oleh Han Fei
Menjelang diselenggarakannya Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok, rumor mengenai “Xi (Jinping) turun Li (Keqiang) naik” tersebar luas di kalangan warga Tionghoa luar negeri, tetapi rumor serupa juga tersebar di pusat politik Beijing.
Generasi kedua merah atau mengacu pada keturunan kedua dari para pejabat tinggi PKT mengungkapkan bahwa, sejumlah pendapat umum terkait dengan menurunkan Xi Jinping dari jabatannya secara diam-diam tersebar luas lewat WeChat, hanya saja untuk membuka dan membacanya butuh kata sandi. Kabarnya kontennya menakjubkan.
Sementara itu, pada 9 Juni, ada 7 orang wakil gubernur dari Provinsi Sichuan dan Shandong serempak menyatakan pengunduran diri mereka. Sebelum Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok, mutasi rotasi personel memang sering dilakukan. Tetapi menjelang Kongres yang ke-20 kali, penyesuaian personil kian intensif yang mencerminkan bahwa perebutan kekuasaan saat ini semakin dengan tanpa tedeng aling-aling.
Zhao Xiao (nama samaran), seorang generasi kedua merah yang saat ini masih aktif menjabat di militer Tiongkok pada 10 Juni memberitahukan kepada media Epoch Times, bahwa rumor politik terutama terkait topik lengsernya Xi Jinping sedang beterbaran di Beijing akhir-akhir ini.
Zhao Xiao mengatakan bahwa rumor-rumor yang berisikan kritikan keras terhadap kebijakan Xi Jinping disebarkan melalui WeChat. Selain itu, juga disebarkan informasi bahwa penyakit yang diderita Xi sudah parah, hidupnya mungkin tidak lama, bahkan mencaci maki Xi dengan kata-kata seperti tiran, fasis, bajingan, idiot, preman dan lainnya. Rumor-rumor itu dienkripsi oleh seseorang lalu diedarkan secara luas.
Zhao Xiao menduga bahwa rumor ini terkait erat dengan sengitnya perebutan kekuasaan di internal pimpinan pusat PKT.
Yuan Hongbing, seorang cendekiawan asal Tiongkok yang sekarang tinggal di Australia dengan mengutip informasi dari sumber yang berkecimpung dalam sistem PKT memberitakan, bahwa golongan yang anti-Xi menghasut serangan opini publik dalam dan luar negeri lewat cara mencaci maki Xi Jinping.
Pada saat yang sama, ada 7 orang wakil gubernur dari Provinsi Sichuan dan Shandong menyatakan pengunduran diri mereka pada 9 Juni. Tampaknya gelombang ganti mengganti pejabat teras menjelang Kongres Nasional semakin tinggi.
Sebelumnya, sudah ada “serombongan” pemimpin tingkat provinsi di beberapa provinsi yang telah mengalami perombakan total.
Yue Shan, seorang komentator politik menjelaskan bahwa, pihak berwenang sedang mengupayakan pemecahbelahan konsentrasi kekuasaan di daerah melalui memperbesar wewenang kontrol pemerintahan pusat.
Sebelumnya, menurut laporan Kantor Berita Xinhua, bahwa ketika berkunjung ke Sichuan, Xi Jinping malahan tidak mengadakan pertemuan dengan pejabat partai dan pemerintah setempat, tetapi bertemu dengan para perwira militer berpangkat kolonel ke atas dan pimpinan resimen yang ditempatkan di sana. Ada dugaan bahwa Xi ingin mempertahankan kekuasaannya dengan meminjam kekuataan bersenjata.
Namun, komentator Epoch Times, Wang He mengungkapkan bahwa kegagalan Xi Jinping dalam menekan penyebaran epidemi melalui kebijakan nol-kasus infeksi, telah menyebabkan ketidakpuasan dari masyarakat dalam dan luar negeri. Dalam keadaan seperti itu, sulit bagi Xi Jinping untuk terus mempertahankan kekuasaan hanya dengan “bersandar” pada kekuataan militer. Apa lagi seringnya melakukan rotasi mutasi perwira yang jelas menimbulkan fenomena dalam instansi di mana “jenderal baru tidak mengenal prajuritnya, dan prajuritnya juga tidak mengenal jenderalnya”. Suasana kecurigaan akan menjadi bahaya tersembunyi bagi Xi yang berniat mengendalikan kekuasaan militer. (sin)