Fu Yao
Kasus bangkit dari kematian dengan meminjam tubuh selama 60 tahun. Meskipun topik ini terdengar seperti cerita dalam film horor, tetapi kasus ini memang benar-benar terjadi.
Kasus bangkit dari kematian dengan meminjam tubuh terjadi di Taiwan lebih dari setengah abad yang lalu.
Saat itu, kasus tersebut sempat menggegerkan seluruh Taiwan. Bahkan pemerintah Taiwan mengirim para ahli untuk menyelidiki kebenarannya. Selama periode tersebut, banyak juga media internasional yang memberitakan, sampai-sampai media Hongkong mengirim kru ke Taiwan untuk melakukan wawancara dan liputan.
Zhu Xiuhua bangkit dari kematian dengan meminjam tubuh
Ceritanya harus dimulai pada tahun 1959. Tahun itu, Wu Qiude, seorang pemilik toko yang menjual bahan bangunan di Kotapraja Mailio, Taiwan memiliki istri bernama Lin Wangyao berusia 37 tahun. Ia kala itu sedang sakit keras. Pada akhirnya Lin Wangyao meninggal dunia yang disaksikan oleh para kerabat dan tetangganya. Kematiannya pun mendapat konfirmasi dari dokter.
Wu Qiude kehilangan istrinya di usia paruh baya tentu merasa sedih. Tetapi lewat 3 hari, yakni pada hari keempat setelah kematian istrinya, sesuatu hal yang aneh terjadi. Bau dupa yang sedang terbakar, tiba-tiba muncul dalam rumah Wu Qiude istrinya Lin Wangyao yang sebelumnya terbaring bujur kaku, tiba-tiba membuka matanya dan hidup kembali.
Di tengah malam, orang yang sudah mati tiba-tiba hidup kembali jelas menakutkan. Meskipun Wu Qiude mencoba yang terbaik untuk menahan perasaan terkejut dan takutnya, dan bertanya : “Wangyao, bagaimana dengan kesehatanmu ?” Namun, Lin Wangyao yang bangkit dari kematian mengatakan bahwa dirinya bukan Lin Wangyao, tetapi Zhu Xiuhua asal Pulau Kinmen yang berusia 18 tahun.
Selain itu, dia bercerita banyak tentang hal-hal yang membuat bingung Wu Qiude. Dia juga mengatakan bahwa Wu Qiude adalah seorang putra berbakti 3 generasi yang terkenal, orangnya setia dan jujur. Karena ajal telah tiba, jadi istri Wu meninggal dunia, tetapi atas belas kasihan terhadap Wu Qiude yang baik hati dan kehilangan istri di usia baya, maka para dewa mengutus dirinya untuk selanjutnya mendampingi hidup Wu Qiude dengan meminjam tubuh mendiang Lin Wangyao.
Wu Qiude yang baru saja mengalami kesedihan karena kematian istrinya, senang bercampur terkejut melihat sendiri istrinya yang terbaring kaku tiba-tiba membuka mata di tengah malam, lalu berceloteh tentang hal-hal yang membingungkan pikirannya. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan Wu Qiude pada saat itu. Dia berpikir mungkin istrinya hanya mengalami koma selama beberapa hari, sehingga sarafnya terganggu. Kemudian, dia hampir saja mengirim Zhu Xiuhua ke rumah sakit jiwa.
Namun demikian, Lin Wangyao yang hidup kembali mengalami beberapa perubahan aneh pada perilakunya. Sehingga membuat curiga anggota keluarga Wu Qiude. Mereka berpikir bahwa apa mungkin hal-hal yang dia katakan itu benar ?
Wu Shengyan, putra Wu Qiude dan Lin Wangyao mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Ibunya sebenarnya dibesarkan di Mailiao dan tidak pernah pergi ke Taiwan bagian barat maupun Pulau Kinmen. Namun setelah ia hidup kembali, perilakunya berubah total meskipun tubuhnya masih milik ibunya, tetapi ia bersikeras mengaku bahwa dirinya bukan lagi A Wang (nama panggilan Lin Wangyao). Kerabat dan teman-teman yang datang menjenguknya tak satu pun yang ia kenal lagi, bahkan sama nenek (ibunda Wangyao) dan bibi (saudara perempuan Wangyao) pun tidak kenal. Aksen bicaranya berubah menjadi aksen Kinmen”.
Keponakan Lin Wangyao juga mengatakan sejak bibi sembuh dari sakit, dia jadi rajin membantu orang. Sama sekali berbeda dengan bibi yang dulu. Di masa lalu, bibi tidak bisa melakukan pekerjaan lain selain masak memasak …. Tidak hanya itu, bahkan hobi kesukaannya dan gerak gerik saat berjalan juga berbeda ! Tetapi perubahan terbesar adalah aksen bicaranya, dia sekarang berbicara sepenuhnya dalam dialek Kinmen !”
