa depan Xi Jinping.

Pertanyaannya kemudian menjadi, haruskah investor Amerika Serikat terlibat dalam hal ini? (Vv)

FOKUS DUNIA

NEWS