Pemerintah Tiongkok Menggunakan Iklim Sebagai Senjata untuk Menyerang Ekonomi Dunia

oleh Zhao Fenghua dan Yu Wei

Organisasi nirlaba Inggris ‘Yayasan Kebijakan Pemanasan Global’ (Global Warming Policy Foundation) pada Senin 13 Desember merilis sebuah laporan yang merinci manipulasi perjanjian iklim internasional yang dilakukan oleh pemerintah Tiongkok. Laporkan menyimpulkan bahwa pemerintah Tiongkok telah mengubah isu iklim global menjadi senjata untuk melawan Barat.

Laporan dari ‘Global Warming Policy Foundation’ ini berjudul ‘China’s Energy Dream’. Pada bagian utama dari laporan yang memiliki 13 halaman ini, memuat setidaknya 4 buah gambar ilustrasi dari periode Revolusi Kebudayaan.

Penulis laporan tersebut, Patricia Adams mengatakan : Pada Konferensi Perubahan Iklim PBB, Beijing menunjukkan belangnya dengan niat untuk memudarkan teks hingga menjadi tidak bernilai. (Beijing revealed its hand at COP26, ensuring that the text was watered down to the point of being meaningless).

Laporan tersebut mengatakan bahwa pada KTT iklim, pemerintah Tiongkok bersikeras untuk mengubah kesepakatan yang berisikan rencana penghapusan secara bertahap terhadap pembangkit listrik tenaga batu bara, menjadi mengurangi secara bertahap. Sehingga Beijing selain dapat menyatakan komitmennya terhadap energi bersih, tetapi juga dapat terus mengoperasikan pembangkit listrik tenaga batu bara, tidak perlu mengorbankan ketergantungannya yang besar terhadap bahan bakar fosil.

Laporan tersebut menyimpulkan : Tanpa diragukan lagi, mempertahankan kelangsungan hidup rezim merupakan tugas prioritas pemerintah Tiongkok. Mengejar pengurangan emisi karbon dioksida di Tiongkok tidak kondusif untuk mencapai tujuan mempertahankan kekuasaan Partai Komunis Tiongkok, juga tidak kondusif untuk menjadi negara adidaya dunia di masa mendatang. Pengurangan emisi karbon hanya akan menguntungkan mereka yang memang hendak dirusak dan digantikan.

Patricia Adams percaya bahwa sementara Beijing memanfaatkan perubahan iklim untuk menunjang pertumbuhan ekonomi, mereka juga menggunakan kebijakan terkait perubahan iklim untuk dijadikan sebagai senjata guna melemahkan kemampuan ekonomi negara lain, terutama negara-negara maju. (sin)