Mengejutkan lagi, dulu Lin Wangyao yang buta huruf tidak bisa menulis tiba-tiba jadi melek huruf dan pandai menulis sekarang. Bahkan tulisan tangannya rapi dan indah. Di masa lalu, Lin Wangyao selalu sakit-sakitan. Tetapi sekarang kondisi fisik, mental, akal, dan sopan santunnya berubah lebih baik.
Ada lagi yang lebih aneh, dulu Lin Wangyao makan daging, ikan sama seperti anggota keluarganya. Akan tetapi, sekarang ia menjadi vegetarian. Selain itu, Lin Wangyao bagaikan ahli nujum, pandai memprediksi bisnis apa yang boleh dilakukan suaminya, bisnis apa yang perlu dihindari, dan ramalannya sangat tepat. Begitu suaminya melanggar, kerugian langsung menimpa.
Putranya Wu Shengyan, juga mengungkapkan bahwa ibunya, yang dulunya belum pernah ke Pulau Haifeng sekarang mendadak menjadi akrab, serba tahu tentang situasi di pulau itu.
Arwah Pulau Haifeng
Apa yang istimewa dengan Pulau Haifeng ini ?
Pada tahun 1958, terjadi eksodus warga Kinmen akibat situasi pertempuran yang sengit antara tentara partai komunis Tiongkok yang ingin menyerang kepulauan Matsu dan Quemoy di Selat Taiwan dengan tentara Kuomintang Taiwan pada 23 Agustus, yang kemudian dikenal sebagai ‘Krisis Selat Taiwan Kedua’.
Kala itu, banyak penduduk Pulau Kinmen panik, lalu menyewa perahu nelayan untuk melarikan diri dari pertempuran. Zhu Xiuhua, gadis berusia 18 tahun pada saat itu adalah salah satu dari mereka. Dia dan rekan-rekan desanya menaiki perahu dengan membawa makanan kering dan basah. Namun, di tengah pelayaran, kapal yang mereka tumpangi mengalami badai dan hanyut dibawa ombak selama berhari-hari. Makanan kering di kapal secara bertahap habis. Lebih dari 20 orang di atas kapal itu mati kelaparan, dan Zhu Xiuhua yang mengalami sekarat di kapal terbawa arus sampai ke perairan Pulau Haifeng yang berada di bagian barat Taiwan dekat Yunlin County. Nelayan lokal di sana menemukan Zhu Xiuhua, dan seorang nelayan tua berhasil menyelamatkan jiwanya dengan memberikan air minum.
Zhu Xiuhua mengira bahwa dirinya yang berhasil diselamatkan nelayan tua itu bisa terus hidup, tetapi ketika nelayan-nelayan lain menemukan ada batangan emas dalam kapal, mereka menjadi serakah.
Selain berusaha memiliki kekayaan ilegal itu juga berencana untuk membunuh Zhu Xiuhua yang terpaksa memohon dengan rasa getir kepada beberapa nelayan serah itu dengan mengatakan : “Saya hanya meminta kalian untuk membiarkan saya tetap hidup, tidak masalah apakah kalian menjadikan saya sebagai istri, menantu, atau pembantu di rumah. Sedangkan emas di atas kapal itu dapat kalian ambil …” Namun, dengan alasan takut Zhu Xiuhua melapor polisi, para nelayan itu kemudian mendorong kapal bersama Zhu Xiuhua ke laut agar gadis ini ‘hidup atau mati sendiri’ di tengah laut.
Saat itu, hanya seorang nelayan bernama Lin Qingdao yang berusaha membujuk nelayan lain untuk membiarkan Zhu Xiuhua tetap hidup. Tetapi, ia justru dipukuli dan dipermalukan oleh nelayan-nelayan serakah lainnya. Lebih parah lagi, malahan mengancam akan menenggelamkan dia dan Zhu Xiuhua ke laut jika Lin Qingdao bersikukuh ingin menyelamatkan Zhu Xiuhua. Lin Qingdao akhirnya menyerah.
Setelah berita tentang Zhu Xiuhua bangkit dari kematian dengan meminjam tubuh menyebar luas di Taiwan, Lin Qingdao juga tanpa ragu tampil untuk memastikan kebenaran atas kasus tersebut.
Sedangkan nelayan yang membunuh demi kekayaan akhirnya harus menerima nasib hidup yang tidak mujur, seperti kematian satu per satu anggota keluarga, hanya menyisakan satu orang anak yang menderita gangguan jiwa yang serius.
