[4 Aspek Tujuan Strategis AS]
Fuyao : Baiklah, terima kasih Mr. Fang Wei. Kepada Mr. Wang He, bagaimana pandangan Anda tentang rencana dan tujuan Biden ?
Mr. Wang He : Saya sangat setuju dengan sudut pandang ini : Kerangka ekonomi Asia-Pasifik yang diluncurkan Biden saat ini ditujukan untuk melawan Tiongkok. Jadi untuk melawan Tiongkok, proses operasi spesifiknya, atau tujuan strategisnya, saya membaginya ke dalam 4 aspek.
Aspek pertama, ekonomi global kini terbagi menjadi tiga pilar : Asia, Eropa, dan Amerika Utara. Eropa memiliki Uni Eropa, Amerika Utara memiliki Area Perdagangan Amerika Utara (NAFTA) yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dan di seluruh Asia-Pasifik, Tiongkok telah menandatangani RCEP. Dengan cara ini, tujuan Tiongkok adalah untuk memainkan pengaruhnya di ketiga pilar itu yang bertujuan akhir untuk menyaingi Amerika Serikat.
Sebenarnya, pemerintah AS telah melihat masalah ini sejak era pemerintahan Obama, ketika itu mereka sudah mengusulkan “kembali ke Asia”. Karena Trump menarik diri dari TPP, sehingga kerangka kerja sama ekonomi antara Amerika Serikat dengan kawasan Asia-Pasifik terputus. Sejak tahun lalu, pemerintahan Biden telah mengusulkan gagasan kerangka ekonomi Indo-Pasifik yang akhirnya berhasil diluncurkan secara resmi tahun ini.
Artinya, ketika seluruh globalisasi ekonomi mulai berbalik, ketika tiga pilar sektor ekonomi saling berhadapan, Amerika Serikat perlu campur tangan di kawasan Asia-Pasifik, dan tidak membiarkan Tiongkok mendominasi pengaruhnya di kawasan Asia-Pasifik. Ini dari perspektif struktur ekonomi.
Kedua adalah, IPEF memiliki konten besar yang ditujukan untuk mengembangkan ekonomi digital.
Tiongkok menganggap ekonomi digital sebagai area penting untuk “mengubah jalur dan menyalip” dalam persaingan dengan Amerika Serikat. Amerika Serikat saat ini memiliki keunggulan komprehensif di seluruh ekonomi digital, tetapi Tiongkok memiliki kecenderungan yang kuat untuk mengejar. Persaingan antara Tiongkok dengan Amerika Serikat akan menentukan pola ekonomi seluruh dunia di masa depan. Oleh karena itu, dalam seluruh kerangka ekonomi Asia-Pasifik, Amerika Serikat menganggap ekonomi digital sebagai inti dari segala inti (core of the core).
Kita tahu di TPP sudah ada kerangka ekonomi digital. Kini Amerika Serikat mengeluarkan lagi kerangka ekonomi digital di TPP yang telah mereka sepakati sebelumnya itu dengan melakukan beberapa pembaharuan, sehingga dominasi kerangka ekonomi digital dunia berada di tangan Amerika Serikat.
Ketiga adalah, sistem ekonomi Tiongkok adalah ekonomi non-pasar, tetapi dikuasai oleh komunis dan berjalan di bawah kendali kuat pemerintah. Jadi merupakan ancaman dan tantangan besar bagi dunia. Ketika ada perusahaan internasional besar atau perusahaan multinasional ingin bersaing dengan perusahaan Tiongkok, apa yang mereka hadapi adalah sebuah rezim, satu perusahaan yang harus berhadapan dengan sebuah rezim, suatu situasi yang sangat tidak setara.
Oleh karena itu, Amerika Serikat ingin membuat Tiongkok yang menganut sistem ekonomi non-pasar …. yang dianggapnya sebagai distorsi ekonomi internasional ini untuk dilawan. Ini juga merupakan bagian penting dari kerangka ekonomi Indo-Pasifik.
Keempat, pemerintah Tiongkok meluncurkan inisiatif ‘Sabuk dan Jalan’ (One Belt One Road. OBOR) untuk memperluas pembangunan di bidang infrastruktur global.
