Taliban merebut kekuasaan di Afghanistan pada 15 Agustus 2021. Selama 100 hari pertama pemerintahannya, lebih dari 257 organisasi media di Afghanistan menghentikan operasinya, mengakibatkan lebih dari 70% pekerjaan media menganggur atau meninggalkan Afganistan.
Media radio dan televisi Afghanistan “Tolo News” mengutip laporan organisasi perlindungan hak media “NAI Support Afghan Open Media Organization” (NAI SOMA), bahwa setelah Taliban berkuasa, lebih dari 257 organisasi media tutup disebabkan oleh sejumlah faktor seperti kesulitan keuangan atau kontrol pemerintah yang ketat menutup bisnis. Media tersebut termasuk surat kabar, majalah, radio dan stasiun televisi.
Laporan itu juga mengatakan bahwa enam wartawan Afghanistan telah kehilangan nyawa mereka dalam 100 hari terakhir. Penyebab kematian termasuk serangan bersenjata, pemboman, bunuh diri atau kecelakaan lalu lintas.
Laporan itu mengutip wartawan media Jan Aqa Hakimi yang mengatakan: “Media menghadapi masalah keuangan dan banyak wartawan media kehilangan pekerjaan.”
“Baru-baru ini, terbatasnya akses informasi menyebabkan kesulitan bagi wartawan. Kementerian Dakwah dan Pencegahan Keburukan Taliban meningkatkan kekhawatiran tentang pembatasan lebih lanjut pada aktivitas media,” ujar Wartawan lainnya, Abdurraqib Fayaz.
Wartawan lain juga mengatakan bahwa, sejauh ini Taliban telah mengeluarkan dua daftar prinsip operasi media, yang telah menimbulkan kekhawatiran tentang pembatasan aktivitas media di negara itu. Pejabat Taliban telah berulang kali mengklaim bahwa mereka akan bekerja keras untuk melindungi kebebasan berbicara di media, “tetapi para wartawan belum melihat hasil yang positif.” (hui)