Hal yang patut disinggung di sini adalah ketika Lin Wangyao jatuh sakit, dan Wu Qiude kebetulan harus mondar mandir ke Pulai Haifeng untuk mengurusi pekerjaan konstruksi yang sedang digarap di sana, arwah Zhu Xiuhua telah mengikuti diri Wu Qiude.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh buruh yang pernah bekerja di Pulau Haifeng, bahwa dirinya selalu melihat ada seorang gadis cantik yang berdampingan dengan bossnya, yaitu Wu Qiude nyaris setiap hari sekitar waktu magrib. Bahkan ada buruh yang berpikir : Apakah orang sejujur Wu pun bisa berselingkuh ? Banyak juga teman-teman Wu, baik yang ditemui dalam perjalanan ketika Wu Qiude pulang dari Haifeng ke rumah dengan mengendarai sepedanya, melihat dengan mata kepala sendiri Wu Qiude selalu membonceng seorang gadis cantik di belakang sepedanya. Tetapi pada saat itu Wu Qiude sendiri tidak tahu apa yang terjadi, dan tidak ada orang yang memberitahunya.
Pengakuan rumah sakit
Belakangan, akibat cerita tentang kasus bangkit dari kematian dengan meminjam tubuh semakin luas tersebar sampai menghebohkan pemerintah Taiwan. Akhirnya pihak berwenang Taiwan memutuskan untuk menyelidiki kebenarannya dengan mengutus Liu Haibo. Ia bukan orang sembarangan. Ia adalah Direktur dari Rumah Sakit Ke-55 Tentara Douliu, yang sekarang menjadi Rumah Sakit Chengda Cabang Douliu. Ia tak sendiri, didampingi oleh Direktur Yang dari Kantor Pemerintah Yunlin County, dan Direktur Lai dari Kantor Inspeksi Industri untuk mewawancarai Lin Wangyao. Selain itu, melakukan pemeriksaan, apakah yang bersangkutan mengalami gangguan jiwa.
Liu Haibo mengatakan bahwa hasil pengamatannya adalah : “Ketika berbicara, yang bersangkutan berekspresi secara alami, tidak tampak ada gangguan kejiwaan. Ucapannya jelas, sorotan mata saat berekspresi tidak terlihat seperti orang yang berpenyakit mental. Jadi sulit untuk mengkategorikan yang bersangkutan mengidap penyakit mental.
Lin Haibo juga tidak yakin kalau ungkapan yang disampaikan Lin Wangyao itu merupakan cerita yang tidak keruan atau tidak terarah topiknya. Sedangkan Direktur Yang, yang juga pergi ke sana mengatakan : “Keluarga saya tinggal di Lugang, Changhua yang memiliki aksen sama dengan Mailiao, tetapi Zhu Xiuhua sekarang jelas berbicara dengan aksen bukan Mailiao tetapi aksen Xiamen”. Aksen Xiamen di sini sama dengan aksen Kinmen.
Setelah itu, Lin Wangyao dibawa ke Rumah Sakit Angkatan Darat 927 di Tainan untuk pemeriksaan mental. Kebetulan, dokter yang melakukan pemeriksaan pada saat itu adalah kerabat jauh Zhu Xiuhua asal Pulau Kinmen.
Ketika bertemu dengan dokter, Lin Wangyao tiba-tiba memanggil dokter dengan sebutan paman. Dokter yang sangat bingung itu bertanya : “Mengapa Anda memanggil saya Paman ?” Tetapi tanpa diduga, Lin Wangyao menceritakan kepada dokter tentang kejadian bahwa ia adalah Zhu Xiuhua yang bangkit dari kematian dengan meminjam tubuh. Setelah usai mendengar cerita itu dokter yang ingin memastikan kebenaran, meminta perawatnya untuk segera mendatangkan istrinya. Tetapi hal yang mengejutkan kembali terjadi, di mana istri dokter yang menemui Lin Wangyao di rumah sakit dipanggil bibi. Kejadian ini membuat dokter “bertekuk lutut” di depan kebenaran tentang bangkit dari kematian dengan meminjam tubuh.
Meskipun Kasus kebangkitan Zhu Xiuhua ini terdengar sangat misterius, sehingga mendorong banyak orang dengan sikap iseng untuk melakukan wawancara, penelitian, tetapi tidak ada yang bisa menemukan kejanggalannya. Bahkan semakin memperteguh Iman terhadap keberadaan Yang Maha Kuasa, dan percaya bahwa kematian tidak seperti pelita yang padam.
Belakangan, kasus bangkit dari kematian dengan meminjam tubuh yang aneh tetapi nyata ini juga dibuat menjadi film yang diperankan oleh Hu Yinmeng, aktris yang dikenal sebagai wanita paling cantik di Taiwan.