Tiongkok, yang dijuluki “maniak infrastruktur” memiliki beberapa keunggulan dalam hal ini. Tapi mereka telah melakukan dua hal negatif dalam rangkaian pembangunan infrastruktur global, yaitu yang pertama adalah mengekspor korupsi, sehingga dalam keseluruhan proses pelaksanaan OBOR, banyak kepala negara hingga pejabat senior dipecat karena terlibat dalam kasus korupsi. Kedua, menciptakan jebakan utang. Contohnya adalah Sri Lanka yang sekarang mengalami krisis ekonomi yang hebat dan menghadapi banyak masalah sosial.
Belakangan ini pemerintahan Biden meluncurkan prakarsa ‘Membangun Dunia yang Lebih Baik’ (B3W), dan Uni Eropa juga bergabung untuk menyaingi Tiongkok dalam pembangunan infrastruktur dan memberi dunia pilihan yang berbeda dengan yang ditawarkan komunis Tiongkok.
Jadi kita melihat bahwa kerangka ekonomi Indo-Pasifik yang diusulkan oleh pemerintahan Biden sangat kaya akan konten. Dia ingin melakukan persaingan penuh dengan Tiongkok, selain cukup ekstrem dalam persaingannya, juga sangat tepat sasaran dan kuat.
Pertanyaannya sekarang adalah bahwa gagasan mereka sangat besar, tetapi apakah cara yang diterapkan dapat membuat seluruh negara Asia Tenggara mengikuti Amerika Serikat ? Daya tarik ekonomi apa yang bisa AS berikan ? Ini akan menjadi tanda tanya.
Jadi untuk saat ini, karena kerangka tersebut baru lahir dan sedang bernegosiasi, kita belum berani memprediksi sejauh apa perkembangannya di kemudian hari.
[Tiongkok langsung “mencak-mencak” setelah dijadikan sasaran gempur]
Fuyao : Baiklah, terima kasih Mr. Wang He atas analisisnya yang terperinci. Untuk strategi Indo-Pasifik Amerika Serikat ini, tampaknya pemerintah Tiongkok langsung menanggapinya. Wang Yi mengatakan bahwa mereka menentang upaya untuk menciptakan perpecahan dan konfrontasi. Mr. Fang Wei, apa pendapat Anda tentang tanggapan Tiongkok itu ?
Mr. Fang Wei : Karena sasarannya jelas diarahkan kepadanya (Tiongkok), jadi menyentuh saraf sensitifnya.
Volume perdagangan antara Tiongkok dengan ASEAN adalah dua kali lipat daripada volume perdagangan AS – ASEAN. Faktanya, dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah Tiongkok telah membangun pengaruh yang kuat di ASEAN, dan negara-negara ASEAN kecil ini sebenarnya cukup was-was, cukup berhati-hati agar tidak menyinggung perasaan kedua “boss” ini. Oleh karenanya, negara-negara ini sekarang menjadi incaran yang ingin diraih baik oleh Tiongkok maupun Amerika Serikat. Dan, kerangka ekonomi Indo-Pasifik ini secara langsung merupakan tindakan Amerika Serikat untuk menarik negara-negara di Asia-Pasifik tersebut agar berpihak kepada Amerika Serikat.
Jadi bagi Tiongkok, ia merasa jijik dan tidak aman, harus angkat bicara. Tentu saja, bagaimanapun, orang akan tetap melakukannya, ini adalah kebijakan yang ditetapkan Amerika Serikat. Meskipun volume perdagangan AS dengan ASEAN tidak besar, tetapi pemerintah AS adalah pemerintah yang ramah. Dia memiliki tradisi yang sangat baik di masa lalu. Dia memperkenalkan kerangka ini… Sebagaimana yang baru saja disampaikan oleh Mr. Wang He bahwa dalam soal karakteristik bantuan keuangan yang baik, Amerika Serikat sebenarnya memiliki keunggulan, dia memiliki keunggulan moral.
Ini semua menyentuh saraf sensitif komunis Tiongkok, dia akan berpikir bahwa jika Anda melakukan ini, secara jangka panjang dia akan kalah saing sehingga perlu angkat bicara.
