Zhu Ying
Putaran epidemi Virus Komunis Tiongkok (COVID-19) telah menyebar ke 20 provinsi di daratan Tiongkok. Pada akhirnya pihak berwenang mengakui adanya perubahan DNA Virus.
Menurut “Beijing Evening News”, epidemi di daratan Tiongkok telah menyebar ke 20 provinsi, daerah otonom dan kotamadya, yaitu Shaanxi, Qinghai, Gansu, Mongolia Dalam, Ningxia, Beijing, Shandong, Hebei, Heilongjiang, Jiangsu, Yunnan , Guizhou, Sichuan, Chongqing, Jiangxi, Hunan, Hubei, Zhejiang, Liaoning dan Henan.
Pejabat setempat mengklaim total 873 kasus yang dikonfirmasi. Ini tidak termasuk infeksi tanpa gejala. Di antara mereka, jumlah orang yang terinfeksi di provinsi Hebei dan Heilongjiang meningkat pesat dalam 5 hari terakhir.
Di antaranya, wabah di setidaknya 15 provinsi terkait dengan kelompok turis Mongolia Dalam. Chongqing, Jiangsu, Henan, dan Liaoning mulai berjangkit sejak 3 November, sementara jumlah orang yang terinfeksi di Hebei dan Heilongjiang telah meningkat pesat dalam lima hari terakhir.
Kota Shijiazhuang di Provinsi Hebei, yang sangat dekat dengan Beijing, ditutup semalaman, sementara Kota Heihe di Heilongjiang menutup semua supermarket untuk “manajemen lockdown secara ketat.” Mutasi virus telah terdeteksi pada beberapa pasien.
Menurut sebuah laporan oleh media resmi rezim Tiongkok Xinhua News Agency, Kelompok Kerja Heilongjiang dari Kelompok Pencegahan dan Pengendalian Bersama Dewan Negara Tiongkok mengakui pada Jumat (5/11/2021) bahwa wabah baru di Kota Heihe parah dan rumit. Berdasarkan sequensi genetik telah menunjukkan beberapa rantai transmisi berkembang pada saat yang sama, disebabkan oleh virus dengan urutan DNA yang berbeda dari yang sebelumnya terlihat di Tiongkok.
Menurut Australian Financial Review, wakil direktur jenderal Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok, Feng Zijian, mengakui pada pada bulan Juni bahwa Tiongkok tidak mungkin terbuka seperti Amerika Serikat, karena tingkat infeksinya yang rendah berarti bahwa para pejabat tidak memiliki cukup data untuk menentukan efektivitas peluncuran vaksinnya.
Saat epidemi di daratan Tiongkok terus menyebar luas, pemerintah daerah di berbagai provinsi dan kota di Tiongkok, terus mengintensifkan upaya mereka untuk memperkenalkan langkah pencegahan dan pengendalian epidemi yang semakin ekstrem. Dalam proses ini, sebuah kelompok baru yang terdiri dari puluhan ribu kasus berasal dari istilah —‘Pembagi Ruang dan Waktu’
Disebut ‘Pembagi Ruang dan Waktu’ bukanlah penjelajah ruang-waktu seperti yang dibayangkan kebanyakan orang. Akan tetapi maksudnya “kontak mencurigakan” dari kasus COVID-19. Yang mana, telah diklasifikasikan melalui Big Data oleh pemerintahan komunis Tiongkok melalui penentuan posisi ponsel.
Banyak orang belum pernah ke daerah epidemi yang diumumkan secara resmi atau menghubungi pasien yang dikonfirmasi, tetapi tiba-tiba menemukan “kode kesehatan” di ponsel mereka entah bagaimana berubah menjadi kode kuning. Kemudian mereka diberitahu bahwa mereka telah menjadi ‘Pembagi Ruang dan Waktu’. Mereka kemudian harus melaporkan keberadaan baru-baru ini kepada pihak pemerintah setempat. Selanjutnya mengikuti dua kali tes COVID-19 dalam waktu 3 hari. Meski hasil pemeriksaan keduanya negatif, mereka tetap harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari dan tidak boleh keluar selama periode tersebut.
Klasifikasi resmi Komunis Tiongkok dari apa yang disebut “‘Pembagi Ruang dan Waktu’” didasarkan pada teknologi penentuan posisi ponsel. Jika ditemukan nomor ponsel dari objek yang dipantau, ternyata bersamaan dengan nomor ponsel dari orang yang dikonfirmasi terinfeksi COVID-19 dengan jarak lingkup berkisar 800 X 800 meter, berlangsung selama 10 menit, dan masa akumulatif nomor ponsel salah satu pihak melebihi 30 jam dalam 14 hari terakhir, maka pemegang nomor ponsel tersebut dikategorikan sebagai ‘Pembagi Ruang dan Waktu’
Beberapa media Taiwan menggunakan bahan bangunan sebagai analogi untuk menjelaskan istilah ini. Media Taiwan menyebutnya bak “jaringan ruang-waktu” yang secara resmi ditentukan oleh rezim Tiongkok berukuran sekitar 90 stadion sepak bola standar internasional. Oleh karena itu, puluhan ribu orang-orang di daratan Tiongkok secara tidak masuk akal menjadi ‘Pembagi Ruang dan Waktu’” di bawah kendali secara ketat.
Biro Keamanan Umum Chengdu Provinsi Sichuan baru-baru ini mengakui bahwa sejak 3 November hingga saat ini, sebanyak 82.000 orang di Chengdu telah ditemukan dalam risiko ‘Pembagi Ruang dan Waktu’
Beberapa netizen daratan Tiongkok mengungkapkan perasaan mereka tentang langkah ini. Mereka menciptakan puisi baru berjudul ‘Pembagi Ruang dan Waktu’ yang dipopulerkan di platform jejaring sosial.
Puisi itu berbunyi: “Aku berjalan di tempat yang pernah kamu jalani, apakah ini dihitung sebagai reuni? Aku meniup angin yang pernah kamu hembuskan, apakah ini dihitung sebagai pelukan? Kita tak pernah bertemu dalam jarak 800 meter! Tapi kamu ingin aku menunggu satu sama lain selama 14 hari. Beberapa orang mengatakan itulah cinta dan hasrat, oh tidak, ini adalah epidemi.” (hui/asr)