Kasus serupa yang pernah tercatat dalam sejarah Tiongkok
Kisah Zhu Xiuhua kita akhiri sampai di sini. Sesungguhnya ada banyak catatan tentang kasus serupa Zhu Xiuhua yang tercatat dalam sejarah Tiongkok.
Dalam buku ‘Xuanshizhi’ yang ditulis oleh Zhang Du dari Dinasti Tang, pernah mencatat peristiwa arwah orang yang telah mati hidup kembali dengan meminjam raga orang yang telah meninggal dunia.
Di antara dua kabupaten Chen dan Cai di daratan Tiongkok zaman dahulu, ada seorang penduduk bernama Zhu Jizhen yang telah meninggal dunia selama lebih dari sepuluh tahun.
Suatu hari, seorang warga desa bernama Zhao Zihe meninggal dunia, tetapi setelah beberapa hari, dia tiba-tiba hidup kembali. Setelah bangkit dari kematian, Zhao Zihe langsung beranjak keluar dari rumah yang sedang berduka tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Istri Zhao Zihe yang sempat terkejut mencoba untuk menghalanginya dan bertanya. Tetapi tanpa diduga, Zhao Zihe mengatakan dengan suara yang berbeda dengan suara aslinya : “Saya adalah Zhu Jizhen, rasanya saya tidak pernah mengenal Anda ? Saya ingin pulang ke rumah saya”.
Istri Zhao Zihe yang tidak berhasil menghentikan langkahnya, akhirnya terpaksa mengikuti hanya bisa mengikuti dari belakang berjalan menuju ke rumah Zhu Jizhen.
Di rumah keluarga Zhu, anggota yang melihat orang bernama Zhao Zihe itu tiba-tiba nyelonong masuk ke rumah mengira dia orang gila, lalu mengusirnya dengan melontarkan kata-kata makian.
Namun, Zhao Zihe mengatakan : “Saya adalah Zhu Jizhen yang sudah mati selama 11 tahun, saya sekarang kembali, mengapa kalian mengusir saya ?!” Anggota keluarga Zhu yang mendengar suara bicaranya nyaris sama dengan Zhu Jizhen lalu mengajukan pertanyaan mengenai beberapa hal guna memverifikasi kebenarannya. Ternyata apa yang dituturkan dari mulut Zhao Zihe itu tak satu pun yang meleset.
Anak-anak Zhu Jizhen jelas merasa sangat ketakutan dan bertanya mengapa dia ingin kembali ke dunia fana ini dan bagaimana dia menjadi Zhao Zihe. Dia mengatakan : “Sudah hampir 12 tahun sejak saya meninggal. Saya setiap hari selalu mendambakan kesempatan untuk kembali ke dunia melihat istri dan anak-anak saya. Namun, setiap 30 tahun waktu di sana, orang mati baru mendapat kesempatan bangkit dan kembali ke dunia ini untuk mengabarkan kepada manusia tentang akibat dari kebaikan atau keburukan budi pekerti. Kemarin saya meminta petugas di alam baka yang bertanggung jawab untuk melepas arwah agar saya diperkenankan untuk kembali ke dunia fana. Tetapi dijawab petugas itu dengan mengatakan : “Tubuh Anda sudah lama membusuk, Jadi bagaimana ?” Lalu asistennya yang bertanggung jawab dengan kasus tersebut mengatakan : “Rekan sekampungnya yang bernama Zhao Zihe baru beberapa hari lalu meninggal. Jika diperbolehkan saya akan membuat Zhu Jizhen kembali hidup dengan meminjam raga Zhao Zihe”.
Kemudian, Zhu Jizhen yang hidup dengan meminjam raga Zhao Zihe berbicara tentang peristiwa yang dialami di masa lalu yang tidak diketahui orang lain. Jelas membuat istri Zhu Jizhen percaya dan menerimanya.
Sejak saat itu, Zhu Jizhen tidak makan daging dan pantang minum arak, mengenakan pakaian sederhana dan mengemis di antara kabupaten Chen dengan Cai dan kabupaten Ruzheng.
Uang atau pakaian sumbangan dari belas kasihan orang ia gunakan untuk membangun kuil Buddha dan sedekah kepada orang miskin dan lapar.
Sesekali ia pulang ke rumah untuk menengok anak bininya, dan sebagian besar waktu dia gunakan untuk bercerita tentang pengalamannya kepada orang-orang di kampung dan desa.
Tak lain, agar mereka memahami hakikat kehidupan serta sebab dan akibat dari perbuatan manusia semasa hidup. (sin)