[Taiwan belum bergabung dengan IPEF, apakah strategi operasional AS atau takut dengan Tiongkok ?]
Fuyao : Ada hal lain yang cukup menarik perhatian yakni Taiwan yang ingin bergabung dalam kerangka ekonomi Indo-Pasifik ini tetapi gagal menjadi anggota pendiri. Kementerian Luar Negeri Taiwan merasa menyesal dan mengatakan bahwa mereka akan terus memperjuangkan agar dapat bergabung. Penasihat keamanan nasional pemerintahan Biden, Jake Sullivan sebelumnya pernah mengatakan bahwa Taiwan tidak akan menjadi anggota pendiri, tetapi Washington ingin memperdalam hubungan ekonomi dengan Taiwan.
Bagaimana pendapat Anda tentang tidak masuknya Taiwan dalam kerangka itu ?
Mr. Fang Wei : Saya pikir hal itu sudah terprediksi. Jika masalah ini timbul di pemerintahan Trump, Taiwan pasti akan dijadikan salah satu negara pendiri. Nah, bagaimana bisa menjadi begini sekarang ? Kita tahu bahwa Blinken yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, dan dia memang mewarisi banyak kebijakan Trump yang meletakkan Tiongkok sebagai ancaman terbesar bagi Amerika Serikat, tidak hanya dalam pandangan politisi, tetapi juga di benak kementerian pada kabinet AS dan para pejabat karir di Amerika Serikat — dari Pentagon hingga Kementerian Kehakiman hingga Perdagangan. Mereka telah melakukan banyak hal internal sekarang … termasuk lewat pendidikan atau perdebatan, sehingga situasi mereka sekarang telah berbalik.
Tapi masih terganjal oleh keengganan Kementerian Luar Negeri dan pemerintah AS untuk menunjukkan di depan umum adanya rasa khawatir kalau sampai menyulut kemarahan Beijing.
Padahal mereka sudah bersaing secara terbuka, sudah dilakukan, sudah sampai di depan pintu, tetapi masih enggan untuk bersikap. Inilah keterbatasan yang ditunjukkan oleh pemerintahan Biden saat ini. Mereka tahu bagaimana seharusnya melakukan, dan semua kenyataan, semua rel yang telah dibangun di masa lalu sudah menggiring mereka tiba sampai situasi sekarang ini, tetapi toh mereka belum bersedia melangkah karena hatinya masih merasa takut.
Jadi yang tercermin adalah bahwa meskipun Taiwan adalah inti, chip dan semikonduktor Taiwan yang merupakan inti dari seluruh rantai pasokan, tetapi Taiwan justru tidak menjadi salah satu organisasi pendiri IPEF. Padahal Taiwan juga ingin masuk, tetapi AS tidak berani membiarkannya masuk. lalu mengatakan bahwa kami telah berhasil menikam Tiongkok, tetapi tusukannya jangan terlalu dalam.
Inilah mentalitas pemerintahan Biden yang saya pantau.
Fuyao : Baiklah, terima kasih Mr. Fang Wei. Saya akan beralih ke Mr. Wang He untuk menanyakan bagaimana pandangan Anda ?
Mr. Wang He : Saya setuju dengan sebagian dari pandangan Mr. Fang Wei bahwa kebijakan AS terhadap Tiongkok saat ini sangat terbatas. Meskipun dia telah mewarisi banyak praktik pemerintahan Trump, tetapi dalam hal pemikiran strategis, Biden telah membuat langkah mundur yang besar, jadi saya tidak akan berbicara lebih banyak tentang hal ini.
Namun, pemerintahan Biden tidak memasukkan Taiwan sebagai anggota pendiri saya pikir itu bukan karena takut dengan Tiongkok, tetapi lebih pada mempertimbangkan masalah strategi operasional.
Kita tahu bahwa sekarang ada 13 anggota pendiri, yang sebagian besar adalah negara-negara ASEAN yang selama ini enggan untuk memihak antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. Meskipun di bidang militer dan keamanan mereka mengandalkan Amerika Serikat, tetapi dalam bidang ekonomi mereka mengandalkan Tiongkok. Sehingga terbentuklah kebijakan jalur ganda seperti itu. Sekarang baik Tiongkok maupun Amerika Serikat bersaing untuk menggaet negara-negara ASEAN yang “benci tetapi takut” kepada Tiongkok, jadi hatinya sangat rumit.
