Kepala Ilmuwan WHO : Vaksin Hanyalah Sebuah Sarana, Bukan Obat Mujarab

oleh Zhu Ying

 Dr. Soumya Swaminathan, Kepala Ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah wawancara dengan media mengatakan bahwa vaksin hanyalah sebuah sarana, bukan obat mujarab. Akibat terus bermutasinya virus, tidak mungkin mengandalkan vaksin untuk mengakhiri epidemi COVID-19, dan penting juga untuk terus menekankan penggunaan langkah-langkah pencegahan epidemi lainnya untuk mencegah penyebarannya.

“vaksin hanyalah sarana, bukan obat mujarab (silver bullet), meskipun vaksin sangat efektif dalam mencegah penyakit serius ….. tetapi vaksin tidak 100% efektif melawan infeksi,” kata Dr. Soumya Swaminathan menerima wawancara dari media Jerman ‘Deutsche Welle’ pada Minggu (24/10/2021).

Swaminathan mengatakan bahwa vaksinasi tidak berarti bahwa seseorang tidak akan menularkan virus ke orang lain yang berisiko tinggi. Bahaya sebenarnya adalah munculnya varian virus baru, sehingga orang yang sudah divaksinasi pun masih berpotensi terinfeksi oleh varian virus.

Ia menunjukkan bahwa hari ini masih dapat kita lihat bahwa negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi juga memiliki tingkat infeksi yang semakin tinggi. Sedangkan dengan tingginya tingkat penularannya, maka semakin menunjang virus bermutasi.

“Ada argumen ilmiah yang patut disimak baik-baik, yaitu terus menggunakan langkah-langkah pencegahan epidemi lainnya sampai orang-orang di seluruh dunia terlindungi”, kata Dr. Soumya Swaminathan.

Swaminathan percaya bahwa satu-satunya cara untuk mengakhiri pandemi ini adalah agar dunia menjadi lebih bersatu, dan bahwa negara-negara kaya dapat sepenuhnya berbagi alat, vaksin, diagnostik, dan perawatan yang mereka miliki dengan negara-negara miskin dan terbelakang lainnya dalam upaya untuk mendeteksi, mengobati dan mencegah orang meninggal.

Menurut laporan BBC berbahasa Mandarin, saat ini ada ribuan jenis virus komunis Tiongkok (COVID-19) dan variannya yang menyebar di seluruh dunia. Virus telah bermutasi sepanjang waktu, dan sekarang ditemukan lagi di Inggris varian virus baru yang disebut ‘Delta+’ (Delta Plus) oleh beberapa orang. Nama resmi varian ini adalah ‘AY.4.2’ dan sekarang sedang menyebar dengan cepat di Inggris. Pakar Inggris mengatakan bahwa virus varian baru ini dapat menyebar lebih mudah daripada varian Delta biasa.

Badan Kesehatan dan Keselamatan Inggris (UKHSA) telah meningkatkan status virus mutan ini ke dalam kategori varian yang sedang diselidiki.

Baru-baru ini, jumlah rawat inap dan kematian yang dikonfirmasi di Inggris secara signifikan lebih tinggi daripada negara-negara tetangganya. Inggris mengumumkan pada hari Senin (25 Oktober) bahwa jumlah kasus yang dikonfirmasi dalam satu hari adalah 49.156. Ini merupakan jumlah kasus terkonfirmasi tertinggi sejak bulan Juli tahun ini.

Para ahli seperti Jeffrey Barrett, Direktur Program Genomik COVID-19 di Wellcome Sanger Institute di Cambridge, dan Francois Balloux, Direktur Institut Genetika di University College London, menunjukkan bahwa kemampuan penularan dari varian virus ‘AY.4.2’ tampaknya menjadi 10% -15% lebih tinggi dari varian Delta. Sedangkan strain virus Delta saat ini merupakan strain virus corona baru utama yang menyebar secara global. (sin)