NTDTV.com
Sejak Rusia menginvasi Ukraina, kota utara Slavutych, yang jarang mengalami kekerasan, tiba-tiba mendengar tembakan pada 25 Maret. Pasukan Rusia menduduki sebuah rumah sakit dan menculik walikota. Setelah ribuan warga turun ke jalan untuk memprotes, walikota dibebaskan dengan selamat dan tentara Rusia dipaksa kembali ke pinggiran kota
Slavutych terletak sekitar 161 kilometer utara ibukota Kyiv, dekat dengan Belarus. Kota tersebut terletak tepat di luar zona pengecualian keselamatan di sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl yang ditinggalkan, didirikan setelah bencana nuklir 1986 untuk menampung karyawan pabrik tersebut.
Gubernur wilayah Kyiv, Oleksandr Pavlyuk, mengatakan pada aplikasi percakapan Telegram pada 26 Maret bahwa tentara Rusia menculik Walikota Yuri Fomichev dan kemudian membebaskannya.
Pavlyuk mengatakan bahwa ratusan penduduk kota Slavutych, membawa bendera Ukraina dengan ukuran besar, turun ke jalan-jalan di sekitar rumah sakit yang diduduki untuk memprotes invasi Rusia. “Rusia melepaskan tembakan ke udara dan melemparkan bom kejut ke kerumunan massa. Akan tetapi penduduk tidak bubar, justru lebih banyak orang-orang turun ke jalan.”
Media lokal melaporkan bahwa Fomichev berbicara kepada orang banyak setelah pembebasannya.
Dalam sebuah video yang disertifikasi oleh The New York Times, Fomichev mengatakan : “Saya bernegosiasi dengan penjajah selama penahanan, dan kedua belah pihak sepakat bahwa jika pasukan kami tidak memasuki kota, semuanya akan baik-baik saja.”
“Kota Slavutych masih mengibarkan bendera Ukraina!”
Namun dia menambahkan bahwa tentara Rusia meminta warga untuk menyerahkan senjata mereka, dan tidak ada lagi polisi militer Ukraina di kota itu. Oleh karena itu, akan mengirim personel yang bertugas untuk menghindari penjarahan, kekacauan dan kekacauan.
Sebelum itu, Fomichev memposting di Facebook bahwa “Slavutych diduduki hari ini dan tiga orang dipastikan tewas.”
Seorang pejabat senior Ukraina mengatakan bahwa total 5.208 orang dievakuasi dari berbagai kota Ukraina melalui koridor kemanusiaan pada 26 Maret, sebanyak 7.331 orang yang berhasil dievakuasi pada hari sebelumnya. (hui)