Sekarang Amerika Serikat ingin membangun sebuah aliansi terpadu dalam strategi global, pemerintahan Biden percaya bahwa abad ke-21 adalah konfrontasi antara demokrasi dan otokrasi, dan dia ingin membangun aliansi besar dunia demokrasi. Biden mengadakan KTT Demokrasi Global tahun lalu, dan tahun ini di kawasan Asia-Pasifik, dia ingin mengembangkan strategi aliansi Amerika Serikat untuk menghadapi front persatuan komunis Tiongkok.
Kita tahu apa yang dilakukan pemerintahan Biden sebelum pertemuan ini ? Dia mengundang 8 kepala negara ASEAN ke Gedung Putih untuk pertemuan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Biden kemudian berbicara lewat sambungan telepon dengan Perdana Menteri India, dan kedua belah pihak juga mengadakan negosiasi.
Setelah hal-hal ini dilakukan, Biden baru berkunjung ke Asia dan pada saat itu secara terbuka mengusulkan kerangka ekonomi Indo-Pasifik. Tujuannya tak lain adalah untuk mewujudkan gagasannya. Jika sejak awal Taiwan dimasukkan, karena negara-negara ASEAN masih takut terhadap Tiongkok, bisa-bisa kesulitan yang dihadapi akan jauh lebih banyak.
Jadi saya pikir pemerintahan Biden tidak memasukkan Taiwan sebagai pendiri IPEF adalah pertimbangan dari sudut pandang strategis.
Tapi, masalah Taiwan sangat penting, bagaimana Amerika Serikat mengatasi masalah ini ? Pertama, ia dapat menerapkan kebijakan jalur ganda, membuat terobosan besar dalam hubungan bilateral antara Amerika Serikat dengan Taiwan. Misalnya, Amerika Serikat dan Taiwan menandatangani perjanjian perdagangan bebas, yang telah diupayakan Taiwan selama bertahun-tahun. Kedua, ia juga dapat menjadikan Taiwan sebagai target putaran berikutnya agar Taiwan bisa masuk pada kerangka ekonomi Indo-Pasifik.
Saya pikir dari sudut pandang operasional, hal ini dapat dimengerti. Karena Amerika Serikat sudah menjelaskannya, sejak TPP… pemerintahan Obama saat itu sudah mengatakan bahwa TPP ditujukan untuk menghadapi komunis Tiongkok. Kali ini, kerangka ekonomi Indo-Pasifik kembali memperjelas arah tujuannya adalah untuk menyaingi Tiongkok, tidak ada yang disembunyikan. Dalam hal ini, saya pikir ini adalah masalah strategi yang telah dipertimbangkan lebih jauh oleh pemerintahan Biden.
Fuyao : Baik. Saya akan bertanya lagi kepada Mr. Wang He, apakah tidak memasukkan Taiwan ke dalam putaran pertama IPEF akan berdampak kepada Taiwan ?
Mr. Wang He : Saya pikir Taiwan sendiri juga telah melihatnya dengan sangat jelas. Bukankah Menteri Ekonomi Taiwan sudah mengatakan bahwa pemerintahan Biden pasti akan menggunakan cara pendekatan lainnya.
Setelah ditingkatkannya status hubungan AS – Taiwan, semua orang dapat melihat bahwa Biden serta pemerintah sebelumnya telah membuat banyak pernyataan publik guna memastikan keamanan Taiwan. Ini sudah merupakan satu langkah besar. Jadi dalam hal ini saya tidak percaya jika kepercayaan Taiwan terhadap pemerintahan Biden akan goyah.
Sekarang apa pertanyaan selanjutnya ? Adalah bagaimana AS dan Taiwan melakukan beberapa kerjasama substantif, agar perjanjian perdagangan bebas bilateral dapat ditandatangani sesegera mungkin, sehingga hubungan ekonomi antara Amerika Serikat dengan Taiwan dapat dapat maju secara komprehensif dan secara substantif lebih cepat.
Kita tahu bahwa di bawah tekanan pemerintah Tiongkok, Taiwan pada dasarnya tidak dapat menandatangani perjanjian perdagangan bebas dengan negara-negara lain di dunia karena dikucilkan. RCEP juga sangat penting bagi Taiwan, tetapi karena RCEP didominasi oleh Tiongkok, jadi Taiwan tidak memiliki kesempatan untuk masuk.
Dalam situasi seperti ini, Tiongkok ingin mengubah Taiwan menjadi seorang anak yatim piatu ekonomi yang hanya bisa memilih untuk berlindung dalam pelukan Tiongkok. Dari sudut pandang strategis, Amerika Serikat seharusnya membantu Taiwan menerobos, memberi contoh dan menandatangani perjanjian ini dengan Taiwan.
Kita tahu bahwa Amerika Serikat memiliki tradisi isolasionisme dalam sejarah negaranya, jadi dia telah lama menolak menandatangani perjanjian perdagangan bebas. Dengan siapa perjanjian perdagangan pertama yang ditandatangani AS ? Itu adalah Israel di tahun 1985. Maksud penandatanganannya saat itu bukan karena pertimbangan ekonomi. Pada tahun 1985, surplus perdagangan AS terhadap Israel adalah sebesar USD. 50 miliar, tetapi pada tahun 1992, setelah perjanjian perdagangan ini ditandatangani, Amerika Serikat justru mengalami defisit perdagangan dengan Israel sebanyak beberapa miliar dolar. Apa tujuannya menandatangani kesepakatan perdagangan dengan Israel ? Mendukung Israel secara strategis adalah landasan strategis Timur Tengah AS.
Demikian juga, jika kita menggunakan kasus Israel ini sebagai contoh, dari sudut pandang strategis, Amerika Serikat harus menjadikan Taiwan sebagai landasan strategi Indo-Pasifiknya.
Jadi AS dan Taiwan menandatangani perjanjian perdagangan bebas, atau bahkan Taiwan bergabung dalam kerangka ekonomi Indo-Pasifik, saya pikir itu hanya masalah waktu saja. Pihak berwenang Taiwan tidak perlu mengubah pendirian atau timbul keraguan terhadap AS.
Fuyao : Baik. terima kasih banyak. Kami juga melihat bahwa perjalanan Biden ke Asia kali ini adalah memilih bersinggah dulu ke Korea Selatan dan “mampir” ke pabrik Samsung. Setelah itu baru terbang ke Jepang, untuk mengumumkan kerangka ekonomi Indo-Pasifik. Biden juga berpartisipasi dalam Dialog Keamanan Segiempat (QUAD) dengan pemimpin dari India, Australia dan Jepang yang merupakan landasan strategis lain AS dan sekutunya dalam melawan pengaruh Tiongkok.
Mr. Fang Wei, bagaimana Anda mengartikan jadwal perjalanan seperti itu ?
Mr. Fang Wei : Ya, sangat jelas bahwa pada perjalanan pertama Biden ke Asia, dia tidak memilih berkunjung ke Beijing tetapi Seoul dan Tokyo, dan kemudian berpartisipasi dalam Dialog Keamanan Segiempat (QUAD) yang semua “anak panahnya dilesatkan” menuju Beijing.
Tiongkok juga tidak segan-segan lagi. Menurut saya Tiongkok seharusnya sedikit “membungkukkan diri”, tapi situasi sudah berubah menjadi sedemikian rupa. Tiongkok justru memilih untuk memperjelas sikapnya ingin melakukan perlawanan dengan menggelar latihan militer, latihan maritim di perairan Laut Tiongkok Selatan yang disengketakan.
Akhirnya begitulah jadinya, kedua belah pihak tidak segan-segan lagi untuk saling berkonfrontasi. Padahal in tidak menguntungkan Tiongkok. Dalam proses konfrontasi ini bisa jadi Tiongkok yang roboh, atau tersudut.
Meskipun Biden tidak menyinggung komunis Tiongkok dalam bahasa diplomatiknya, tetapi setiap tindakan, tujuan, pertemuan yang dihadiri di setiap negara selalu bertujuan untuk melemahkan komunis Tiongkok dari persaingannya dengan AS.